Pages

Sunday, January 13, 2013

HARI KE 12: TURUN GUNUNG… Ku ucapkan” Inalillah wa inailahijojiun”



Jam 04.30wib aku keluar tenda untuk berudhuk,terasa udara masih sangat dingin sekali,kami sepakat untuk  melaksanakan sholat subuh berjamaah didalam tenda saja dengan cara sholat duduk disebabkan keterbatasan tenda.Aku ambil udhuk di sungai kecil dan harus menuruni tebing yang curam setinggi lebih kurang 20 meter kebawah,selesai buang air dan udhuk naik lagi ke atas cukup menguras tenaga dipagi yang dingin tersebut.
Kesibukan masak memasak diluar mulai telihat,rencana pagi ini aku dan Basket berangkat duluan untuk turun Gunung karena kami sudah ada janji dengan travel kembali ke Kepahiang jam 15.00wib,sementara teman lain akan naik ke puncak Merapi lebih kurang 100mtr lagi.
foto


Secangkir kopi panas dan satu cup mie instant menambah keindahan pagi itu,aku duduk didepan tenda dan berkenalan dengan beberapa anak anak Mapala UNSRI dan mereka merasa tertarik mengetahui perjalanan kami dengan sepeda sampai ke kepahiang,setelah berfoto bersama kami pamit untuk packing barang barang.

Setelah pamitan pada teman teman satu team,aku dan Basket melanjutka perjalanan turun gunung melalui jalur yang sama dengan pendakian kemarin.

Aku dan Basket terasa lebih bersemangat karena bisa melewati kesulitan kesulitan malam tadi,perjalanan turun gunung mempunyai kesulitan yang berbeda dengan naiknya,aku merasa kondisi turun perlu sedikit tenaga tambahan untuk menahan tubuh dan perlu konsentrasi waktu menapakan kaki karena kecepatan grafitasi.

Saat ini aku menyadari factor usia sangat mempengaruhi kelincahan kaki waktu penurunan,aku membayangkan 5 tahun yang lalu yang masih bisa turun gunung dengan melompat dari satu sisi ke sisi lain sehingga seperti berlari layaknya dengan demikian bisa memperpendek waktu turun,lain halnya sekarang aku harus lebih berhati hati karena stamina dan konsentrasi sudah berkurang akibat perjalanan jauh dan kurang istirahat ditambah nyeri di pergelangan kaki yang belum kunjung pulih.

Di perjalanan pulang kami bertemu beberapa mahasiswa yang akan naik dan sesampai di pos dua kami istirahat disebatang pohon tumbang disitu kami bertemu satu orang porter pribadi dari salah seorang anggota team kami yang menyatakan bahwa dia istirahat dan bermalam di pos dua tersebut karena tidak sanggu untuk melanjutkan ke puncak.Bashari yang saat itu baru sampai di pos dua langsung menunjuk bahwa carrier tersebut adalah milik dia yang tidak kunjung sampai ke puncak,kami tidak bisa berbuat apa apa karena begitulah kenyataan kwalitas porter yang ada di Dempo ini.

Perjalanan dilanjutkan yang terasa makin licin,aku tereleset dua kali tapi tidak cidera,di pos satu aku dan Basket istirahat lagi untuk minum.

Kami sampai di kampong empat jam 13.30wib dan hujan mulai turun,di suatu rumah inggir jalan kami dipanggil Jagung dan Sakai yang tadi mendahului kami di pos satu,ibu yang punya rumah menyuguhi kami kopi dan teh hangat,sementara itu aku berusaha mencari ojek untuk kembali ke villa pak Nanang,dari berita kawan yang sudah turun mengatakan mereka sudah berhasil naik ke puncak merapi.


Belum sempat kami menghabiskan kopi yang disuguhkan,tukang ojek datang untuk mengantar kami,aku memastikan lagi ongkos ojek yang ternyata RP30,000,hujan masih lebat tapi aku berdua basket tanpa menunggu langsung naik ojek menuju villa.

Naik ojek dalam hujan dan kondisi jalan yang berbatuan cukup menegangkan juga,tapi aku percaya dengan kemampuan pak Bejo yang memboncengku saat itu,pak Bejo adalah buruh perkebunan teh dan ojek adalah sebagai kerja sampingannya untuk menghidupi keluarganya dengan dua oran anak yang sudah di SMK.

Tidak terasa pada jam 14.30 kami sudah sampai di villa,aku segera berlari ke dalam villa untuk berteduh dan mencari dompet untuk ambil uang pembayar ojek.

Aku buru buru mencari dompet supaya pak Bejo tidak terlalu menunggu berhujan hujan tapi dompetku tidak kunjung kelihatan,aku mulai cemas dan minta supaya basket membayar dulu.

Aku mencari lagi dengan tenang dan membongkar isi carrier tapi dompet yang aku ingat di letakan di dalam tas plastic bersama handphon tidak ketemu,badanku terasa lemas dan jantungku terasa berdetak keras,aku yakin pasti tercecer di suatu tempat sewaktu diperjalanan turun tadi.

Aku mencoba hubungi telepon kawan yang di kampong empat untuk mecari apakah ada tercecer di rumah tempat aku mengopi tadi,ternyata tidak ada,kemudian menghubungi HP Sang Kumbang yang masih di perjalanan di sekitar pintu rimba dan jawabannya juga tidak ada menemukannya.

Perasaan ku galau karena beberapa dokumen KTP,SIM,2 ATM,kartu askes dan uang untuk perjalanan pulang ada di domet dan yang lebih penting lagi HP yang semua data disana sangat aku butuhkan.

Aku minta tolong Pak Suwarno porter yang sudah duluan sampai untuk swiping sampai ke pos dua karena menurut anak mapala yang turun bersama ada yang melihat seperti ciri tas yang hilang,jam 11.00 malam pak suwarno memberi tahu bahwa dia sudah swiping sampai pos dua tapi tidak menemukannya.

Aku sudah pasrah dan berusaha tetap tenang aku ingat firman Allah dalam (QS At-Taghaabun [64] : 11), “Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

Ku ucapkan” Inalillah wa inailahijojiun” Semoga Allah mengganti dengan yang lebih bagus..amiiin.

Bagaimanapun juga aku sangat terpukul dengan kejadian ini karena semua dokumen diperlukan dalam perjalanan pulang nanti apalagi HP yang sangat ku butuhkan untuk menulis dan mengabadikan semua peristiwa diperjalananku selama ini dan ceritanya ku bagikan pada teman teman dirumah.

Dari basket aku diberi tahu eMail ucapan keprihatinan dari teman teman HPCPI,perhatian dan rasa prihatin kawan kawan mengobati kegundahanku dan memompa semangatku lagi untuk tetap mencatat perjalanan ini walaupun dengan secarik kertas.

Aku harus tetap semangat karena perjalalananku masih panjang dan aku tidak ingin perjalanan pulang dengan bersepeda jadi batal karena musibah ini.

Rombongan team dari Pekanbaru satu persatu sudah berangkat dan tinggal rombongan Jakarta dan aku berdua Basket akan berangkat besok dan menginap malam ini di villa.

Travel yang tadinya berjanji akan menjemput kami juga tidak datang mungkin karena sewaktu menghubungi telponku untuk konfirmasi tidak nyambung.

Malam ini terasa lebih sepi tidak ada lagi heboh dan canda seperti malam sebelumnya dan itulah suatu kehidupan yang dinamis semuanya sewaktu waktu pasti berobah,capek phisyc dan mental yang menderaku membuat aku langsung tertidur hingga subuh.

No comments:

Post a Comment