Pages

Wednesday, January 9, 2013

HARI KE 8:CURUP-KEPAHIANG keren kelihatan seperti tulisan di Hollywood



Hari Selasa sesuai rencana kami akan lanjutkan perjalanan ke Pagaralam melalui Kapahiang dan menitipkan sepeda disuatu tempat lalu  naik mobil lagi ke pagar alam kemudian istirahat sampai jumat untuk suatu pendakian ke gunung Dempo.
Sebuah pick up yang di robah jadi mobil penumpang kami carter untuk mengantar sampai ke Kepahiang.
SEPEDA KAMI NAIK ANGKOT


Sepeda diletakan di belakang,aku dan basket case duduk di depan,kami amati jalan curup Kepahiang kebanyakan menurun sangat enak untuk gowes udaranya juga segar dan agak dingin sebagaimana udara pegunungan sedikit kami sedikit menyesal kenapa tidak menikmatinya diatas sadel sepeda.
Saya sangat berterimakasih pada Jery yang sudah banyak membantu kami mulai dari penginapan di rumahnya dan mencarikan angkutan kemudian mengiringi kami pakai sepeda motor sampai kota Curup dan di Curup kami berpisah.
Kami sampai di kota Kepahiang jam 11.00wib,di satu bukit kami melihat tulisan Kepahiang,keren kelihatan seperti tulisan di Hollywood.
Dari literature diketahui bahwa Sampai dengan tahun 1948, Kepahiang tetap menjadi ibukota Rejang Lebong dan Menjadi ibukota perjuangan karena mulai dari Pemerintahan Sipil dan seluruh kekuatan perjuangan terdiri dari Laskar Rakyat, Badan Perlawanan Rakyat (BPRI) dan TKR sebagai cikal bakal TNI juga berpusat di Kepahiang.
Tahun 1949 Pemerintah Kabupaten Kepahiang berada dalam pengasingan berada di hutan dan disaat penyerahan kedaulatan dari Pemerintah Belanda ke Republik Indonesia yang dikenal istilah kembali ke Kota. Maka pemerintah Kabupaten Rejang Lebong tidak dapat kembali ke Kota Kepahiang karena seluruh fasilitas sudah dibumihanguskan maka seluruh staf pemerintahan di alihkan ke Kota Curup yang masih ada bangunan pesanggrahan sampai tahun 1956 Curup ditetapkan sebagai ibukota Kabupaten Rejang Lebong.kemudian tahun 2004 kembali Kepahiang menjadi ibu kota kabupaten Keahiang setelah pemekaran dari kabupaten  Lebong.
Di jalan sebelum memasuki kota kami melihat sebuah bangunan kuno sepertinya bangunan tuan tanah zaman colonial yang masih terawatt baik.
Di Kapahiang kami titip sepeda di hotel Mutiara dengan harapan akan kembali mengambilnya pada Minggu untuk melanjutkan gowes ke Bengkulu.
Dengan Panier yang berisikan beberapa potong pakaian kami menumpang becak menuju terminal bus.
Terminal bus di Kepahiang tidak begitu besar dan suasananya juga tidak ramai,sebagaimana terminal bus di Indonesia beberapa anak muda mendatangi kami menanyakan dan menawarkan jasa untuk naik bus tertentu dan aku  memberi tahu bahwa kami akan ke Pagar alam dan akan naik bus yang paling awal,mereka member tahu bahwa bus berikutnya akan datang kira kira jam 13.00 atau satu jam lagi,mereka cukup ramah walaupun kadang kadang bahasanya agak asing ditelinga kami,sepertinya itu bahasa Lebong yang berbeda jauh dengan bahasa curup atau kepahiang
Sambil menunggu bus kami mencari makan siang dekat terminal dan makan mie aceh serta sempat men charge HP ku yang sudah lowbat sejak dari curup.
Jam 13.00 bis masih belum ada akhirnya kami disarankan untuk menunggu mobil travel di suatu halte,tidak berapa lama kami menunggu dihalte datang mobil Toyota avanza mengajak kami ikut ke Pagar alam.
Naluri kami untuk bersepeda masih tetap ada walaupun saat itu diatas mobil angkutan,aku mempehatikan jalan menuju pagar alam yang makin lama makin mendaki karena mendekati kaki gunung Dempo,kiri kanan umumnya ada pedesaan yang banyak penduduknya,rumah penduduk umumnya rumah panggung yang tinggi dan dibawahnya diisi dengan susunan potongan kayu kayu yang belakangan kami ketahui kayu kayu tersebut digunakan sebagai kayu bakar.
Didesa Tebat Karai kami berhenti dan penumpang dipersilahkan makan,didaerah Pendopo udara dingin pegunungan sudah mulai terasa.
Kami memasuki kota Pagar alam jam 16.30wib dan sopir langsung mengantar kami ke Villa Demo atau cukup di kenal dengan Villa Pak Nanang,akhirnya kami sampai di villa Dempo Pagaralam yang cukup jauh dari kota,udara makain terasa dingin karena hujan yang cukup lebat serta kabut pegunungan yang tebal menungggu kami.
Aku bertemu pak Nanang yang cukup ramah menunggu kami,kedatangan kami agak membingungkan pak Nanang karena tidak ada konfirmasi bahwa kami akan datang berdua hari itu,tapi nasib baik kami kamar kosong masih ada untuk kami.
PAK NANANG VILLA DEMPO

Aku langsung masuk kamar untuk mandi air hangat sepuasnya terasa badan ini ringan dan segar karena sudah lama tidak menikmati mandi air panas se segar saat itu.dan pesan makan malam pakai ikan gurame goreng yang rasanya luar biasa nikmatnya,minum jahe panas yang bisa sedikit menghangatkan tubuh diudara gunung yang menusuk itu.
Dari teras villa Dempo di ketinggian 1460mdpl terlihat lampu lampu kota pagar alam,indah sekali walaupun pemandangan tidak sempurna karena tertutup kabut kearah selatan atau belakang Villa terlihat Gunung Dempo 3159mdpl berdiri dengan gagahnya,lama aku memandangnya sambil mereka reka dari arah mana aku akan mendakinya nanti.
Suasana pegunungan yang begitu tenang setenang perasaan kami waktu itu,begitu relak dan kami mencoba menelpon ke rumah serta menonton acara TV yang sudah lebih semingu tidak kami lihat
Rasa capek dan kantuk membuat aku tertidur disaat menonton acara TV hingga alarm HP ku membangunkan ku lagi diwaktu subuh.

No comments:

Post a Comment