Pages

Saturday, August 31, 2019

2.Dari Argopuro ke gili Ketapang


(H2) Cisentor - Rawa Embik
Aku,sikumbang dan Joker tidur di satu tenda yang cukup untuk tiga orang,namun tidur hari pertama diketinggian diatas 2000mdpl tidak begitu nyaman rasanya,mungkin tubuh ini baru adaptasi dengan rasa dingin jadi susah untuk pejamkan mata,ternyata sikumbang juga mengalami hal ang sama tapi tengah malam katanya dia makan antimo dua tablet hingga bisa tertidur,lain halnya joker aku perhatikan tidur pulas dari sore hingga subuh,sungguh ini merupakan satu kenikmatan. Pagi selesai subuh dan sarapan nasi pecel lagi kami langsung berangkat menuju dengan target puncak Argopuro dan Rengganis.
Hari ini dimulai dengan mendaki bukit melintasi padang rumput dan padang edelweiss,beberapa teman sudah jauh didepan lalu dari kejauhan aku mendengar suara sekumpulan orang sedang ngobrol. Lebih jauh kedepan dari ketinggian tebing aku melihat dataran rendah dan disitu berdiri satu tenda. Beberapa anak muda sedang ngobrol dengan sikumbang dan sakai. Kami didaulat foto bareng dengan anak anak tersebut ,komunitas yang menamakan dirinya "Pendaki bukan kaleng kaleng" dari Semarang.
Aku melewati sebuah sungai yang sudah kering sebelum kembali melintasi padang rumput dan padang edelweiss lagi. Setelah menyusuri sisi bukit akan tiba di Rawa Embik.
Trek Menuju Rawa EmbikRawa Embik
Rawa embik 2605mdpl,merupakan sebuah tempat yang cukup luas untuk berteduh, namun panas disiang hari, meski angin tetap bertiup dingin. Ada sebuah mata air kecil untuk mengisi perbekalan air. Lokasi ini cocok untuk beristirahat maupun camping.
Rawa Embik - Puncak Rengganis dan Argopuro
Selepas Rawa Embik, trek menuju ke puncak Gunung Argopuro masih tetap menyusuri padang rumput dan mendaki punggungan bukit lagi melintasi hutan yang rapat dan ada bekas bekas terbakar di bagian bawah pohon. Kadang kala kami melewati tanaman edelweiss yang tumbuh tinggi dan melewati sungai mati. Seingat aku bunga bunga adelweis tumbuh di daerah daerah sulit di jangkau seperti di tebing tebing curam menjelang puncak,tapi lain hal nya di pegunungan Argopuro ini,adelweis sangat gampang ditemukan diperjalanan,adakalanya tumbuh seperti hutan adelweis.
cuaca cukup panas tapi begitu kita istirahat beberapa menit saja badan mulai terasa dingin oleh udara pegunungan.

Jalan kadang berpasir tebal dan aku yang berjalan dibelakang kawan harus pakai masker penahan debu yang berterbangan tersebut. Setelah menelusuri punggung gunung dan hutan lalu kami,melewati padang rumput savana dimana ada puncak Rengganis di kiri dan puncak Argopuro di kanan. Aku sempat memghitung jumlah savana yang banyak kami lewati sampai savana lonceng ada kira kira lebih dari sepuluh savana.Aku melihat Cilukbra,sakai,Sikumbang,walet dan parno sudah berleha leha istirahat dibawah pohon,aku dan torpedo menyusul sampai dipertigaan savana Lonceng jam 8.45wib,disini aku istirahat sambil mencek dan memplaster telapak kakiku yang lecet sejak dari kemarin.
Savana lonceng Terakhir Menuju Puncak
Istirahat 5menit saja rasa dingin mulai menusuk ke pori pori,lalu aku putuskan untuk menuju puncak Rengganis. Jalan kepuncak cukup terjal dipenuhi batu batu cadas dibutuhkan waktu sekitar 15 menit. Ketika mendekati puncak akan nampak beberapa bekas peninggalan seperti batu yag tersusun. Puncak Rengganis berupa batuan kapur dan berbau belerang jalannya sedikit harus hati hati karena licin oleh pasir. 
Di Puncak Rengganis ditandai dengan bendera merah putih dan dipuncak tertinggi ini bisa terlihat lautan awan, lubang kawah, bekas-bekas petilasan, hingga savana yang merupakan jalur pendakian tadi.
Para pendaki yang sudah mencapai puncak biasanya akan mengabadikan dengan foto foto yang indah ke arah bawah. Tak lebih sepuluh menit kami menikmati suasana dipuncak lalu kami kembali turun ke savana lonceng dan disavana lonceng pisang rebus yang dipersiapkan porter kami santap bersama,aku yang biasanya ngga doyan pisang rebus tapi ternyata menambah nambah karena rasanya lebih enak kalau perut sedang lapar apalagi udara dingin.
Puncak RengganisBatuan Kapur Puncak Rengganis
Beberapa kawan seperti joker sakai sudah berangkat menuju puncak Argopuro,lalu satu persatu meninggalkan savana lonceng dan mulai jalan menanjak menelusuri hutan adelweis yang rimbun kemudian hutan hutan pinus yang tinghi tinggi dibawahnya beberapa pohon tbang bekas kebakaran hutan beberapa tahun silam. Pendakian yang terjal sangat menguras tenaga,batu batu cadas besar disetiap permukaan tanah,jadi kita harus pintar pintar memilih jalan yang agak landai dan tidak longsor kalau diinjak. Untungnya didaerah cadas ini batu batunya stabil dan kokoh ditanah tidak seperti di Semeru batu batu bisa bergulir kebawah kalau diinjak.paling banyak sepuluh langkah lalu aku istirahat mengatur nafas sambil memandang ke arah bawah,terlihat indah sekali jurang dengan pohon pinusnya,suasana tenang dengan sekali sekali terdengar bunyi ayam hutan atau bunyi burung toktok.

menjelang puncak Rengganis

Aku menengadah Kearah atas sekali kali terlihat bayangan kawan yang kecil disela sela pinus. Sekitar 20-30 menit akhirnya aku mendengar suara kawan yang sudah duluan mencapai puncak,aku jadi bersemangat lagi dan mempercepat langkah hingga terlihat Puncaknya berupa susunan batu di sebuah tempat landai yang dikelilingi pepohonan.
Pemandangan di sekitar puncak Argopuro ini tidak bisa dinikmati dengan leluasa dan jarang bisa menikmati indahnya lautan awan disini. Kami istirahat dan sholat dzuhur berjamaah dipuncak lalu puding dengan semangka seadanya dengan potongan kecil untuk dibagi bagi. Air minumku yang hanya tinggal setengah botol terpaksa minumnya hemat hemat agar tidak kehabisan di jalan
Kami segera meninggalkan puncak Argopuro berjalan turun sekitar 15 menit lalu naik lagi najak di kaki bukit rasa jenuh mulai terasa aku berjalan pelan sambil menghela nafas dalam dan sering aku berhenti dan memandang jalan yang dilalui untuk menghilangkan ke bosanan,rasanya puncak ini tak habis habisnya. Habis satu puncak muncul puncak lain lagi.setelah kira kira 15menit sampai di Puncak Hyang atau puncak Arca yang berupa sebuah arca dan reruntuhan lain yang sudah tertutup semak-semak. Disatu sudut aku menyaksikan patung hindu yang sudah hilang kepalanya dan tangannya. Ini jelas pengrusakan yang disengaja bukan lagi karena alam.
Puncak - Taman Hidup
Dari puncak Hyang Gunung Argopuro kami melanjutkan perjalanan dengan terus berjalan turun menelusuri bukit yang curam dan berbelok-belok. Disatu pertigaan kami ragu untuk memilih jalur kiri atau jalur kanan,pertama akU ikut jalur kanan dengan Sikumbang tapi begitu aku baru akan mulai turun sakai memberi tahu bahwa jalan ke taman hidup lewat jalur kiri. Turunan curam dan berkerikil dan pasir jadi amat berbahaya kalau terpeleset bisa fatal jatuh kejurang. Pada kondisi dimana jalan licin berpasir dan tidak ada pegangan maka aku jalan ngesot agar tidak terpeleset lalu memegang akar akar kayu sebisanya untuk menahan tubuh.

Disini tongkat sangat manfaat penahan dan keseimbangan tubuh,sayangnya aku ngga bawa tongkat. Beberapa kali aku merosot turun namun Alhamdulillah masih bisa mengontrol dijalur. Badan sudah penuh debu,mulut aku tutup sehingga terhindar dari debu.
Sampai di bawah,kami menemukan alur sungai yang tidak berair lalu kami kembali naik menyusuri punggungan bukit,didaerah ini hujan turun rintik rintik dan kabut menutupi hutan dan saat itu aku merasakan dinginnya didalam awan,kini jarak pandang terbatas aku tetap jalan karena masih bisa melihat jalan dan arah.

cemoro limo
Sayup sayup aku mendengar suara obrolan dan makin dekat terlihat kawan kawan sakai dan sikumbang sedang istirahat dan ngobrol dengan porter yang lebih dulu sampai di cemoro limo ini. Mereka duduk menghadap api unggun sambil memanaskan tubuh,aku ikut duduk disitu untuk memanaskan tubuh dari terjangan udara dingin pegunungan. Nasi yang di bawa dari cisentor pagi tadi kami buka,nasi yang terbatas janya dua bungkus kami bagi rata hanya dapat sesuap perorang,guide kami sudah salah nitip ke porter sehingga mereka makan juga dari jatah yang ada itu. Perjalanan dilanjutkan kearah kanan,beberapa orang sudah duluan
Di sepanjang perjalanan menyusuri punggungan bukit trek cukup terjal dan perlu hati-hati. Aku bayangkan jika hari gelap, jalur yang dilalui bisa saja keliru karena banyaknya tempat terbuka yang menyerupai jalur pendakian. Kadang di persimpangan ada tanda dimana jalur yang benar untuk melanjutkan perjalanan. Dengan perasaan sedikit khawatir akan datangnya malam aku mempercepat langkah,cilukbra yang berusaha untuk tetap bersamaku merasa kewalahan mengikuti cara jalanku yang makin kencang seperti dikejar setan katanya. Aku mengatakan pada cilukbra bahwa aku khawatir kemalaman sedangkan senter aku tidak berfungsi. Cilukbra meyakinkan aku bahwa dia punya dua senter jadi tidak perlu khawatir katanya. Aku melihat kekiri disela sela pohon besar terlihat hamparan putih berkabut,aku yakin itulah danau yang akan kita tuju,hatiku langsung berbunga bunga karena sebentar lagi sampai tujuan dan istirahat. Tapi sudah lebih satu jam masih belum sampai juga. Pemandangan yang terlihat seperti danau tadi hilang,apakah ini ilusi karena kecapean?aku bertanya tanya dalam hati. Jalanku sudah mulaipelan dan gontai karena capek dan kaki yang lecet. Sekarang vegetarinya berobah menjadi pohon pohon besar dan berlumut,tetesan air dari dedaunan pohon mengenai tubuhku,terasa agak gelap karena cahaya matahari terhalang pohon pohon besar yang rimbun. Suasana sunyi sekali kali terdengar suara ayam hutan. Daerah ini dinamakan hutan lumut,mungkin karena pohonnya yang besar besar tersebut banyak yang berlumut,sehingga warna hijau mendominasi didaerah ini. Aku coba menikmati kesunyian hutan lumut ini sambil berdoa agar segera sampai. Cilukbra masih tetap berjalan dibelakangku.
Aku dengar teriakan seseorang oon..ooon...panjang,aku hanya diam ini satu pertanda salah satu teman beritahu keberadaannya,mungkin dia sudah sampai di taman hidup,ternyata dugaanku tidak meleset,aku melihat kekiri dan disitu ada hamparan danau,aku yakinkan lagi sambil mengusap mata ternyata benar itu adalah danau dan kekanan sedikit terlihat tenda tenda yang sudah terpasang di tanah kosong dibawah pohon pohon besar. Para porter sampai duluan dan memasang tenda dan memasak ir panas untuk kami.

Taman hidup basecamp
Taman hidup merupakan salah satu danau indah di pegunungan Argopuro ini, airnya bersumber dari hutan hutan sekitanya dan dari bawah,berlumpur dan luas dengan pemandangan indah. Sumber air disini sepertinya tidak bisa langsung diminum karena terlihat masih hijau waktu dimasukan ke botol plastic.
Belakangan aku minta tolong disaringkan air danau ini untuk persiapan jalan ke Bremi esok hari.
Rasanya aku ingin nyebur dan berenang didanau ini untuk bersih bersih badan,namun urung karena ada larangan berenang disitu
Aku duduk di Sebuah dermaga dengan pondok kayu kecil dipinggir danau,sepatu yang penuh pasir dan tanah ku buka lalu kaki yang sudah penuh tanah dan debu aku cuci sampai tangan dan muka,hanya itu cara yang bisa dilakukan untuk bersihkan badan. Dinginnya air danau bagaikan air dingin dari frezeer. Buru buru aku kembali ke camp ground yang berjarak 100meter dari danau lalu masuk tenda ganti pakaian. Joker dan dua orang guide sampai di tenda waktu magrib. Malamnya kami memasak makan malam dan masak air untuk ngopi,tapi belum sempat air mendidih gas kompor kami habis. 
Malam ini kami menikmati suasana damai dan dinginnya pinggir danau. Gelap sekali kearah danau,tidak ada penerangan selain di tenda kami.
Sehabis sholat isya aku masuk tenda dan menikmati suara nyanyian jangkrik diluar dan sekali sekali terdengar suara kawan dari tenda lain yang ngobrol.
Aku terbangun subuh oleh suara suara satwa di hutan dan dari tenda sebelah panggilan kawan mengajak sholat subuh. Terasa dingin sekali angin dari luar tenda,Pelan sambil menjaga agar tidak kram aku bangun dan perdi ke pinggir danau untuk ambil uduk. Pemandangan danau yang berpadu dengan kabut cukup membuat ingin beristirahat lama-lama di Danau taman hidup ini. 
kopi pagi di Taman hidup basecamp

(H3) Taman Hidup - Bremi
Selesai sholat dan sarapan pagi jam 7 kami mulai jalan menuju Bremi. Aku berjalan dengan jago jago tua Joker,Torpedo dan Cilukbra,yang muda muda duluan didepan kami.
Dari Taman hidup harus berjalan kembali ke jalur yang sudah dilewati namun kali ini menuju ke jalur pendakian via Bremi.
Banyak sekali persimpangan di treck ini,jadi harus waspada jika bertemu persimpangan yang akan membawa kembali ke jalur pendakian via Baderan tadi. Perhatikan petunjuk jalur pendakian via Bremi yang sudah dipasang di persimpangan.
Kadang kadang ada persimpangan tapi kali ini pilihan jalan yang pendek dan curam atau jalan sedikit melambung namun datar. Aku lebih memilih jalan datar walau agak panjang terlihat juga jalan ini untuk jalan sepda motor. 
Jalan awal yang menanjak, akan disuguhi jalur trek berupa tanah padat yang terus menurun hingga ke hutan pohon damar mungkin kepunyaan perusahaan perhitani. Jika sampai di hutan pohon damar yang tersusun rapi ini, maka kita melewati kebun penduduk yang panjang,didaerah ini aku mulai bertemu dengan penduduk atau petani yang sedang berladang tomat dan cabe. Para petani tomat memgeluh dengan turunnya harga pasaran tomat. Yang jauh dibawah harga produksi sehingga mereka tidak mau membawa panen tomat tersebut ke pasar karena akan rugi menurut mereka. Ada diantara kami yang disuruh ambil saja tomat gratis itu
Disuatu shelter kayu kami cilukbra,Torpedo dan ari dan dua orang porter stirahat,nenas yang masih ada kami buka untuk dimakan. Lanjutkan jalan beberapa kilometer kami masuk hutan produksi yaitu kayu Balsa sejenis kayu untuk buat kertas. Masih di perkebunan Balsa kami melihat perkampungan,aku dan lainnya jadi bersemangat dan memper cepat jalan. Jam 11.30 kami sampai di taman Bermi eco park yang ada bendungan airnya. Beberapa kawan sudah selesai mandi,sekarang giliran kami untuk mandi. Hanya baju atas yang aku buka lalu aku langsung nyemplung ke air,airnya terasa dingin sekali kontras dengan udara luar yang agak panas. Badan terasa segar karena sudah mandi kami ngumpul di warung pak Usman di Bermi dan masing masing pesan nasi pecel dan gudeg dll.
Jam 13:59 kami meninggalkan Bermi menuju Probolinggo dengan mencarter mini bus suzuki carry.
Sore jam 15.45 Kami sampai di Probolinggo dirumah bapak yang akan membawa kami wisata ke pulau ketapang esok hari,Alhamdulillah kami dapat tumpangan gratis disini.. JOKER yg ada keperluan langsung menuju Surabaya.
(H4) Rabu 28 Agust 2019*
Jam 06:00 kami menuju pelabuhan utk nyebrang ke Gili Ketapang,ada empat orang muda yang gabung dengan kami. Cuaca cerah kami memasuki dermaga yang sepanjang dermaganya terlihat kapal kapal kayu ukuran 20ton.
menuju gili ketapang

Petugas kapal mempersilahkan kami naik dengan logat maduranya lalu kami semua naik kekapal,carrier semua dibawa ikut. Semua duduk di deck atas sehingga bisa menikmati pemandangan ke laut lepas,angin laut meniup kami dari depan dikejauhan kearah daratan jawa terlihat pegunungan yang saya belum tahu namanya. 
30mnt pelayaran akhirnya kami sampai di pulau Ketapang. Pantainya pasir putih dan bersih,sepertinya hanya rombongan kami saja pengunjungnya waktu itu. Kami istirahat di satu resort dan jalan keliling pulau melihat para nelayan sedang beraktivitas lalu kami persiapan untuk snorkling. Masing masing dipinjamkan masker untuk snorkling berikut live jacket. Kami semua ikut snorkling kecuali sakai. Sudah tidak ada karang karang dan tumbuhan laut yang hidup jadi tidak begitu menarik lagi didasarnya,tapi acara foto foto di dasar laut cukup menghibur kami waktu itu.
Selesai acara snorkling kami kembali ke darat mencicipi makan siang dengan ikan bakar segar dengan kecap pedasnya. Tradisi dari RH3 memberi nama pada anggota barunya kami lakukan pada virgin pak Muchdi dan mendapatkan nama bagus yaitu Savana Lonceng berasal dari nama daerah di argopuro yang pernah kami singgahi,nama tersebut disingkat "Salon"
Jam 10:30 kami meninggalkan gili Ketapang menuju pelabuhan probolinggo lalu dilanjutkan ke Surabaya mengantar PEMBOKER, SALON, WALET, dan SK ke bandara Juanda. 
Sholat di masjid bandara. Lanjut ke hotel Sahid Gubeng,hotel yang cukup ternama tapi sayangnya pelayanannya kurang bagus,kami minta handuk baru di kasih setelah ditelpon berulang ulang dan dua jam kemudian baru diberikan...huuh.
Dinner di RM Sederhana dekat hotel,menu desa dengan rasa lumayan eunak.Jalan2 ke Surabaya mall...

*Kamis 29 Agust 2019*
Pagi ini kami dijemput sahabat Torpedo yang domisili di Surabaya. Sarapan sate klopo yang baru kali ini aku coba,sate kacang dan ditaburi dengan parutan klopo atau kelapa rasanya pas sekali untuk lidahku. Waktu yang tersisa kami gunakan untuk visit jemb Suramadu,jembatan yang cukup panjang  dan tidak begitu ramai kendaraan sehingga kami bisa menikmati pemandangan laut dari jembatan di selat madura ini. 
Kami lanjut ke Kali Gentèng untuk beli oleh2 khas surabaya,dimasing masing toko umumnya menjual ikan bandeng yang sudah di presto aku membeli nya dua porong seharga Rp40ribu/pc.
Killing time menjelang ke bandara para tetua gunungers mengunjungi monumen Kapal selam Pasopati.Kembali ke hotel, sholat, check out, lunch di resto Sederhana, dan ke bandara. HERNIA, PARANORMAL, SAKAI PUTIH, NIS, TORPEDO ke Pku, dan CILUK BRA ke Jkt.
_XPDC Argopuro adjorned.._
Sampai jumpa di xpdc selanjutnya.
You are never too old for the new dreams...





1.Rahasia gunung Argopuro


1.Bismillah
Pertanyaan demi pertanyaan mengenai perjalanan begitu menggugahku untuk lebih dalam memahami dan menguak rahasia semesta raya ini.  Konon, setiap manusia ditakdirkan menjadi pengembara dalam hidupnya yang tak pernah berhenti pada satu titik perhentian.
Gunung Argapura menggelitikku untuk mendaki dan lebih mengenalnya meskipun hanya memiliki ketinggian sekitar 3.088 mdpl, namun jalur pendakiannya cukup panjang. Tak heran jika disebut trek pendakian terpanjang di Pulau Jawa yaitu sekitar 63 Km.
Gunung ini berada dalam wilayah Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Jember, Kabupaten Bondowoso, dan Kabupaten Situbondo, dengan puncak Rengganis ada di wilayah Kabupaten Jember. Di kawasan Puncak Rengganis konon menurut cerita masyarakat sekitar bermukim Dewi Rengganis, adik dari Nyi Roro Kidul.
Ikuti perjalanan ku.

24 Agus 2019 (H1)
Bandara juanda ke Basecamp Baderan.
Setelah menempuh penerbangan dari pekanbaru selama 2jam akhirnya Jam 09 pagi kami sampai di bandara Juanda Surabaya.






Aku dan tiga teman lainnya dari Pekanbaru,Parno, Sakai dan Hernia berjalan santai keluar terminal sambil mendorong trolly berisi carrier yang akan kami bawa dalam xpdc ini.
Bandara Juanda yang rapi dan bersih dipadati pengunjung,udara terasa sedikit panas mungkin karena aku baru turun dari pesawat yang cukup dingin.
Kami bergabung lagi dengan rombongan dari jakarta,Eka, Muchdi, sikumbang,cilukbra dan pak Muchdi kemudian satu orang pendaki wanita yaitu Wallet yang datang dari solo.
Jam 12 siang rombongan yang berjumlah 12 orang menuju basecamp pendakian yaitu desa Baderan kecamatan sumbermalang kabupaten Situbondo. Mobil hiace yang cukup nyaman membawa kami melewati kota situbondo,Besuki kemudian masuk ke barat melewati desa desa kecil di gugusan pegunungan.
Dalam perjalanan aku sangat menikmati Keindahan alam pegunungan serta desa desa kecil yang kami lewati,hingga tak terasa jam 19.00 sore kami sampai di desa Barderan. Ari seorang Guide yang akan memandu kami sudah menyongsong kedatangan rombongan ini. Dalam kegelapan malam dan suhu dingin pegunungan kami turun dari bus lalu menuju basecamp ukuran 6x6meter yang terletak di pinggir jalan yang menanjak.
Ada beberapa rumah penduduk disekitarnya terlihat dengan penerangan listrik yang temaram,dan tidak aku lihat penduduk diluar waktu itu.
Ari Guide memberi tahuku bahwa tidak jauh kearah atas tanjakan ada Surau lalu kami coba berjalan kearah tanjakan jalan dengan beberapa kawan yang akan sholat. Dari satu surau kecil kami mendengar lantunan ayat ayat suci Alquran dari anak anak desa. Dua orang guru mengaji laki laki separuh baya menyimak bacaan muridnya  bergiliran. Sungguh suasana ini mengingatkanku kehidupan masa kecil didesaku dulu,namun sejak adanya media telivisi keluarga keluarga mengabaikan tradisi mengaji sehabis magrib itu. Malam ini kami yang laki laki tidur di posko dengan menggelar matras dan dua orang pendaki putri Walet dan Ayu dapat tumpangan di rumah petugas perhutani. 

Agak sulit mataku terpejam,sewaktu hampir tertidur bantal tiupku meletup bocor setelah itu sulit tidur,tengah malam suhu udara melorot dingin dan sleeping bag terpaksa aku keluarkan,terasa sedikit nyaman hingga dibangunkan azan subuh berkumandang lalu buru buru ke surau.
25 agus Ahad, (H2)
Basecamp Baderan ke Cisentor  camping ground 9 jam.
Guide mengumpulkan kartu identitas kami untuk petugas perhutani lalu sedikit briefing dan berdoa maka Jam 6.30 pagi 12 orang pendaki diantaranya ada dua wanita diantar naik motor sampai portal Rimba sejauh 4.2km. 
beberapa ojek untuk ke Pintu rimba

Aku duduk dibelakang pengemudi dengan ransel kecil dipunggung dan dua matras ditangan,mas Ahmad 25thn sang pengemudi ojek mengempit ransel 60literku dengan kakinya. jalan tanah yang rusak,hampir sepanjang jalan ada alur alur aliran air sedalam hampir 30cm,sehingga jalan motor harus selalu mengikuti alur ini atau sepeda motor bisa jatuh. Rasanya jalan ini tidak layak untuk pakai sepeda motor tapi hal ini tetap dilakukan untuk menyingkat waktu ke pintu rimba.
Motor melaju meraung menembus kesunyian hutan pegunungan Argopuro,masing ojek lari kencang ingin mendahului untuk mengelakan semburan debu dari kendaraan didepan.
Debu beterbangan memaksa aku sekali kali menahan nafas.
Perasaanku yang tadinya tenang sekarang nyaliku terasa ciut melihat tanjakan yang terjal,pengemudi menggeber gas yang dalam agar motor mampu naik tanjakan sekaligus mampu mengendalikan motor dijalur yang berlobang lobang.
Aku bertanya pada Ahmad apakah aku perlu turun ditanjakan ini,dengan santai Ahmad menjawan dengan logat maduranya "nang tenang saja pak,biasa ini pak". Diturunan sepeda motornya kembali laju meliuk dijalur tanah berdebu tersebut. Dikejauhan aku melihat satu tanjakan menjulang,aku cari akal agar bisa turun dari sepeda motor lalu beritahu Ahmad agar Aku turun dulu mau ambil video dan dia naik duluan keatas. Perasaanku lega bisa turun di tanjakan "gila"tersebut,Ahmad melesat keatas meliuk kiri kanan tanpa penumpang,aku menyusul jalan kaki pelan terengah engah. Apabila ada ojek Yang akan berpapasan dari arah berlawanan kami mencari tempat lapang.
Setelah keluar masuk jalan sempit selebar 0.8 meter yang pas untuk satu motor kami sampai di Pintu Rimba/Makadam jam 8.30 pagi. Perasaanku terasa lega bisa lolos dari ancaman jatuh dimotor atau lutut tersrempet tebing pinggir jalan namun dari Hernia aku ketahui dia sempat jatuh dari motor dan Alhamdulillah tidak ada yang cidera.
Mulai dari pintu masuk ini sepeda motor tidak diizinkan masuk kehutan dan Kami mulai murni berjalan kaki sini.
hutan dan jurang

Dari Pintu masuk/Makadam kami berjalan kaki menuju Mata Air I/ KM 4,2 (2jam)
Jalan sedikit licin dan ilalang menjulang tinggi. Pada perjalanan aku perhatikan banyak tumbuhan gatal dan berduri. 
Pos Mata Air 1 kita bisa camping menampung 3-5 tenda. Di sini juga terdapat sumber air tapi kami tetap lanjutkan perjalanan.
Mata Air I – Mata Air II (2jam)
Perjalanan selanjutnya agak santai dan mudah. Kita akan berjalan menyusuri punggung bukit naik dan turun dengan dikelilingi vegetasi rumput ilalang.
Matahari mulai menyengat kulit namun semua ini terbayar dengan kecerahan udara dan langit membiru.
semangat seperti serdadu 

Awan putih menutupi beberapa bagian kaki bukit,aku menghirup udara segar pegunungan yang selalu menggodaku untuk datang.
Kami berjalan beriringan dengan semangat seperti serdadu yang siap tempur.
Suasana yang berbeda dengan gunung lain saya rasakan saat mendekati Pos Mata Air 2. Kanan kiri adalah jurang dengan pepohonan yang rindang namun tidak terlalu lebat. Mataku mulai tidak fokus dengan jalur, melihat ke kanan dan ke kiri sampai kaki terantuk-antuk rerumputan.
Rombongan mulai terpecah menjadi beberapa kelompok,Sakai, Sikumbang,Parno,walet dan Torpedo melaju didepan sementara aku Cilukbra di tengah dan joker,Pemboker,Ayu dan Salon berada di rombongan belakangan.
Ari dan yuda guide kami berjalan mengapit rombongan dari depan dan belakang. Beberapa padang savana sudah terlewati
savana pertama

Langkah kaki kami mulai mengecil menapak jalan jalan kecil selebar 30cm dan berlekuk kedalam sehingga kadang bisa membuat kaki tertekuk sewaktu menapakannya.
Pos Mata Air II ini kita juga bisa menjumpai sumber air
Mata Air II – Cikasur (1jam)
Perjalanan menuju Cikasur adalah perjalanan yang akan sangat menyenangkan. Kita akan berjalan melewati savana yang luas.
Harapanku saat itu ingin melihat burung merak atau macan kumbang. Mataku awas melihat ke hutan kalau beruntung bisa melihat hewan tersebut dialam liar,namun yang aku temukan hanya rontokan bulu bulu burung yang aku kurang pasti jenisnya. 
kadang ada tanjakan berdebu
Sekali kali aku dengar bunyi merak merak di hutan. Beberapa saat aku melihat jurang yang dibawahnya  dialiri air sungai yang jernih dan diseberang jurang sana ada savana yang luas dan terlihat dikejauhan kawanku yang sedang berjalan di savana. 
Salon yang berjalan ber-iringan denganku turun kejurang sungai mengambil air minum,ada keinginanku untuk turun juga mengambil air minum tapi rasa capek dan panas yang menyengat aku urungkan niat tersebut dan aku lanjut mengikuti jalan datar menuju savana. Ini lah savana Cikasur yang luas.
memasuki padang Savana Cikasur

Di padang rumput ini ada bangunan yang sudah runtuh dan konon kabarnya dulu disini lapangan terbang yang sudah tidak beroperasi lagi, dan dibangun sejak tahun 1940 oleh AJM Ledeboer sebagai kegiatan pembudidayaan rusa yang di datangkan dari luar negeri,cerita lainnya untuk pembangunan lapangan terbang ini dilakukan oleh penduduk lokal lalu mereka dibunuh agar lapangan terbang tersebut bisa dirahasiakan penjajah belanda.
Kami istirahat dibawah pohon besar yang rindang ditengah savana ini,selesai makan siang dan sholat dzuhur,kami melanjutkan perjalan menuju Cisentor.
Cikasur - Cisentor
Ditengah  savana Cikasur ada petunjuk jalan  ke arah kanan menuju Cisentor. Trek tidak terlalu menanjak dan hanya melintasi bukit dengan savana yang rapat sebelum masuk ke dalam hutan yang tidak terlalu rapat. Kemudian kami  mendaki dua bukit yang banyak terdapat pohon pinus bekas kebakaran terlihat menghitam dibagian bawahnya namun tetap hidup.
Aku berjalan bertiga beriringan dengan Torpedo dan Parno,diperjalanan terlihat beberapa monyet yang memperhatikan kami dan bunyi ayam hutan terdengar dikejauhan.
Disuatu lereng bukit yang penuh belukar,parno terkena jelatang atau di jawa timur menyebut tumbuhan Jiancuk,apabila kena kulit akan terasa perih sekali.
daun jelatang
Setelah sampai di puncak bukit, aku menyusuri lereng gunung di sisi jurang yang sangat dalam. Sampai di ujung bukit, harus menuruni tebing yang curam dan licin,akhirnya sampai di sungai yang jernih,lebih Keatas sedikit ada shelter dari kayu. Akhirnya sampai cisentor 2050 mdpl jam 15.35  dengan waktu tempuh 9jam.
Cisentor tempat yang cocok untuk mendirikan tenda karena ada sumber air dan tempat bermalam yang teduh. Terdapat juga shelter yang bisa digunakan untuk beristirahat maupun bermalam sebelum melanjutkan pendakian Gunung Argopuro selanjutnya. Kami mendirikan lima tenda dekat shelter dan logistik ditempatkan di shelter sekalian tempat memasak. Sebelum magrib aku buru buru mandi disungai,mandi "pisang goreng" rasanya lebih afdol karena tempat nya tersembunyi. Begitu masuk air Subhanallah.... terasa seperti mandi dengan air es,aku buru buru pakai sabun dan berendam lagi,terasa agak hangat kalau berendam tapi begitu keluar dinginnya bukan main apalagi ditiup angin makin menggigil badan ini.
basecamp cisentor

Magrib terasa makin dingin tapi kami tetap sholat jemaah di luar tenda,sambil menunggu makan malam ,Torpedo memberikan tausiah pendek. Makan malam kami ngumpul dishelter dan disuguhi sup Rawon tak lupa kerupuk palembang dan cemilan menjelang tidur pisang goreng. Satu persatu kawan kawan masuk tenda karena tidak tahan rasa dingin malam. (bersambung)