Pages

Monday, December 23, 2013

3.SILIWANGI DAN DIPONEGORO (TRANS JAVA BALI)

Memasuki kota  Majenang hari masih agak siangan,rasanya kami ingin untuk meneruskan perjalanan ke Purwokerto, tapi karena ingin tahu keunikan kota Majenan akhirnya diputuskan untuk berhenti dan nginap disini.
Kami numpang nginap di mesjid jamik Almujahiddin yang berlokasi persis didepan alun alun kota.
Sekitar mesjid dan alun alun tersedia beraneka kuliner,es dawet,bubur es kacang hijau,wedang ronde,mie bakso,nasi goreng dll.Malam sehabis magrib kami jalan sekitar alun alun udara cerah dan angin bertiup lembut,alunan gamelan Jawa dari radio lokal yang distel yang punya warung membawa khayal kami ke zaman "Majapahit" sungguh ini adalah hiburan yang murah dengan suasana yang sangat tradisional dan mengesankan.
Kami memillih es dawet hijau untuk pembuka selera makan malam,duduk makan es dawet didepan alun alun diterangi kelap kelip lampu diudara terbuka, seporsi nasi goreng masih belum meredakan nafsu makan akhirnya satu mangkok kacang hijau dingin dan ketan hitam dengan sajian yang belum pernah kutemui menjadikan kami terperangah kekenyangan sedangkan wedang ronde yang direncanakan sudah tidak sanggup kami makan lagi.
Joker sangat menikmati obrolannya dengan pengunjung lain,aku menyimak supaya bisa mengerti tapi kadang kadang pertanyaan dalam bahasa jawa diarahkan padaku,joker menerjemahkan dulu baru aku jawab,kayak turis bule perasaan..haha..
Majenang merupakan daerah "peralihan" Sunda-Jawa dalam arti bahwa di wilayah ini bahasa ibu yang mereka pakai terdiri dari Sunda dan Jawa, namun Bahasa Sunda dan Bahasa Jawa- nya boleh dibilang agak kasar dibanding Sunda di Jawa Barat atau Jawa di Jawa Tengah kearah timur. Sudah biasa desa sebelah sini berpenduduk Jawa dan sebalah sana berpenduduk Sunda.
Masjid jamik Almujahiddin
 Mesjid Almujahiddin bertingkat dua,bagian atas ruang utama mesjid hanya dibuka saat sholat fardhu kemudian ditutup,sedangkan bagian bawah setengah ruang kantor dan klas dan stengah ruang depannya jadi pelataran dimana kami bisa numpang tidur,kali ini matras dan sleeping bag kami gelar penahaan dingin tiupan angin malam karena ruang teras yang terbuka.
Mungkin karena mesjid di tengah kota sehingga malam itu banyak berdatangan musyafir seperti kami ada yang memakai sepeda motor ada yang pakai mobil malah ada juga pejalan kaki peziarah ketempat tempat tertentu di pulau jawa.
Rencana tidur agak sorean supaya puas ternyata ngga bisa karena ada saja yang ngajak ngobrol,tapi hal itu sudah termasuk resiko dan aku menikmatinya saja,karena bertemu dengan sesuatu yang baru banyak informasi menariknya,pernah bertemu seorang anak muda yang pernah pergi jalan kaki ziarah ke makam walisongo dan para aulia di pulau jawa di tempat ziarah dia bisa berhari hari atau hampir sebulan tinggal disitu,tidak terasa aku ketiduran selagi dia bercerita.
Aku terbangun oleh suara orang yang ketawa ketawa di sebelah kiriku aku lihat jam tangan ternyata baru jam 01.00,aku lihat kearah tamu tadi tidak ada kawan bicaranya tapi dia tetap saja ngomong bahasa jawa yang tidak aku mengerti,aku menyangka joker yang ngomong tapi ternyata bukan karena joker dari tadi tidur dekat pintu keluar. Aku pindah tidur menjauh dari orang yang ku perkirakan agak sinting.
Tidak terasa jam 3.30 pagi, suara loud speaker mesjid membangunkanku,aku benahi semua peralatan tidur dan segera ambil udhuk setelah itu tidak ada tidur lagi hingga keberangkatan Jam 06.30wib
Dijalan raya depan alun alun penduduk sudah mulai sibuk beraktifitas,roda sepeda kami mulai bergulir pelan menelusuri kearah timur.
Aku melihat joker lebih bersemangat mungkin karena sebentar lagi akan bertemu kerabat di purwokerto.
Dari angka pal batu menunjukan jarak ke purwokerto masih 79km lagi. Diperbatasan kota di desa cimanggu kabupaten cilacap terlihat pemandangan hutan pinus,jalan sekali kali mendaki dan menurun dan disambut tanjakan ringan dan mulus,kami bisa ber-roller coaster sambil menikmati pohon pohon pinus yang juga meliuk liuk dihembus angin.
Karang Pucung

Subhanallah sempurnalah ciptaan alam yang kami nikmati saat itu.
Sampai di desa Karang pucung jalan mulai menanjak agak tinggi kiri kanan kami disuguhi pemandangan jurang dan hutan hijaunya hutan pinus,aku berhenti menunggu joker di gubug yang sepertinya sudah ditinggal. Tiba tiba aku mendengar suara musik dangdut,aku jadi berpikir mistis...koq ada musik ditempat sesepi ini,...aku berusa cari tahu dan ternyata dibawah dipinggir jurang ada petani membunyikan radio.
Menjelang perbatasan Banyumas,beberapa kali aku bertemu pesepeda jarak jauh diantaranya berpapasan dengan dua orang pesepeda asing berkebangsaan German,mereka sudah menjelajah dari arah timur Indonesia menuju ke Sumatra dan masuk ke asia sampai tujuan terakhir German.

Memasuki kabupaten Banyumas jalan menurun tajam hingga di desa semanggu genteng,dipinggir jalan terhampar pemandangan sawah yang luas dan dibeberapa tempat ada orang jualan es dawet,air seleraku meleleh melihatnya,aku berhenti di salah satu pondok jual es dawet tersebut dan memesan es dawet hitam satu gelas. Selagi duduk duduk aki didatangi ibu ibu setengah baya menggendong ketiding penuh dengan aneka rebusan pisang,jagung dan kacang,dia menawarkan aku,tapi aku tidak berselera saat itu dengan makanan karena sudah kenyang dengan air.
Sewaktu ibu tadi akan pergi timbul rasa hibaku melihat tubuh ringkihnya yang akan mengangkat ketiding berisi beban seabrek,lalu aku bilang mau beli satu pisang rebus,kuberikan uang 50ribu dan tidak usah dikembalikan,ibu tadi berterimakasih berkali kali dan mendoakan panjaaang sekali untuk ku..menjadikan aku makin terharu... begitu ikhlasnya dia dengan hidup seadanya..semoga ibu parni sebagai pencari nafkah untuk 4orang anak dan seorang suami yang sepuh tetap sehat dan kuat menjalani hidupnya...amiin.
Ibu Parni   
 Aku melanjutkan perjalanan dengan harapan bisa makan siang di Wangon,tapi sebelum wangon sudah terdengar azan Dzuhur,aku berhenti untuk sholat dimasjid pinggir jalan.
Joker masih belum muncul aku coba menghubungi HP nya dan ternyata dia bari memasuki perbatasan Banyumas,aku beritahu dia bahwa aku menunggu di warung Sunda di pinggir jalan sebelah kiri sebelum wangon.
Aku makan di warung sunda yang cukup bagus di daerah itu dan letaknya berseberangan dengan mesjid,sepeda sengaja aku pajang di depan warung agar Joker bisa melihat keberadaanku. Hanya ada aku tamu yang makan pada waktu itu dan beberapa orang pelayan pria melayani dan menanyakan pesananku,salah seorang pelayan pria Fadli yang bertubuh besar dan gendut tapi agak "kemayu"tadi sama sama sholat dzuhur denganku waktu di mesjid sepertinya surprise sekali mengetahui aku sedang dalam perjalanan dengan sepeda dari Jakarta ke Bali selama makan aku diberi banyak pertanyaan dan aku menjawab dan menceritakan suka duka di perjalan walaupun saat itu aku ingin sendiri karena lagi capek dan ngantuk. Karena ngantuk...aku minta pamitan sama tukang warung dan minta tolong agar nanti kalau joker datang memberi tahu dia bahwa aku sedang tidur di Mesjid,tapi Fadli memberi tahu agar tidur di Mushala warung itu saja,aku mengiyakan karena dekat apabila Joker datang nanti.
Mataku yang berat karena ngantuk akhirnya tertidur belum sempat pulas aku merasa tanganku di pijat pijat,aku buka mata ternyata si Fadli gendut ada di sampingku sambil mijit tangan dan ngomong "bapak capek saya pijatkan ya" tingkahnya yang ke perempuan perempuanan membuat hatiku jadi kecut,aku bilang "ngga usah aku ngga biasa di pijat" matanya menatapku dalam dalam..uugh bahaya nih.....ketemu bencong kesurupan pikirku...aku langsung bangkit berdiri takut di terkam sama raksasa tersebut...sekarang duduk didekat jendela saja nungguin joker biar lebih aman....
Setengah jam kemudian Joker baru muncul terengah engah mendorong sepedanya,lalu aku pesankan dia pocari dingin dan nasi timbel.
Joker mengeluhkan sepedanya yang terlalu berat dikayuh apalagi dipendakian dipenurunan saja sudah ngga mau meluncur,aku curiga vbreaknya lengket dan sewaktu di cek putar roda dengan tangan tidak bisa mutar,lalu kami coba membetulkan dan berhasil. kemudian aku ceritakan Joker,gara gara vbrake lengket aku menunggu joker kelamaan dan hampir saja aku diperkosa Bencong edaaaan....
Sekarang sepeda joker mulai laju,aku sering tertinggal di belakang tapi aku bersyukur ngga perlu tunggu tungguan lagi.
Memasuki wangon kita jalan beriringan dengan joker,persis 10meter didepan kami terdengar bunyi guabraaak...didepan mata aku melihat ibu jatuh dari motor dan anaknya umur lebih kurang 3tahun bergulung gulung jatuh koprol layaknya karateka...aku dan joker teriak Astagfirullah....kendaran yang ada waktu kejadian hanya sepeda kami dan beberapa mobil sudah lewat didepan.
Sepeda ku titip ke joker dan aku mendekati anak ajaib tadi,aku lihat dia tidak ada yang luka lalu kubawa ke pinggir jalan,sementara ibunya tergeletak dijalan di tolong oleh warga yang mulai ramai berdatangan.
Aku dengan seorang bapak mengangkat ibu korban ke pinggir jalan,aku lihat dia belum sadar,aku ajak seorang bapak warga disitu menyetop mobil apa saja untuk membawa korban ke rumah sakit,Alhamdulillah sebuah pickup bersedia membawa korban ke puskesmas terdekat.
Satu pembelajaran kalau naik sepeda motor jangan mengganduli stang dengan barang bawaan yang bisa melintir dan mencelakakan diri sendiri.
Di tepinya Sungai Serayu.....

13 km sebelum Purwokerto kami sampai di pinggir sungai Serayu yang kelihatan indah sore itu,sejenak kami duduk melepas lelah dipinggirnya sambil minum segelas es dawet hijau..es dawet lagi es dawet lagi..hehehe..
Dawet daweeet...
Begitu mulai masuk desa Kebasen kami diguyur hujan lebat dan hari mulai gelap,lampu sepeda kupasang kami terus mendayung pelan dikegelapan yang kiri kanannya sudah mulai terlihat rumah rumah penduduk hingga hingga sampai di rumah kakak joker jam 7 malam didaerah stasion timur purwokerto,semua basah kuyup tidak ada bagian yang kering lagi,mudah mudahan kami tetap sehat karena perjalanan masih jauh.....
Sampai jumpa di perjalanan menuju purworejo...

Saturday, December 21, 2013

2.MEMASUKI JATENG (TRANS JAVA BALI)

Tiba saatnya kami melanjutkan perjalanan dan meninggalkan keluarga kang Nana yang telah memberikan kebahagian selama 2hari keberadaan kami dirumahnya di kota Cianjur.
Pagi itu selesai sholat subuh aroma nasi goreng dan aroma kopi ginseng menggoda penciumanku,ternyata keluarga kang Nana maklum,hanya satu kali panggil aku langsung nyelusup kemeja makan menyantap hidangan yang disiakan.
Dipinggir jalan raya cianjur Bandung yang sudah mulai dipadati kendaraan kami dilepas oleh kang nana dan istrinya.
kami dilepas oleh kang nana
Disela sela kerumunan kendaraan kami meluncur kearah cipatat,dan dari cipatat sampai puncak citatah,dari arah yang berlawanan sering papasan dengan pesepeda lain,mereka meluncur turun dengan kencang.
Tanjakan citatah adalah tanjakan yang membuat hati kami kecut membayangkannya,tapi karena hanya jalan ini yang ada untuk ke Bandung maka kita harus menempuhnya. disamping tanjakan terjal juga sempit. Dua kali aku terpaksa turun dari bahu jalan kalau tidak turun tentu sudah disrempet bus besar tersebut,aku tidak sempat lagi memperhatikan joker dibelakang karena konsentrasi menyelesaikan akhir dari tanjakan. Sampai di puncak citatah aku istirahat  kesebuah warung lalu minta sebotol pocary dingin,bajuku basah keringat.
Dari puncak citatah hingga padalarang jalannya menurun terus,memasuki kota padalarang kemacetan mulai terasa,pada beberapa ruas jalan kami mencoba menelusup ketrotoar agar terhindar dari perangkap kemacetan,akhirnya kami makan siang dan sholat dzuhur di cimahi.
Dari cimahi masuk jalan sukarno hata,cibiru terus cicadas,untuk menghemat waktu sepeda sempat kami angkat untuk pindah ke jalan yang ke Garut. Jalan raya ke garut sangat mulus,kami mendayung sepeda sangat santai karena sudah terhindar dari kemacetan yang terus menerus.
Joker sudah beri aba aba untuk stop dan mencari penginapan atau mesjid untuk mabit.
Sebelah kiri jalan didaerah Rancaekek,aku melihat sebuah mesjid yang sangat bagus phisicnya dan facilitasnya.
Masjid PLN Rancaekek

Aku memasuki halaman mesjid yang ternyata bernama mesjid PLN dan bertanya pada satpam apakah boleh kami nginap malam nanti di mesjid tersebut,satpan itu mengatakan mengizinkan.
Kami dipersilahkan membuat copi atau teh yang sendiri sendiri dan bahan serta air panasnya disediakan oleh petugas mesjid.
Didepan pintu masuk mesjid juga ada tempat titipan barang barang jamaah.
Aku baru mengalami hal seperti itu,dalam hati aku mendoakan dermawan yang baik hati tersebut ditambah baroqah rezekinya.
Selesai sholat isha kami duduk di ubin pelataran mesjid yang luas tersebut sambil menyeruput kopi panas yang disediakan cuaca yang cerah membuat  perasaan saat itu seolah olah aku berada di pelataran mesjid Nabawi
Dari petugas mesjid aku dengar mesjid yang indah yersebut adalah wakaf pln konon itu adalah atas prakarsa pak DI.
Masuknya waktu subuh terasa lebih cepat dibanding di jakarta,jam 3.30 muazin mesjid sudah datang menghidupkan sound system dan bersalawat sampai dikumandangkan azan subuh jam 04.4wib.
Perjalanan dari Rancaekek ke arah ciamis pagi itu sangat menyenangkan,arus kendaraan tidak ramai ditambah jalan hotmix yang luas dan mulus,di daerah sesudah pasar Malagbon kami di guyur hujan lebat.
Pasar Malabong

Aku berteduh di sebuah warung sambil makan siang,perjalanan sempat tertunda 1jam lebih,dipenurunan menjelang mekarbakti aku melihat mobil sedan yang tetguling ke jurang yang dan memacetkan perjalanan karena dalam proses evakuasi korban.aku tidak berhenti walaupun saat itu agak sulit melewati kendaraan dan orang yang berhenti melhat kecelekaan tersebut.
Aku mencoba hubungi Joker karena masih belum muncul,ternyata posisi nya masih 15 km dibelakangku,sejam kemudian aku melihat joker di tanjakan menuntun sepedanya dalan keadaan basah kuyup kena hujan

Tanjakan Malabong

Sore sudah mulai gelap kami sampai di daerah Ciamis kami berhenti disebuah warung dan  disambut oleh pak Maman yang ternyata seorang penggemar sepeda juga.
Karena hari sudah mulai gelap dan hujan yang makin besar akhirnya Pak Maman menawarkan kami untuk menginap di rumahnya tapi kami menolaknya dengan halus karena sungkan merepotkan tuan rumah yang baru kami kenal itu,akhirnya kami dipersilahkan nginap dimasjid Al Rahmat Cihaurbeutik Ciamis sesuai permintaan kami sebelumnya.
Sebelum magrib kami berusaha untuk selesai mandi dan cuci pakaian agar tidak mengganggu jemaah yang akan berudhuk untuk sholat magrib nanti
Kamar mandi sempit yang digabung dengan wc pecah dan rusak agak sulit untukku  mandi ditambah lagi bolam lisrik yang mati,pintu yang sudah copot inilah salah satu tantangan hari ini,aku jalani ini dengan senang hati,karena musuh yang paling besar dalam perjalanan adalah selalu mengeluh yang tidak ada gunanya.
 Habis subuh istri pak maman menyuguhi kami kopi dan beberapa potong balabala,kemudian dibungkuskannya juga beberapa potong kue buat di jalan
Pak Maman

Pagi itu kami berharap jarak ciamis ke purwokerto 140km bisa selesai sampai sore.ternyata hal itu tidak bisa kami lakukan.
Dari ciamis sampai Banjar jalan bagus dan tanjakanya relatif tidak terlalu tinggi kendaraan tidak terlalu ramai,kami mendayung sepeda agak santai.

Kota Ciamis menurut pak Maman banyak artis yang berasal dari kota itu salah satunya penyanyi Nike ardila,aku diberi tahu nanti dalam perjalanan akan melihat makamnya,akibatnya sepanjang jalan mataku jelalatan mencari makamnya,akhirnya sampai ke alun alun ngga ketemu juga...aaakh cape deh,ngapain juga kalau ketemu,aku memarahi diri sendiri...hehehe...
Sampai di Banjar Batas propinsi Jawa barat dan Jawa tengah jam sudah menunjukan pukul 11.00wib aku berhenti istirahat menunggu Joker yang tertinggal di kira kira 5km dibelakang.
Selamat tinggal tanah Sunda

Kami memasuki Jateng
Sepanjang jalan antara banjar dan majenang banyak ditemui iklan rumah makan,kami memutuskan untuk makan siang di pringsewu karena pingin tau keistimewaannya lagi pula kali ini kami ingin memanjakan selera di tempat yang lebih nyaman dari biasanya.
Di km90 sebelum purwokerto kami berhenti dirumah makan pring sewu,terlihat fasilitasnya lebih lengkap dibanding warung lain yang ada disitu.
Kami memesan soup iga sapi yang harganya cukup untuk makan kami selama 2hari diwarung warung pinggir,aku berpandang pandangan dengan joker,aku mengerti kami sudah salah masuk tapi untuk mundur dan mengatakan ngga jadi bueraat sekali,soalnya air nya sudah diminum duluan..hehehe.....
Terlihat tamu tamu yang datang orang orang menengah atas yang sudah pasti golongan orang orang yang mementingkan kenyamanan,kami sempat bertemu sebuah klub sepeda motor gede dengan penampilan seperti black angles di amerika,jauh beda dengan tampang kami yang kucel terbakar mata hari.
Joker mengasih tahu aku kalau soupnya tidak ada istimewanya,jadi pengalaman yang kami dapat direstoran tersebut  adakah keistimewaan harganya.
Aku sampai di Majenang jawatengah jam 16.00wib aku telpon Joker yang masih 10km dibelakang,dia mengatakan begitu capeknya hingga sering tertinggal,aku menunggu joker lagi di satu pertigaan jalan di Majenang,sejam kemudian dia muncul dan sepertinya Joker kelihatan lemas sekali,akhirnya rencana kami untuk menuntaskan sampai Purwokerto tidak jadi dan kami memutuskan untuk istirahat di kota Majenang saja.

Menunggu Joker di Majenan
Aku bertanya lokasi mesjid terdekat ke tukang becak yang dari tadi menemani ku ngobrol  dan mereka memberi tahu di depan alun alun kota ada masjid Raya yang biasanya juga disinggahi para mushafir,kami langsung menuju ke mesjid yang diberitahu itu,kami menuju pusat kota yang jalannya agak sempit dan ramai dengan kendaraan termasuk bus bus umum juga melewati jalan tersebut,tidak berapa lama kami sampai disebuah mesjid Raya Al Mujahiddin cukup besar dan bertingkat dan didepannya ada lapangan luas yang disebut alun alun.
ternyata tempatnya sangat strategis karena di pusat kota dan gampang untuk mendapatkan makanan.dan bersantai bersama penduduk,
Kami masuk ke halaman mesjid bagian kiri dekat area udhuk jemaah laki laki dan duduk sambil melhat kalau kalau ada pengurus mesjid disitu,beberpa orang mendekati kami sambil menyapa ramah kami dari mana dan mau kemana,tidak lama kemudian Pak Mugio ikut ngobrol dan beliau memberi tahu kami bisa nginap di masjid tersebut yaitu di bagian teras sebagaimana mushafir yang sering mampir kesitu.
Waktu magrib makin dekat aku permisi untuk mandi dan cuci pakaian,kamar mandi cukup bagus dan lega,airnya bersih,rasanya puas sekali mandi hari ini.
Sehabis magrib kami jalan ke depan alun alun,kami menemukan dunia yang beda kali ini,keadaan pasar sekitar alun alun yang dipenuhi kuliner yang memancing selera untuk mencicipinya,penduduknya yang sederhana tapi kaya dengan keramah tamahan dibeberapa warung terdengar radio lokal sedang melantunkan nyanyian tradisional Jawa,kami sangat menikmati suasana malam ini...
(bersambung...aku tidur di teras mesjid disebelahku ada orang sinting..!)


Thursday, December 19, 2013

1.DISEDEKAHI ORANG (BERSEPEDA BIKEPACKER TRANS JAVA BALI)

Si Marine yang selama ini setia membawaku berkelana Sumatra Jakarta,kali ini siap untuk membawaku lagi bertualang menyusuri sepanjang Jawa dan Bali. Joker 65 tahun yang tak pernah merasa tua kelihatan juga bersemangat dan siap dengan petualangan dan pengalaman baru yan akan kami hadapi.
Si Marine dengan beban (-/+40kg)
Kami di lepas keluarga di Bintaro


Hari pertama perjalanan trans java bali ,pagi itu kami hanya di lepas oleh beberapa orang keluarga joker ditambah satu orang tetangganya yang mungkin agak aneh melihat beban sepeda kami yang seabrek kayak tukang sol sepatu atau tukang perbaiki payung yang pernah ku lihat keluar masuk gang di sentiong.
Pakaian jersey tipis mungkin tidak akan lepas sampai aku di Bali nanti,joker juga pakai jersey supaya kami sedikit berbeda dengan tukang ojek ontel di jakarta kota.
Tepat jam 8.30 kami berangkat di jalan Graha raya bintaro sudah mulai padat tapi perasaan senang senang saja karena baru start dan juga udara masih segar,kami meliuk dengan tujuan citos dulu baru jonggol.
koq citosnya jauh sekali
Joker mulai ragu koq citosnya jauh sekali,uuup salah jalan rupanya,ada beberapa kali nyasar akhirnya sampai di cibubur nanya lagi ke seseorang ditunjukan masuk ke jambore saja biar dekat ke jonggol,sewaktu akan masuk ke komplek jambore cibubur dicegat oleh satpam katanya harus bayar,tapi setelah mereka tahu kami cuma numpang lewat kearah jonggol akhirnya kami dibiarkan masuk tanpa karcis.
Memasuki jalan raya jonggol terasa padatnya arus lalu lintas,di trafic light kadang kami berusaha menyelusup ketengah kerumunan kendaraan yang macet agar bisa diantrian paling depan.
Didesa Sukamaju hujan lebat turun tiba tiba,kami berteduh diwarung pinggir jalan.
Hujan angin menyiram sepeda dan pannier yang terletak di luar warung,aku duduk dekat pintu warung sambil berharap hujan segera reda,tiba tiba ibu warung menyodoriku teh hangat sambil mengatakan "silahkan diminum pak,kelihatannya bapak perjalanan jauh" kemudian pertanyaan standard dari mana mau kemana,aku tidak menyangka ibu itu begitu baik.
Sambil berterimakasih kutanya dimana mesjid terdekat dan ditunjukan lebih kurang 2km didesa sukamaju ada mesjid yang cukup besar dipinggir jalan.

Begitu hujan agak reda,kami lanjutkan memacu sepeda kearah desa sukamaju,roda sepeda memercikan air hujan yang menggenangi jalan cukup membuat punggung dan badan kami belepotan air campur lumpur.
Jam 17.10 kami melihat sebuah mesjid yang cukup baru diseberang kanan jalan di simpang tiga desa Sukamaju,mesjidnya bagus sekali dan dari piagam yang dipajang di loby tertulis bahwa mesjit tersebut wakaf dari seorang sech di Arabsaudi,sedangkan tanahny adalah wakaf orang tua pak haji Yahya.
Pak haji Yahya pengurus mesjid Umar bin khatab sangat ramah menerima kami,sehabis magrib kami diperkenalkan pada jemaah kemudian beliau memberikan ceramah agama yang agak sulit aku mengerti karena dengan bahasa sunda,aku memahami sangat sedikit dan hanya bisa ikut ikutan ketawa kalau orang ketawa.
Malam itu kami makan dengan nasi bungkus dari pak haji yaha,sungguh perhatian sekali beliau pada kami..alhamdulillah.
Paginya sehabis sholat subuh pak yahya mengajak kami ke rumahnya untuk ngopi,sambil ngopi beliau berikan pencerahan yang ringan dan santai pada kami pada kami
Sewaktu kami pamit beliau memberikan uang masing masing rp50ribu pada saya dan joker sambil mengatakan ini "tolong terima infaq saya ini mudah mudahan bisa dimanfaatkan diperjalanan nanti",sungguh saya kaget diberi sedekah tersebut dan sewaktu saya tolak beliau mengatakan jangan ditolak ini adalah rejeki kalian....alhamdulillah jadi musyafir banyak rejekinya gumamku pada joker
Pak haji Yahya di desa Sukamaju

Jam 7 tepat kami lanjutkan perjalanan menuju  bandung.
Ini adalah perjalanan yang tidak begitu enak karena jalan  yang kami lalui sudah pernah ditempuh.
Tanjakan cikalong sangat menakutkan kami karena tanjakan yang tidak pernah datar sejauh 1km.
Joker tertinggal beberapa ratus meter dibelaKangku.
Kemudian kami bertemu lagi di puncak cikalong dan makan siang bersama,siang itu aku sempat  menelpon Kang Nana Rusnadi teman di cpi dulu yang sekarang menetap di Cianjur
Kang Nana mewanti wanti kami supaya mampir kerumahnya,lalu aku bilang akan tanya joker dulu nanti ditelpon lagi.
Menjelang kota cianjur hari sudah pukul 15 sore dan aku lihat joker sudah tidak memungkinkan lagi untuk melanjutkan perjalanan,kami istirahat disebuah warung dan mengopi bersama seorang biker Pak Judi dari Jakarta beliau ini sangat bersimpati pada kami dan memesankan kami untuk menghubungi telponnya apabila kami membutuhkan bantuannya.
Pak Judy biker dari Jakarta
Aku menginformasikan kang nana bahwa kami akan nginap dirumahnya,beliau senang mendengar kami akan datang lalu kami di jemput ke jalan raya jakarta cianjur dan di konvoi hingga ke rumahnya yang indah di cianjur.
Mungkin kelelahan atau juga tawaran menarik kang nana akan membawa kami jalan jalan di sekitar cianjur akhirnya kami sempat dua malam menginap dirumah kang nana.
Siangnya kami dibawa ke gunung padang 1jam perjalanan yang menjadi situs Megalictic konon ilmuan mengatakan umurnya 10.000sm dan lebih tua dari piramid giza di mesir,malamnya kami dibawa mencari kuliner sate maranggi di cipanas.
Gunung Padang situs Megalitic
 Rasanya dua hari dirumah kang nana yang juga mempunya kursi pijat yersebut sidah memulihkan tenaga dan semangat kami seperti semula.
Melanjutkan perjalanan dari rumah kang Nana Cianjur
Besok kami akan melanjutkan perjalanan ke arah garut dan Tasikmalaya,pakaian kotor semua sudah dicuci dan keberangkatan hari ini betul betul fresh,hanya saja kami agak jenuh juga membayangkan tingginya pendakian citatah...aku bilang sama joker nanti seandainya kaki ini sidah menolak mendaki tanjakan citatah kita harus siap siap mencari pick up atau truck mengantar kita sampai puncak,tapi kit berharam kita masih besa menfayung ditanjakan tersebit..insyallah kita lihat saja kata joker....

SEKELOMPOK PENDAKI TUA DI PUNCAK GUNUNG GEDE


Turun dari puncak Pangrango hari sudah mulai gelap,head light terpasang aku jalan pelan beriringan dengan elshit,joker,Simple dan satu orang guide berusaha menapak ditempat yang aman,sekali kali berenti dan menarik nafas capek bercampur helaan nafas kebosanan.
Beberapa pendaki yang masih muda mendahuluiku dalam gerakan yang gesit melompat dari satu batu ke batu lain sambil menyapa "permisi pak".
Batu batu gunung yang yang bertebaran sepanjang jalan ada yang runcing,oval bulat ada yang licin siap mencederai apabila salah langkah dan kepleset,pelan dan pasti akhirnya aku bersama joker sampai di base camp Kandang badak pada jam 19.30wib.
Tenda kami di Kandang Badak

Selesai sholat dan menyedu kopi panas serta nasi sop ayam ala pegunungan aku segera masuk sleeping bag berharap bisa tidur agar siap untuk pendakian esok subuh ke puncak gunung gede.
Jam 04.30 subuh aku terbangun dan terdengar bacaan ayat alquran dalam sholat di luar tenda.
Jam 06 kami start untuk trecking ke gunung Gede.
Bagda Subuh ke puncak gunung gede

Dalam perjalanan ke Gunung Gede dari Kandang Badak, pada ketinggian 2.475 m.dpl akan kita jumpai persimpangan kekiri menuju Kawah Gunung Gede. Kawah Lanang akan kita jumpai disisi kiri jalan setapak ini, sementara Kawah Ratu (2.750 m.dpl) dan Kawah Wadon disebelah kanan. Disekitar kawah ini akan kita jumpai bunga Edelweis Jawa, dan kadang juga burung Rajawali Jawa (Spizaetus bartelesi) yang terbang melintasi kawah.Mendekati puncak Gunung Gede pepohonan semakin berkurang, kemudian hanya lahan gersang yang belum ada tumbuhan, hal ini diakibatkan kegiatan kawah berapi Gunung Gede, yang seringkali mengeluarkan gas berbau belerang.
Beruntung kami udara tetap cerah pemandangan lepas terlihat kebawah.aku jalan pelan beriiringan dengan seorang porter yang cukup banyak memberikan informasi tentang gunung Gede padaku,di jalanan yang sulit dia menunjukan jalan altrrnatif yang lebih nyantai untuk dilalui.
Sesampai di puncak Gunung Gede saya disapa dan diucapkan selamat oleh beberapa orang yang tidak saya kenal disepanjang bibir kawah,mereka menawarkan  minuman hangat dan sarapan pagi.kami terus menelusuri pinggiran jurang untuk menuju puncak tertinggi.
Sampai dipuncak hatiku luluh kutekuk lutut untuk sujud pada sang pencipta,,Ahamdulillah,kami masih diberi kesempatan menyaksikan pemandangan yang sangat indah.
Sesampai di puncak Gunung Gede

Kita bisa melihat kawah-kawah disekitar puncak, Gunung Pangrango dan Gunung Gumuruh serta pemandangan kota-kota, gunung-gunung di Jawa Barat, dan Selat Sunda dikaki-kaki langit.Dari puncak Gunung Gede bila kita turun kearah Tenggara kira-kira 1 jam perjalanan, kita akan menjumpai dataran seluas 50 Ha yang terletak di antara Gunung Gede dan Gunung Gumuruh, yang sebagian besar dataran ditutupi oleh bunga Edelweis Jawa, tempat ini dinamakan Alun-Alun Surya Kencana (2.800 m.dpl). Tempat ini sangat disukai oleh para pendaki sebagai tempat berkemah. Pada musim hujan, disini terdapat mata air,tapi kami tidak pergi kesitu karena keterbatasan waktu dan tenaga.
"SEPATU" Sekelompok Pendaki Tua
 Lebih kurang satu jam di puncak dan setelah puas berfoto foto kami turun kembali ke base camp di Kandang badak untuk packing dan langsung turun menuju cibodas.
Sepanjang perjalanan turun kami berpapasan dengan para pendaki yang baru mulai naik dan mulai dari kandang batu seolah olah berada di pasar saking ramainya,ternyata hari itu adalah hari libur panjang.
Sepanjang jalan sepertinya orang orang sangat respect pada kami "ayo pak silahkan" dan "ayo pak istirahat dulu" Aku nyletuk sama joker dan simple" rasanya belum ada yang manggil kita mas atau bang ya...?tapi yang menyapa opa ada satu orang....huahaha...berarti kita yang paling tua di pegunungan saat ini..hehe...
Kami sampai di base camp cibodas jam 17sore diketahui beberapa orang langsung menuju jakarta.
Mandi sholat dan makan. Saya,joker dan simple Simon hutagalung menuju jakarta.
Rasa capek kami rasanya sudah terbayar dengan pengalaman melihat keindahan ciptaanNya..Alhamdulillah....Subhanallah...
Sampai ketemu di perjalanan berikutnya.
Destinasi bukan tujuan karena prosess perjalanan adalah suatu pembelajaran.
Salam Persahabatan

PENDAKIAN KE GUNUNG PANGRANGO


Catatan perjalanan trans java Bali hari pertama kami mulai dari Jalur Pendakian Gunung Gede dan Gunung Pangarango
Dua carrier penuh berisi peralatan camping dan satu box berisi sepeda sudah dimuat di bak belakang mobilku dan siap untuk diboyong ke bandara ssk pekanbaru.
Kali ini kami berencana mendaki 2 gunung sekali gus yaitu Gunung Gede-Pangrango.
Turun dari gunung tersebut kalau Allah mengizinkan aku dan Joker melanjutkan perjalanan sepeda trans java Bali yang sempat tertunda.
Aku salami dan ku peluk satu persatu Istri dan anak cucuku kali ini aku minta izin dan doa untuk pergi beberapa lama.
Mereka sangat memahami keinginanku yang beresiko tersebut dan cucuku Keyla yang baru bisa ngomong berucap "inyiak jangan lama lama ya" aduuuh...kata kata itu yang membuat aku jadi terpana dan harus hati hati..
Nina istriku mengantar aku dan joker ke bandara ssk.
Aku Berangkat dengan Lion air,begasi yang kubawa ternyata overweight 5kg dan tambahan uang begasi rp55ribu harus kuikhlaskan.
Dua ransel yang padat ku sandang ke cabin dengan kecemasan kalau ditegur karena bawa ransel yang kelewatan genduuut.
Sore waktu Ashar kami sampai di Bandara cengkareng begasi kami kumpul lalu kami menuju mushola untuk sholat jamak zuhur dan Ashar.
Begasi yang over weight

Perut sudah makin lapar terutama joker yang belum makan siang,tidak berapa lama aster anak joker datang menjemput kami dan membawa kami ke kediamannya di serpong.
Esoknya jumat 1November kami menumpang mobil Simple simon hutagalung menuju cibodas.
Diperjalanan menuju cibodas kami sempat diguyur hujan,aku berpikir apakah kami juga akan diguyur hujan sewaktu di gunung nanti...?aku lihat joker dan simple hanya tersenyum kecut.
Di sekitar Kebun Raya Cibodas terdapat tempat parkir yang luas, banyak terdapat pedagang makanan dan oleh-oleh di sepanjang jalan.
Ada juga lokasi untuk berkemah di dekat kantor Taman Nasional. Lebatnya hutan tropis di lereng gunung Gede-Pangrango ini sudah terasa di Cibodas, namun suasana hutannya terpotong oleh padang golf yang sangat luas hingga ke arah puncak gunung pangrango.
Jam 19 malam kami sampai di satu hotel di cibodas udara mulai menusuk tulang sweater dan topi kupluk aku pasang untuk mengatasi dingin.
Cibodas

Beberapa orang teman pendaki,Brahmanta cilukbra,Turidho Torpedo,yusrizal Anak ayam,winadrianshah elshit,sugeng jigong,Romy sakai putih dari pengamatanku ada 7orang pensiunan chevron (HPC) yang ikut dalam xpdc gede pangrango ini ditambah beberapa orang muda yang belum aku kenal sudah lebih dulu sampai di hotel tsb,kemudian menyusul beberapa pendaki dari kalimantan yang pegawai cpi,sehingga jumlah peserta menjadi 32orang.
Gunung Gede-Pangrango adalah satu-satunya gunung yang menjadi faforit para pendaki di Indonesia, kurang lebih 50.000 pendaki per tahun, meskipun peraturan dibuat seketat mungkin, bisa jadi karena lokasinya yang berdekatan dengan Jakarta dan Bandung.Maka dari itu untuk mengembalikan habitatnya tiap bulan Agustus ditutup untuk pendaki juga antara bulan Desember hingga Maret.
Untuk mengurangi kerusakan alam maka dibuatlah beberapa jalur pendakian, jalur yang populer adalah melalui pintu Cibodas.Untuk mendaki Gunung Gede dan Gunung Pangrango di berlakukan sistem booking 3 sampai 30 hari sebelum pendakian harus booking dahulu. Jumlah pendaki di batasi hanya 600 per malam, 300 melalui jalur Cibodas, 200 jalur Gunung Putri, dan 100 jalur.
Jam 6 pagi kami sudah berkumpul di depan hotel,menyampaikan apa yang boleh dan tidak boleh lalu doa bersama.
Doa bersama

Kami diingatkan bahwa di Pintu gerbang masuk bascamp Cibodas pendaki wajib melapor dan menunjukan surat - surat perijinan dan akan dilakukan pemeriksaan terhadap barang bawaan untuk barang yang dilarang seperti pisau, radio, sabun, odol, dll. Akan di minta oleh petugas, dan pada saat keluar Taman Nasionaljuga akan dilakukan pemeriksaan kembali. serta wajib memperlihatkan sampah yang dibawa turun sisa- sisa pemakaian kita sendiri.
Peringatan tersebut sangat bagus untuk lingkungan tapi prakteknya ngga pernah dilakukan oleh petugas pada kami.
Dari jalur Cibodas ini tersedia beberapa pos tempat peristirahatan yang berupa bangunan beratap yang sangat bermanfaat untuk berteduh dan menghangatkan badan. Sebaiknya tidak mendirikan tenda di dalam pos karena mengganggu para pendaki lainya yang ingin berteduh.
Awal pendakian dimulai dengan menyusuri jalan setapak berbatu, melintasi kawasan hutan tropis yang lebat. Kicauan burung dan suara monyet akan menyambut para pendaki sejak dari pos penjagaan. Setelah berjalan sejauh 1,5 km melintasi kawasan hutan yang sangat asri, terdapat sebuah rawa yang disebut telaga biru dalam ketinggian 1.500 mdpl. Telaga biru yang warna airnya bisa berubah - ubah di sebabkan oleh tanaman ganggang yang tumbuh di dasar danau.
Dengan melintasi jembatan kayu sepanjang jalur selanjutnya akan sampai pos Rawa Gayang Agung pda ketinggian 1.600 mdpl. jalur jembatan kayu ini sudah mulai rusak, banyak kayu-kayu yang lepas sehingga pendaki bila kurang hati - hati bisa terperosok jatuh.Setelah berjalan di atas jembatan kayu sepanjang kurang lebih 1 km, jalur kembali menapaki jalan berbatu hingga sampai di Pos Panyancangan Kuda. Pos ini berada diketinggian 1.628 mdpl, terdapat bangunan beratap yang dapat dipergunakan untuk berlindung dari hujan dan angin, namun pendaki-pendaki yang egois sering membuka tenda di dalam bangunan ini. Di lokasi ini terdapat persimpangan jalur (pertigaan). ke kanan ke arah air terjun Ciberem, sedangkan arah ke puncak ambil jalur lurus.
Bila pendaki ingin mampir ke air terjun mungkin tas dan bawaan lainnya bisa ditinggal di pos ini, dan ada salah satu rekannya yang menunggu.Berjalan sekitar 30 menit dengan lintasan berbatu yang sedikit menurun, dan di beberapa tempat digenangi air sehingga sepatu bisa basah, maka kita akan sampai di Air Terjun Ciberem yang berada di ketinggian 1.675 mdpl).Air terjun Ciberem ini terdiri dari tiga buah yakni; curug Cidendeng, curug Cikundul, dan curug Ciwalen. Wisatawan umum bisa datang ke lokasi air terjun ini cukup dengan membayar tiket masuk di pos penjagaan. Untuk melanjutkan pendakian pendaki harus balik lagi ke Pos Panyancangan Kuda (pertigaan).Dari pertigaan, jalur pendakian mulai menanjak dan berliku-liku melewati jalan setapak dari batuan yang terjal. Gemuruh air terjun yang berada jauh di bawah terdengar dengan jelas. Suara-suara satwa sering terdengar terutama di sore dan di pagi hari. Sejenak kita bisa beristirahat di Pos Batu Kukus (1.820 mdpl). 
Di tempat ini terdapat bangunan untuk duduk istirahat, dahulu ada atapnya yang disangga oleh sebuah tiang kayu di tengahnya.Lintasan kembali menanjak, jalan setapak berbatu mulai berganti dengan jalan tanah yang lebih alami. selanjutnya jalur mulai landai dan bonus-bonus turunan akan mempercepat kita sampai di Pos Pondok Pemandangan (2.150 mdpl). Pada musim pendakian, karena ramainya pengunjung maka kita bisa beristirahat di pos ini sambil menunggu antrian melewati air panas.Air panas berupa lereng curam yang sangat berbahaya, yang dialiri air panas dengan suhu yang mencapai 70°C, pendaki perlu ekstra hati-hati karena sempit dan licin.

 Sebaiknya jalan satu persatu dan menunggu bila ada pendaki yang melintas dari arah berlawanan. Karena bila dua orang pendaki bertemu maka pendaki di sisi jurang akan sulit mendapatkan pegangan bila terpeleset dan kesenggol akan fatal akibatnya, meskipun ada rantai besi pengaman namun kondisinya kurang aman untuk dijadikan pegangan.Batuan di Air Panas terasa panas bila disentuh. Namun banyak juga pendaki yang berhenti untuk menghangatkan badan. Sebaiknya tidak berhenti di sini karena sangat menggangu pendaki lainnya, selain itu sebaiknya menggunakan sepatu, panasnya air sangat terasa bila kita hanya menggunakan sandal.Mandi di sungai di Pos Kandang Batu (2.220 mdpl) ini yang berair hangat sangat menyegarkan badan, menghilangkan capek dan membantu melancarkan aliran darah yang beku kedinginan. Jangan gunakan sabun, odol, shampoo, karena banyak pendaki mengambil air minum di sungai ini. Membuka tenda di Pos ini sangat mengganggu perjalanan pendaki lainnya.

Meninggalkan Pos Kandang Batu kita akan melewati sungai yang kadang airnya deras sehingga hati-hati dengan sendal yang dipakai. Celana panjang mungkin perlu digulung, namun bila air sungai sedang tenang (tidak ada hujan di puncak) kita bisa melompat di atas batu-batu. Selanjutnya kita akan sampai di tanah lapang yang cukup untuk mendirikan beberapa tenda.Mendekati Kandang Badak, kita akan mendengar suara deru air terjun yang cukup menarik di bawah jalur pendakian. Kita bisa memandang ke bawah menyaksikan air terjun tersebut, atau turun ke bawah untuk mandi bila air tidak terlalu dingin. Di sekitar air terjun ini lintasan terjal dan sempit sehingga harus menunggu antrian satu per satu untuk melewatinya. Setelah itu jalur mulai landai dan sedikit menurun hingga Pos Kandang Badak (2.395 mdpl).

Bagi pendaki sebaiknya mengisi persediaan airnya di pos Kandang Badak, karena perjalanan berikutnya akan susah memperoleh air.
Porter kami sudah memepersiapkan tenda di area ini,jam 12 siang semua pendaki sudah sampai dikandang badak,makan nasi soto sudah tersedia.makanan pans diudara sedingin itu uenak sekali,sebaiknya makanan sedang panas segera disantap saja kalau tidak makanan tersebut beberapa menit saja akan dingin.
Makan di Kandang Badak
 Selesai makan dan sholat perjalanan akan dilanjutkan ke puncak pangrango.
Beberapa teman tidak melanjutkan karena kaki lecet dan sudah kehabisan tenaga juga.
Setelah kandang Badak perjalanan menuju puncak sangat menanjak dan melelahkan disamping itu udara sangat dingin sekali. Disini terdapat persimpangan jalan, untuk menuju puncak Gn.Gede ambil arah ke kiri namun jangan salah jalan menuju ke kawah, dan untuk menuju puncak Gn.Pangrango ambil arah kanan. Persiapan fisik, peralatan dan perbekalan harus diperhitungkan, sebaiknya beristirahat di pos ini dan memperhitungkan baik buruknya cuaca.Menuju puncak Pangrango waktu yang dibutuhkan sekitar 3 jam dengan jarak tempuh lebih kurang 3 km, dengan melintasi kawasan hutan lebat yang sangat terjal. Dari puncak gunung Pangrango pendaki tidak bisa menikmati pemandangan sekitar karena masih banyak pohonan. Sedikit turun ke arah barat terdapat areal terbuka seluas 5 ha yang dipenuhi dengan tanaman bunga edelweis. Tempat ini di sebut Alun Alun Mandalawangi.
(Bersambung menuju puncak gunung gede)
Puncak Pangrango
Alun alun Mandala wangi

Saturday, July 20, 2013

CATATAN XPDC GUNUNG LATIMOJONG (SULSEL)



XPDC GUNUNG LATIMOJONG



Asww Hpc.
Salam sehat dari kami di Enrekang,Kali ini kami ingin berbagi cerita bukan lagi dengan sepeda tapi perjalanan bagageh ke gunung
Latimojong didaerah Enrekang sulawesi selatan,mudah mudahan bisa terhibur sebagaimana pengalaman baru yang belum kami ketahui dan akan kami telusuri dengan sepatu butut serta backpack tua yang setia menemani disetiap perjalanan.
Xpdc ke gunung
latimojong ketinggian 3478mdpl dirancang setelah pendakaian kami ke gunung Dempo di Sumatra selatan dan sepeda turing Tour d akap 1 pada november 2012.
Kawan dari kelompok Sepatu (sekelompok pendaki tua) yang terdiri dari pensiunan dan aktif di cpi sudah mematok waktu keberangkatan 1 minggu perjalanan,....
Tanggal 3 May adalah hari yang kami tetapkan untuk memulai xpdc.
Tiket pesawat promo yang sudah dibeli 3bulan yang lalu dan peralatan pendakian serta carrier sudah aku persiapkan jauh hari.
Diantara pendaki yang berjumlah 13 orang ada 4 orang dari hpc yaitu saya sendiri,Brahmanta,syafrizal mawardi dan Win ardiansyah dan yang lainya kawan kawan yang masih aktif di chevron.
Jumat 3 may jam 13.00 pesawat boing 737 menerbangkan kami dari bandara Ssk ke cengkareng transit kemudian lanjutkan penerbangan dan sampai di bandara Hasanuddin Makasar jam 20.00wita. Beberapa kawan sudah ada yang duluan sampai di Makasar menunggu kami di bandara

Hasanuddin,bandara international yang besar dan tertib mungkin karena kami nyampe malam jadi kelihatan tenang dan agak sepi.
bandara Hasanuddin

Dipintu keluar gedung bandara berjejer loket taxi dan disitu berjejer para agen taxi melambai lambai kami dari balik kaca untuk menawarkan taxinya,persis seperti melihat aquarium rasanya,kita bisa memilih dam menego taxi yang kita suka tanpa gangguan ditarik tarik ataupun dibuntuti para calo taxi.
2 unit avanza dengan ongkos 200ribu  mengantar kami ke hotel Sederhana di jalan Poso,baru berangkat mobil kami berhenti dan sopir memberi tahu bahwa dia mendengar tujuan kami sebelumnya  adalah jl yos sudarso dan bukan jl poso dan menimpali ngga apa apa kami akan antar tapi masing masing mobil nambah bayaran 10ribu...kawan kawan merasa dipermainkan semua bilang tidak mau nambah,akhirnya sopir mengalah dan tetap antar kami ke jl.poso dan sesampai di hotel Harapan tanpa di minta dan atas kerelaan kami memberi tip 20ribu.
 
nginap di hotel Harapan


Perjalanan Menuju dusun Karangan.
Sabtu pagi tanggal 4 may selesai sarapan pagi dihotel kami 14 orang sudah berkumpul di loby hotel dengan tumpukan barang barang yang cukup untuk satu mobil pick up.
Transit di Baraka
loading di Baraka

Tiga unit mobil inova membawa kami dengan tujuan desa Baraka di kabupaten Enrekang yaitu titik awal pendakian.
Makasar ke pare pare suasana kota masih terasa dengan trafic yang padat udara sedikit panas tapi cerah dengan.
Kontur jalan yang datar laju kendaraan bisa dipacu hingga 100km/jam,diselingi musik rock yang terasa menggedor dada sopir kami Andri yang kelahiran enrekang itu makin kencang menekan pedal gas tidak sampai 1,5 jam kami melihat hamparan laut di sebelah kiri jalan terlihat deretan toko toko dari pasar pare pare.aku yang duduk di bagian belakang kadang terlambung lambung dan terhuyung kiri kanan,segala macam doa terucap saat saat seperti itu...rasa takut seperti itu kadang berobah jadi nikmat kalau sudah capek mikir....hehehe..

Istirahat di rante lemo


Jam 12 kami memasuki desa Rapang
,Makan dan istirahat di Rapang
Dari Rapang menuju desa cake jalan sudah mulai mendaki dan menurun dan memasuki desa Baraka suasana pegunungan yang dingin mulai terasa,sampai di Baraka kami mampir ke pasar dan membeli beberapa perlengkapan dan logistik untuk digunung,di desa Baraka ini kami tukar kendaraan dengan 2unit toyota landcruiser 4x4.
Jam 19 malam kami melanjutkan perjalanan menuju desa Karangan yaitu desa terakhir untuk menuju puncak
Latimojong.
Satu mobil kami jejal dengan 9orang plus barang ditempatkan diatap dan depan cup mobil,kesan adventure  makin terasa,jalan yang berlumpur disertai tanjakan yang tinggi,dikiri menganga jurang yang dalam.

Mobil kami meraung raung dikeheningan hutan malam itu.
Sekali sekali bertemu rumah penduduk kemudian hutan lagi begitu seterusnya jarang kami menemui penduduk desa mungkin mereka tidak menampakan diri lagi karena dingin.dua kali mobil kami harus melewati sungai,aku lihat sopir tidak terlalu khawatir dengan hal semacam itu,hanya saja setiap kali kondisi yang sulit itu akan dilalui nyaliku.agak kecut juga membayangkan kalau terpeleset ke jurang,kawan lain semua diam setiap kali acara akrobat itu dilalui.
Pada suatu tanjakan yang cukup terjal kami harus turun karena jalan menanjak yang harus dilalui terlalu sempit,licin dan berlobang.
Sopir mencoba melewati jalan tersebut kami hanya bisa menonton dimalam yang gelap itu dengan perasaan tegang.sewaktu lewat roda hanya berputar dan jalan ditempat sampai beberapa kali coba
Dari ketinggian kadang kelihatan didasar jurang sana cahaya lampu dari rumah penduduk.
Satu kilo menjelang dusun karangan mobil kami terpuruk di parit,lebih kurang setengah jam mencoba keluar baru berhasil.

terpuruk di parit

Mobil jalan lagi sambil terangguk angguk menuju pendakian yang tak kelihatan di dalam gelap,kami berpegangan ke bagian yang bisa dipegang dan diam dalam lamununan masing masing.
Jam 21.00wita mobil memasuki desa Karangan disambut lolongan anjing yang bersahut sahutan,udara dingin terasa menusuk tulang dan disekeliling dusun bukit bukit seakan akan kita berada di tengah kawah besar,bunyi aliran sungai dan jangkrik jangkrik malam menambah sahdunya suasana yang betul betul alami.



rumah panggung dari kayu

Pak Sinu kepala dusun mempersilahkan kami kerumahnya
yang cukup bagus dibanding rumah yang ada di desa tersebut.rumah panggung dari kayu dilengkapi listrik yang cukup untuk hidupkan tv dan charge bateray hp.

Selesai makan malam kami mulai mengambil kaplingan untuk istirahat setelah menempuh perjalanan lebih kurang 8jam,udara yang dingin mengantarkan kami pada mimpi mimpi untuk esok hari ...sampai ketemu di puncak latimojong...
Mulai pendakian Gunung Latimojong
Rumah panggung dari bahan kayu sedikit menambah kehangatan di udara malam yang menusuk tulang,dari sela sela papan yang disusun kadang kadang terasa tiupan dingin angin luar seperti tiupan udara kulkas,dua kali aku pindah tempat tidur menghindar dari tiupan angin tersebut.
 
menghindar dari tiupan angin



Bunyi aliran sungai dan jangkrik jangkrik hutan membawaku tertidur hingga jam 04.30,sementara teman lain sebagiannya masih segan untuk keluar dari sleeping bag.
KB refileisa yang lebih dulu bangun mengumandangkan azan subuh Dari mesjid yang terletak persis di samping rumah,kami sholat subuh berjamaah dengan beberapa penduduk.
Dirumah para pendaki sibuk dengan packing barang barang yang akan dibawa kegunung.

packing barang

Jam 08 selesai sarapan kami berkumpul di halaman rumah,dengan ransel dipunggung. Penduduk yang baru keluar dari rumah juga ikut berkumpul sambil nongkrong berselimutkan sarung diudara yang dingin tersebut.
sepertinya kami jadi tontonan yang sangat menarik bagi mereka,bagiku suasana pagi di Dusun Karangan di ketinggian 1600mdpl diramaikan penduduk yang lugu dan murah senyum itu mengingatkanku ke desa desa zaman dulu yang bersahaja tanpa polesan aroma kota. 
suasana pagi di Dusun Karangan

14orang pendaki,10orang porter dan 1orang guide menyatu dan diberi wajangan yang super singkat dan padat oleh pak Sinu kepala dusun yaitu "di jalan jangan terkabur" lalu ditutup dengan berdoa untuk keselamatan dan kekuatan diperjalanan.

pak Sinu kepala dusun
Aku tidak menggunakan porter jadi beban yang aku bawa lumayan berat lebih kurang 5kg termasuk didalamnya nasi,pakaian serta air minum 2x600ml.
Jalan dari posko diawali dengan jalan berkerikil dan tanah padat.

 
beberapa aliran sungai kecil

Kami menyelusuri kebon kopi penduduk diantara lereng lereng kaki gunung yang sedikit terjal,beberapa aliran sungai kecil dan jernih mengalir dari atas gunung kami lewati dengan 
mudah,memasuki pos 1 kemiringan makin curam,disuatu pondok petani kopi yang terletak dipinggir jurang kami istirahat dari situ kita bisa memandang view desa karangan yang terletak jauh dibawah kaki gunung.
dipinggir jurang kami istirahat

Di Pos 1,Buntu Kaciling  1800mdpl,jam 10.00 tiga orang pendaki Sikumbang,Budiman dan Rammang rammang teringgal dan salah jalan  dibelakang dan harus di pandu dengan radio hingga bisa berkumpul ke team lagi.
10menit istirahat di pos 1 sudah membuat badan kedinginan,kami lanjutkan perjalanan yang mulai menelusuri punggiran punggiran tebing.

Tanganku meraih akar akar kayu yang agak besar dan menonjol keluar tebing cukup aman berpegangan  menahan badan dan pelan pelan kaki menapak di tanah tebing yang agak licin kadang kadang kami menapak dari akar pohon ke akar pohon.
Vegitasinya masih di dominan pohon pohon besar,suara serangga jangkrik hutan sekali sekali kicauan burung berbaur dengan derap langkah kami sewaktu melompat dari satu ketinggian ke posisi lebih rendah.
Pada suatu cadas dengan kemiringan lebih kurang 60 derjat disitu sudah tidak ada jalan yang datar,dibawah mengganga jurang yang ditumbuhi semak pohon  kami berhenti istirahat beberapa menit sambil mengamati posisi yang terbaik untuk bisa meniti cadas miring campur sedikit tanah tersebut.
Sakai,Kb,cilukbra,paranormal dan beberapa orang porter sudah melewati cadas tersebut.
Kini giliranku meniti,nyaliku agak ciut membayangkan kalau terpleset ke bawah,dengan segala keberanian yang tersisa aku coba menapak diding cadas tersebut dengan posisi menghadap dinding,aku cari cari pegang kayu kayu semak yang ukuran besar dan cukup kuat tertanam ketanah lalu ku pegang erat selangkah kaki kiri ku geser ke samping terlihat kerikil bekas injakanku jatuh ke jurang,lututku terasa lemas dan gemetar karena takut dan jantungku berdebar keras menahan stres,aku geser pegangan ke kayu sebelahnya dan kaki digeser lagi begitu seterusnya hingga cadas miring sejauh 4meter terlewati dan  berakhir pada tebing tanah yang disambut lekukan  datar jalan setapak.
Aku duduk istirahat sambil merenung dan menyadari tenaga dan reflek ku yang makin berkurang seiring bertambahnya usia, tapi aku sangat menikmati dan bersukur masih diberi Allah kesempatan dalam aktifitas alam seperti sekarang.Aku lihat teman teman lain melanjutkan perjalanan,kayaknya mereka lebih tenang dari aku...hhuuh...
istirahat sambil merenung

Pada satu turunan jalan tanah yang licin tiba tiba aku mendengar sesuatu yang jatuh ke semak dekat ke pinggir sungaiternyata Dumshit terperosok menginjak pinggir tebing dan terguling kebawah masuk semak,tapi tidak ada cidera.Jam 11.15wita menyeberangi titian kayu diatas sungai di pos2 yang sangat jernih airnya,pada sisi lain dekat air terjun ada gua alam menambah complitnya keindahan sekitarnya. Titian yang terdiri dari dua bilah kayu lumayan licin untuk di injak,aku tidak mau mengambil resiko jatuh ke sungai yang cukup deras airnya ,ngeri
membayankan apabila jatuh langsung ikut terjun bersama air terjun ke jurang,aku merangkak jalan menyamping sambil beringsut ingsut hingga ke pinggir sungai.
      jatuh langsung ikut air terjun
Di pos 2 dekat gua batu yang bernama Goa Sarung Pak pak di ketinggian 1890mdpl terlihat sakai dan beberapa orang duduk istirahat tapi aku langsung melanjutkan perjalanan karena terlalu dingin untuk duduk duduk disitu.
Pendakian dari pos 2 ke pos tiga masih menelusuri pnggiran tebing yang menanjak adakalanya jalannya putus tapi disitu ada jembatan kayu yang dibikinkan oleh pendaki sebelum kami,jalan pinggir menanjak menelusuri tebing akan lebih enak apabila ada akar akar kayu untuk tempat pegangan atau bergelantungan pindah dari satu sisi ke sisi lain.
 
pos 2

Vegitasi pada ketinggian ini masih dipenuhi pohon pohon besar
Lebih kurang 1 jam kami jalan naik turun tebing mengelilingi bukit dan lembah sepertinya ketinggian tidak habis habisnya,aku berjalan sudah mulai pelan dan menapak satu satu,pada ketinggian 1940mdpl kami sampai di pos 3 Lantang nase pada ketinggian 1940mdpl.
pos 3 Lantang nase

Beberapa orang pendaki cilukbra,paranormal dan KB duduk santai di tanah menyantap makan siangnya,aku bergabung disitu untuk istirahat dan membuka nasi bungkus yang sudah dipersiapkan Ibu kades sewaktu mau berangkat tadi.
Jam 12.35 kami mulai bergerak lagi menuju pos 4,aku berjalan sendiri sementara didepan ada beberapa kawan yang sudah duluan begitu juga di belakang masih ada yang tertinggal,medannya masih tetap menanjak pada satu dataran yang cukup terbuka di pos 4 Buntu Lebu ketinggian 2670mdpl kami bertemu beberapa teman dan aku bergabung disitu untuk sholat jamak qoshar Dzuhur Ashar dan menunggu teman lainnya yang masih tertinggal dibelakang.


Pendakian ke gunung memang memerluan endurance yang bagus karena terlalu lama berhenti istirahat dengan alasan pemulihan tenaga juga akan berakibat kedinginan dan gampang dapat kram.
Aku melanjut perjalanan dari pos 4 ke pos 5 saat itu sudah jam14.00,guide meberi tahu bahwa kita akan akan camping di pos 7 dengan pertimbangan pada posisi itu ada sumber air bersih untuk minum dan lebih dekat untuk menuju puncak hanya 1 jam perjalanan tapi kalau kita camping di pos 5 kita butuh waktu lebih kurang 4jam lagi untuk menuju puncak dan tidak ada sumber air bersih.
Tarikan nafas kelelahan dan sekali sekali bunyi ranting patah terinjak kaki mengiringi perjalanan ini,kami berjalan diam tanpa suara karena kelelahan beriiringan berempat aku,Hernia,Sikumbang dan Buah Jantan,medan ke pos lima tidak terlalu terjal cukup buat kami untuk santai setelah terkuras dengan medan yang terjal sampai pos 4 tadi,dalam keheningan tiba tiba radio HT yang dipegang Sikumbang memberi tahu bahwa Budiman yang masih berada di pos 3 dapat gangguan kram di paha dan minta supaya disiapkan satu tenda untuk dia yang akan camping di pos 5 saja karena merasa tidak sanggup untuk melanjutkan ke pos 7.
Jam 15.19 kami sampai di pos 5 Soloh Tama pada ketinggian 2780mdpl,kami bergabung dengan Cilukbra dan Paranormal yang sudah lebih dulu duduk istirahat disitu dan beberapa orang melanjutkan jalan menuju pos 7.
 
pos 5 Soloh Tama pada ketinggian 2780mdpl


Pos 5 mempunyai dataran agak luas dan bagus untuk camping tapi sayangnya disitu tidak ada sumber air untuk minum.Satu pohon besar yang tumbang kami gunakan untuk duduk santai sambil menunggu teman yang masih tertinggal dibelakang,nyaman sekali rasanya duduk istirahat dialam terbuka dari celah kerimbunan kayu terpancar sinar matahari yang cukup menghangatkan tubuh dari tiupan angin yang dingin,keheningan gunung dan kadang kadang bunyi tiupan angin menambah keterasingan kita dengan alam tetapi makin mendekatkan kita dengan Allah sang pencipta,terucap dari mulutku Subhanallah....
Air minum mineral yang ku bawa 2 botol 600ml sekarang hanya tinggal setengah botol,aku minum satu tenggak sekedar membasahi kerongkongan yang kering,kami berusaha mengelola miuman tersebut supaya tidak kehabisan sampai di pos 7 yang masih diperkirakan 2jam perjalanan lagi,disaat inilah terasa nikmatnya air dan perlunya kesabaran untuk mencapai puncak dari mimpi kita,kelelahan ini adalah sementara,kami berdamai dengan alam karena ketidak nyamanan adalah guru yang mengajarkan kita supaya jangan hanya mengeluh tapi berbuatlah supaya jadi nyaman.
 
berdamai dengan alam

Tidak berapa lama Budiman dan Ramang ramang dan Chandra si Guide akhirnya muncul di pos 5 tempat kami istirahat,kami berikan obat gosok untuk mengatasi kram Budiman yang sudah menjalari kedua pahanya.
Kami berempat melanjutkan perjalanan menuju pos 6 dan 7,vegetasi sudah berobah perdu perdu dan batu batu cadas mulai mendominasi sepanjang jalan,tanjakan mulai terasa terjal,kami berusaha percepat jalan,terasa sekali kabut mulai menyelimuti sekitar dan aku harus memastikan pijakan kaki jangan sampai terperosok ke jurang,tiupan angin gunung mendesir seperti bunyi hujan lebat didalam rumah yang beratap seng,langkah ku tetap pelan pendek berusaha tidak berhenti agar suhu badan tetap panas,cahaya matahari mulai terasa berkurang dan sudah mendekati gelap,aku lihat jam menunjukan jam 18.10,aku berhenti untuk mengambil senter penerangan,saat itu aku mendengar sayup sayup suara dari ketinggian,semangatku bangkit lagi aku lanjutkan jalan tanpa senter karena perkiraanku pos 7 (3300mdpl) yang kami tuju sudah dekat,beberapa menit perjalanan kami sampai disuatu ketinggian dan terlihat beberapa tenda dan kawan kawan porter sudah berkumpul di lapangan terbuka.
dikeheningan gunung
Aku turunkan carrier yang sudah hampir 8jam bertengger dipunggung itu ke tanah,lalu aku duduk menghabiskan minuman yang hanya tinggal 2 tenggakan,kawan kawan sebagian ada yang sudah didalam tenda bersembunyi dari dinginnya tiupan angin dan beberapa orang ada yang sedang memasang tenda,ada yang berusaha memasak air,percakapan yang sibuk itu terdengar jernih dikeheningan gunung,kabut awan putih seperti kapas menyelimuti daerah camping tersebut,bajuku terasa basah oleh embun lalu aku bergerak lagi untuk memasang tenda,sayangnya peralatan tenda yang akan dipasang sangat sulit dicari karena semua peralatan tenda dicampur jadi satu,tanganku mulai terasa kaku kedinginan dan tubuhku menggigil aku tidak sanggup bertahan diluar tenda lalu pergi numpang di tenda teman yang masih kosong,didalam tenda semua pakaian basah aku ganti,lumayan badanku sudah tidak menggigil lagi,diluar masih terdengar kesibukan porter mempersiapkan makanan.
Buah Jantan dan Hernia menyusulku masuk tenda dan jadilah kami tiga orang dalam satu tenda,susunan personel untuk masing masing tenda memang susah untuk disesuaikan dengan rencana karena ketibaan masing masing pada waktu yang berbeda. kami sholat magrib dalam tenda dengan cara tayamum dan sholat duduk. 
tanganku mulai terasa kaku kedinginan

Diular masih terdengar kedatangan Sikumbang dan Budiman yang dikhawatirkan dengan kramnya tapi alhamdulillah bisa menyusul juga ke pos 7 ini.Ridwan sang porter sungguh sangat membantu disaat kami tidak sanggup lagi menahan dinginnya udara luar untuk mengambil makanan,disaat itu dia datang membantu kami mengantarkan minuman hangat dan pop mie panas.Yang lebih istimewa lagi ibu Ridwan (38tahun) juga ikut sebagai porter,tadinya kami agak mengkhawatirkan kemampuannya sebagai porter,tapi karena keinginannya yang besar setengah memaksa untuk ikut jadi porter dengan alasan sudah pernah naik satu kali dan juga dia butuh pekerjaan untuk biaya anaknya masuk sekolah SMP,akhirnya kami mengabulkan,di pos 7 inilah terlihat kemampuannya melebihi kami para pendaki,dia seperti tidak ada kelelahan dan juga tahan diudara sedingin itu untuk memasak ditempat terbuka,aku jadi malu pada diri sendiri.
Sleeping bag yang kupakai terasa masih belum nyaman karena kakiku masih saja dingin aku ambil suiter,kaus kaki cadangan yang teronggok di ransel kumal,lalu dipasang double,kepala pakai kupluk serta cadar supaya hangat sekarang sedikit nyaman,ransel kumal kutarok di kepala sebagai bantal rasanya cukup mewah keadaanku saat itu,tapi masaalah lain muncul lagi karena pas sebatas pinggulku tanah tempat tidur agak menurun dan ada cekungan sehingga kalau tidur telentang kaki agak tergantung jadi terasa pegal juga kalau kelamaan,diluar masih terdengar percakapan para porter,suara dengkur dari beberapa tenda bersahut sahutan Grrrr...grrrrr...siiiit....bruuu...seperti mesin mesin gergaji sedang bekerja,aku tidak bisa mengelak dari bunyi tersebut hingga akhirnya tertidur sudah hampir subuh.
Jam menunjukan jam 4.30 pagi, beberapa ciloteh diluar mulai terdengar sibuk dengan permintaan air panas untuk membuat kopi dan mie,aku intip keluar tenda terasa dingin menusuk dan cuaca berkabut tapi sudah agak terang,Indah sekali suasana pagi yang dingin dan berkabut ini,bulir bulir embun pagi bertenger di alis mata dan muka,aku nikmati perjalanan menuju sungai yang berada di lembah agak jauh kebawah menyusuri tebing yang sedikit licin,perlu sedikit perjuangan ntuk sekedar melakukan ritual boker dan sikat gigi serta ambil udhuk.Gemercik bunyi aliran air sungai kecil yang begitu bening menambah keindahan pagi di lembah yang sunyi itu.
 Terlalu dingin rasanya untuk mandi dan berlama lama pada air sedingin es tersebut,selesai sholat subuh semua peralatan sudah dikemas,menunggu beberapa saat sambil minum kopi hangat dan sepotong kue kering lalu kami berangkat menuju puncak.Berbekal sebotol air yang diambil tadi pagi disungai aku mulai mendaki sementara beberap teman sudah jauh didepan,wind breaker serta kupluk yang bertengger dari malam dikepala tetap terpasang untuk menahan tiupan dingin udara gunung. hidung kututupi dengan sal karena dinginnya,aku jalan pelan berusaha mengatur nafas yang mulai tersengal sengal karena oksigen yang mulai menipis di ketinggian tersebut,jalan berbatu batu cadas dan tanaman sudah mulai jarang,beberapa kali kami menuruni bukit lalu naik lagi kesebuah dataran,memang kontur gunung Latimojong ini sedikit unik dibandingkan gunung lain karena jarak tempuhnya yang agak panjang dan memutar mutar beberapa bukit,smbil tertatih tatih kelelahan aku diberi tahu kawan dari belakang "ayo semangat...sedikit lagi sudah di puncak".....
Aku duduk sejenak sambil mengeluarkan kerikil kecil yang dari tadi nyempil di dalam sepatuku,aku bangkit lagi dengan semangat yang masih tersisa,tidak berapa lama terdengar teriakan "Allahuakbar,kita sudah nyampe" aku terbengong memandang disuatu dataran yang disitu tidak ada lagi yang melebihi ketinggian puncaknya.
              Rantemario 3478MDPL

Kami melihat sebuah monumen dengan tulisan Rantemario 3478MDPL,aku sujud syukur ditanah,bahagia atas nikmat Allah yang sudah memberikan kesempatan meraih keinginanku untuk mencapai puncak tertnggi di Sulawesi itu.Kelelahan phisic rasa nya sudah terbayar dengan melihat keindahan alam ciptaan Allah dari ketinggian itu.Perjuangan satu hari satu malam untuk menuju puncak yang sangat melelahkan kami rayakan dengan Lebih kurang 15 menit untuk menikmati suasana puncak sambil berfoto foto.
Kami mulai turun lagi menuju pos 7,jalan yang menurun tantangannya berbeda lagi dari pendakian,gaya grafitasi dan kaki yang sudah kelelahan sungguh sulit untuk menahan luncurannya,aku terpeleset dan terduduk beberapa kali,beberapa orang menyusul dan mendahuluiku,terasa sekali staminaku sudah mulai menurun jauh dan pahaku sudah terasa kaku sehingga reflek juga menurun,aku sangat menyadari ini adalah suatu proses penuaan yang harus kita terima.
Diperjalanan dekat pos 5 aku disusul porter ibu Ridwan dari belakang,dia mengikuti aku beberapa saat lalu aku mempersilahkan dia untuk mendahuliku karena tak mungkin dia yang masih kuat harus membuntutiku yang jalannya sudah diseret seret,sambil lewat dia memberikan tongkat untukku agar lebh mudah dipenurunan,jadilah perjalanank saat itu pakai tongkat.
Terasa lama waktu menurun ini apalagi sewaktu menurun dari pos 3 ke pos 2 kadang kadang aku harus plosotan agar tidak jatuh karena tinggi dan licin,celana yang aku pakai sedikit sobek di bahagian paha kanan lalu setiap aku jongkok hendak turun maka bertambahlah sobeknya lama lama sobek sampai kebagian atas paha hingga kelihatan celana dalam yang juga sudah ngga keruan warna nya.
sobek sampai kebagian atas paha
Kembali nyaliku ciut dan lututku menggigil saat saat menyeberangi cadas miring berpasir yang menambah licin untuk diinjak dan terjal karena menahan capek dan perasaan jenuh yang sangat menyiksa saat itu,aku berhenti di ketinggian, tidak berapa lama menyusul Sikumbang yang juga berkomentar bahwa terasa makin jauh diwaktu pulang.Kami lanjutkan menuruni  tebing menapak dari satu akar kayu ke akar kayu lainnya pelan pelan akhirnya bunyi aliran air di pos 2 mulai terdengar dan kami sampai di pos 2 jam 14.00.
Botol air mineral yang sudah kosong aku isi lagi dengan air sungai untuk persiapan minum dan celana yang sobek aku buang dan diganti dengan celana lain.
Mulai dari pos 2 ke pos 1 aku berjalan bersamaan dengan Sikumbang,di pos 1 kami sempat ragu untuk mengambil jalur yang menuju ke desa karena ada dua opsi,yaitu lurus melalui jalan yang agak terjal atau melewati di sela sela jalan kebun kopi penduduk. Kami menunggu dan mengikuti porter melalui jalan di kebon penduduk yang tidak terjal tapi sedikit licin.
Diperjalanan kami mulai bertemu beberapa petani dan kuda beban yang menambang dari desa Rante lemo ke daerah Karangan,ini sedikit membesarkan hati karena berarti dusun yang kami tuju sudah dekat.
           kuda beban dari Rante lemo
Disuatu pinggang bukit yang agak terbuka kami melihat jelas di kejauhan desa Karangan yang terletak dikelilingi lembah,sebelum memasuki dusun Karangan aku berhenti di sungai yang sangat jernih,aku tergoda untuk mandi lalu pada sisi yang agak dangkal aku menceburkan diri berendam beberapa saat mulai terasa dingin aku kembali keatas dan memakai pakaian yang bersih dan beruduk ntuk sholat ashar di rumah nanti.
Jam 17.00 wita kami sampai diposko Karangan rumah kepala dusun,beberapa orang kawan Sakai,Cilukba,Sabunmira terlihat sudah duduk santai berbenah benah dan packing barang untuk perjalanan berikutnya ke Toraja.
Jam 18.00 rombongan terakhir Buah jantan dan Guide sampai di posko,Alahamdulillah kami semua sudah kembali dari XPDC Gunung Latimojong  dengan selamat sampai di dusun Karangan. Sehabis magrib jam 19.00 kami pamitan dengan kepala dusun sambil memberikan infak untuk pembangunan mesjid yang dikumpulkan dari pendaki.
Jam 19.30, dimalam yang semakin dingin diterangi taburi cahaya bintang kami meninggalkan desa karangan yang indah dan damai.
Kami kembali duduk terperangah di Land cruiser butut yang menghempas hempaskan tubuh kian kemari di jalan yang tidak pernah tersentuh aspal itu,Capek,pegal saat ini rasanya sudah terbayar dengan segala kenangan yang didapat dalam perjalanan,entah kapan akan bisa kami kunjungi lagi,akhirnya kantuk yang tak tertahankan telah mengantar kami di tanah Toraja.
Sampai ketemu di perjalanan berikutnya…