Pages

Tuesday, November 22, 2016

25.Tour de Borneo_Batu kajang to Balikpapan

Jeruji roda belakangku yang putus sungguh sangat mengganggu kenyamanan dan menimbulkan kekhawatiranku untuk melanjutkan perjalanan akhirnya aku putuskan untuk loading sepeda hingga ke kota Kandangan,dikota ini sepedaku dibongkar disatu bengkel yang berada di pasar kota kandang untuk pemasangan jeruji baru,mekaniknya yang jarang menerima sepeda jenis sepeda multiple gear ini agak kesulitan menangani sepedaku karena Tools nya yang kurang kengkap "biasanya reparasi Becak pak"kata montirnya. Berkat kegigihannya,roda belakangku akhirnya selesai penambahan jerujinya walaupun setelannya masih tidak senter alias baling,aku putuskan untuk melanjutkan bersepeda dengan kondisi seadanya ke Barabai yang berjarak 30km lagi,sepeda terasa terseok seok tidak stabil jalannya,aku dayung sambil terus berdoa agar jangan sampai ada halangan lagi dalam perjalanan ke Barabai ini.

Sahabat kami di Barabai Iren B-Cex sudah menunggu dan menjemput kami di batas kota Barabai. Sepedaku dicek lagi yang ternyata stelan jari jarinya tidak bagus lalu di stel lagi disebuah bengkel yang sewaktu dibayar dia menolak dengan alasan bahwa dia juga sama sama pesepeda katanya. Alhamdulillah ketemu mekanik yang baik hati. Hari sudah jam 15 sore dan tawaran Budi B-Cex untuk menginap dirumahnya langsung kami terima.

Kami menginap di rumah keluarga Budi yang cukup uniq yaitu lima orang bersaudara mempunyai hoby sepeda dan sering ikut even sepeda memakai nama Bcex yang anggotanya terdiri dari Lima bersaudara tersebut.

Pagi 12 November setelah pamitan pada keluarga Budi yang baik hati ini,kami memacu sepeda lagi menuju Balikpapan dengan target sampai di gunung Halat,jalan yang agak datar kami libas dengan speed rata rata 26km/jam,kawan kawan yang mengantar kami merasa speed kami kencang sekali dengan membawa beban pannier,kami menyadari itu tapi hal ini adalah karena kami memanfaatkan jalan rata untuk mempersingkat waktu   yang mungkin akan lebih lama diwaktu di Gunung Halat yang mempunyai pendakian yang terjal nanti. Satu satu kota kami lewati,Balangan, Tabalong dan Kami sampai di kota Tanjung jam 11.

Tanpa istirahat kami melanjutkan hingga jalan dari Kota Tanjung mulai menanjak panjang disini tenaga kami mulai terkuras hingga makan siang disebuah warung sebelum desa Hulu.

Kami sampai di desa Namun jam 16 sore,pencapaian kami sudah 110km dan kami memutuskan untuk menginap di losmen tanpa nama yang ada dipinggir jalan itu dengan harga rp175 ribu semalam,lumayan bisa istirahat walaupun sempat listriknya padam dan tidur tanpa kipas angin diudara yang agak panas.

Pagi selesai subuh di desa Namun Kalbar kami mulai kayuhan kearah Kaltim,udara yang masih segar dan jalanan yang masih sepi kesempatan untuk memacu sepeda lebih kencang,kontur jalan yang terjal agak menguras tenaga akan tetapi permukaannya yang umumnya mulus agak membantu kami untuk tidak ragu meluncur kencang guna mendapatkan ayunan dorongan di tanjakan,sesampai dipuncak terlihat lagi tanjakan berikutnya persis seperti medan perjalanan sewaktu kami melewati Kalbar kalteng.

Jam 10 kami sampai di Gunung Halat perbatasan Kalsel dengan Kaltim. Sekitar daerah perbatasan banyak ditemui warung warung penjual makanan dan minuman,aku memesan air minum hangat untuk pelepas dahaga lalu Auful memberi tahu aku untuk melihat satu pohon di perbatasan yang cukup uniq tapi nama pohonnya aku tidak tahu,pada satu pohon tersebut ada dua ukuran daun yaitu dahannya yang kearah kalsel daunnya besar besar dan yang menghadap ke kaltim daunnya kecil kecil.tidak ada perkampungan diperbatasan ini tetapi hanya warung warung kopi tempat para pengendara kendaraan istirahat melepas lelah.

 Udara makin panas,jalan dibahagian kalimantan timur ini sungguh parah sekali,sebagian dalam perbaikan dan dicor dan ada juga yang masih terbengkalai compang camping,tanjakan yang tinggi tinggi di tambah lobang lobang besar dan batu batu kerikil berserakan dijalanan sehingga debu yang beterbangan sangat mengganggu pernapasanku,dalam kondisi tersebut kami tidak mungkin untuk memacu sepeda ditanjakan,beberapa kali aku harus dorong sepeda ditanjakan tersebut,mendorong sepeda di terik udara panas ditambah debu yang mengganggu pernafasan sungguh memerlukan kesabaran dan extra tenaga agar berhasil sampai ke puncak,aku berusaha menikmati pengalaman yang istimewa ini dan menyadari bahwa daerah ini benar benar suatu ujian kesabaran ku. Kadang kadang timbul rasa bosanku lalu aku berhenti dan duduk diam beberapa saat lalu bangkit lagi buru buru khawatir kemalaman di daerah tidak berpenghuni.

Beberapa ruas jalan dekat Muara komam ada penyemenan jalan sampai Batu Kajang, di kota ini mulai terasa aspal yang lumayan bagus,kami memasuki kota Batu kajang dengan rasa syukur yang amat sangat kami memutuskan untuk bermalam dikota ini,mataku tak henti hentinya mencari warung yang menjual es campur,entah kenapa aku rindu sekali minum es campur saat itu,tapi sepanjang jalan tidak kutemui akhirnya karena tidak tahan haus aku berhenti di kaki lima disitu ada penjual buah dingin,aku berenti disitu beberapa pasang mata memandang aku yang sudah kering dan kumal kena debu jalanan,aku lahap beberapa potong semangka dan pepaya terasa nyaman sekali dikerongkongan. 

Kami sholat dzuhur di masjid raya Batu kajang selesai sholat aku perhatikan sepertinya mendung diarah utara,kami pertimbangkan kalau perjalanan diteruskan kami akan kehujanan dijalan yang tidak ada perkampungannya,lalu kami memutuskan untuk istirahat di desa batu kajang saja.

Hujan deras turun mulai dari jam 16 sore itu sampai malam,kami mempertimbangkan untuk naik bus sampai penajam karena hujan tidak kunjung berhenti dan tentu jalannya akan sulit dilalaui karena berlumpur dan tidak aman untuk bersepeda, akhirnya kami tidak jadi tidur dikota tersebut dan kami menaiki bus malam jam 2pagi hingga sampai di Penajam subuh.

13 November 16 genap sebulan perjalanan kami,keluarga sudah menunggu di Balikpapan.

Kami turun bus di pelabuhan feri Penajam,aku lihat ban belakang sepedaku kempes total,di jembatan menuju feri yang masih sepi aku berhenti lalu mengganti ban dalam sepeda dengan yang baru lalu sepeda kembali kami kayuh menuju pelabuhan kelotok atau kapal kayu tradisional,disini kami menyebrang dengan kapal kayu menuju dermaga kampung baru Balikpapan.

Kesan pertamaku memasuki kota ini adalah bersih,tidak terlihat tumpukan sampah sebagaimana kota kota di Indonesia,lebih mirip kota kota di Malaysia,kendaraanpun rada tertip dan tidak ada yang serobot sana serobot sini,aku acungkan jempol untuk ketertiban berkendaraan ataupun kebersihannya di Balikpapan ini.

Sepeda kami menuju ke arah kantor Chevron di Pasir Ridge, Jalan Attaka Besar, Telaga Sari, Balikpapan Kota,kami bertiga memasuki tanjakan yang lumayan tinggi lalu berbelok ke kiri disitu terlihat papan nama PT.Chevron Pacific Indonesia dimana aku pernah bergabung selama 30tahun di perusahaan ini sayangnya sampai pensiun belum pernah berkunjung ke kantor Balikpapan ini,maka saat pensiun ini baru bisa berkunjung.

Tidak banyak pegawai terlihat karena hari itu adalah hari libur Minggu,kami lanjutkan menuju hotel Mega lestari disitu sudah menunggu keluargaku dan keluarga Awful. 

Ini lah akhir dari petualangan kami selama 30hari menjelajahi belantara Kalimantan total jarak tempuh sejauh 2640km,ini melebihi perkiraan kami sebelumnya yaitu 2335km. Perjalanan ini sudah menurunkan berat badanku dari 70kg menjadi 64kg kemudian menghancurkan 2 sendal jepit yang selalu lengket dikaki selama gowes dan 1ban luar sobek/berlobang,5ban dalam pada bocor semua,satu kali patah jeruji sepeda dan belong,satu kali jatuh dari sepeda karena ban bocor di daerah Palangkaraya Alhamdulillah tidak cidera hanya memar dipaha. Menyaksikan langsung fatal exident jalan raya Di daearah batas kota Rantau Kalsel dan jalan raya Loksado Kalsel. 

Dalam sebulan juga pernah mengalami sakit diare satu hari lalu batuk tanpa pilek di akhir perjalanan didaerah Muara Koman yang penuh debu. Dan yang tak kalah penting persahabatan dan silaturahim kami di semua tempat yang dikunjungi di  Malaysia ataupun di Indonesia makin bertambah. 

Terakhir saya Tasman Jen"Mak Katik" dan Sahabatku Syaiful Highlinder "Awful" mendoakan semoga semua kita khususnya yang mengikuti perjalanan kami ini di limpahi dengan segala keberkahan dan kesehatan oleh Allah...amiiin.

Sampai jumpa in sya Allah di mimpi kami berikutnya "silk road" in Central Asia. 

Salam hormat.

Tasman jen

Sunday, November 20, 2016

24.Tour de Borneo_menelusuri sungai Amandit

10 November 16
Bangun pagi aku, Jely Kelbulan dan Syaifull Highlander mempersiapkan diri untuk mencoba Balanting Paring atau Bamboo Rafting Menyusuri "Amazon kalimantan" atau sungai Amandit dengan rakit bamboo. Sepeda dan pannier sudah kami kirim dengan mobil pickup untuk diantar ke tempat finish rafting nanti.
Kami ditemani joki yang sudah berpengalaman mengarungi sungai dan rasanya cukup aman.
Selain akan merasakan sensasi riam jeram sungai Amandit, kita juga bisa menyimak aktifitas suku Dayak Meratus yang akan kita temui dibagian tengah dari perjalanan arung sungai ini.
Rute pendek bamboo rafting sekitar 3 jam, satu rakit bamboo yang terdiri dari 15 batang ikatan bambu berukuran 4" dan panjang 10meter bisa membawa kami 3 orang beserta seorang joki. Rakit bambu tersebut biasanya sampai ditujuan langsung di buka tali tali ikatannya lalu bambu bambu tersebut dijual ditempat finishnya atau juga dibawa kembali ke tempat asalnya menggunakan pickup.
Pertama menginjakan kaki dirakit,bambu bambunya sedikit terbenam dan kaki menyentuh air sungai yang amat dingin.
Rakit bergerak dimulai dengan dorongan tongkat joki kedasar sungai lalu pelan pelan mengikuti aliran sungai,terlihat jelas dasar sungai yang berbatuan kadang kadang terlihat ikan ikan melintas agak dipinggir tebing,ingin rasanya aku menyelam dan menangkap ikan ikan tersebut.
Hutan lebat dan bambu bambu sepanjang sungai dan bunyi binatang hutan serta gemercik suara aliran air sungai adalah sensasi yang sangat menyejukan perasaan.
Dibeberapa tempat dipinggir sungai kadang ada rumah suku dayak serta dipinggir sungai didepan rumahnya sering ada rakit rakit bambo,sepertinya rakit rakit bambo ini adalah kendaraan utama mereka untuk membawa hasil pertanian mereka kepasar terdekat.
Setelaah Aku memastikan pada joki disungai ini tidak ada buaya lalu dengan tidak sabar merasakan sejuknya air sungai Amandit kami langsung mencebur ke air bening tersebut.Rakit ditambat dipinggir sungai sementara kami mandi diair jernih tersebut.
Joki kami bercerita adatnya dayak Maratus setiap penganten baru akan diarak pakai rakit bambo dari dekat rumahnya sampai ke kampung terdekat,dan sekarang pemerintah sudah menjadikan even tersebut menjadi even tahunan untuk wisatawan.
Jam 10 kami sampai di pantai Ulin desa Lumpangi tempat finishnya dan disitu sudah menunggu sepeda kami untuk melanjutkan perjalanan ke desa Barabai kira kira 40km dari desa Lumpangi. Kami membayar Rp 250ribu kepada Joki yang hebat tersebut. Perjalanan yang sangat mengesankan yang sangat saya recomendasikan pada para pelancong.

23.Tour de Borneo_Air terjun Haratai

9November 16
Hari ke dua di Amandit kami mencarter ojek rp 100ribu per orang untuk mengunjungi Air terjun Haratai yang terletak masih didaerah kecamatan Loksado. Kami menyewa ojek yang sudah berpengalaman ke puncak bukit Haratai tersebut karena daerah ini cukup tinggi dan jauh dan tidak mungkin ditempuh dalam sehari berjalan kaki.
Sampai diujung desa Lok sado sepeda motor tersebut mulai memasuki jalan jalan setapak desa yang licin dan berbatuan,kadang kadang kami berpapasan dengan penduduk desa suku Dayak Haratai yang membawa hasil hutannya ke desa terdekat,dari informasi yang aku dapat mereka sudah ada yang menganut agama islam atau Nasrani dan juga masih ada yang beragama Kaharingan.
Kami sampai di puncak Haratai dan diantara dua lembah mengucur air terjun yang begitu indah sehingga tanaman tanaman sekelilingnya terlihat subur menghijau dan di bawah ada telaga penampungan air terjun tersebut,kabut pagi ditambah kabut air yang dipancarkan air terjun menambah sejuknya udara di puncak Haratai. Didekat air terjun ada pondok pondok dari bambu dan aku lihat disitu juga ada tumpukan api unggun yang sudah mati,tentu beberapa pencinta alam suka camping di puncak ini. Kami pulang menyempatkan diri juga melihat pemandian air panas di desa Tanuhi,sayang waktu kami datang kolamnya yang dikelola pemda kalsel itu sedang dibersihkan. Di desa Tanuhi ini kita bisa membuat gelang Dayak Meratus yang terbuat dari bahan rumput yang kuat tahan bertahun tahun,gelang langsung dipakaikan ke tangan dan tidak bisa dibuka kecuali diputus.

22.Tour de Borneo_Banjarmasin to Rantau

Senin 7 November 2016.
Jam 7 pagi kami menelusuri kota Banjarmasin keluar dari jalan beruntung jaya lalu masuk jalan Jend A Yani,jalan sudah mulai ramai oleh kendaraan yang,beberapa teman komunitas menelpon kami minta maaf tidak bisa melepas dan kami memaklumi karena kesibukan mereka bekerja di hari pertama minggu itu. Target kami hari ini adalah daerah Rantau yang berjarak kira kira 110km dari kota Banjarmasin.
Sekitar jam 12 kami berhenti di daerah Matraman untuk sholat zuhur lalu makan di warung jawa dekat masjid,tiba tiba ujan lebat turun,kami tunda keberangkatan sampai hujan reda. Hujan mulai reda tapi masih rintik rintik dan kami memulai lagi  meneruskan kayuhan sepeda,jalan yang umumnya datar dan tidak ada tanjakan bisa mempercepat kami sampai di  Rantau jam 16 sore di pintu gerbang bundaran kota Rantau sudah menunggu Teman komunitas sepeda Rantau oca Nirmalawati yang dari pagi memantau keberadaan kami,malam ini kami putuskan untuk mengunap di penginapan tanpa nama dengan tarif Rp 175 ribu semalam.
Selasa 8 November 16 dengan dilepas oleh beberapa komunitas sepeda Rantau lalu kami melanjutkan perjalanan ke Lok sado.
Lok sado adalah taman nasional
Di sebuah kecamatan kecil di kaki Pegunungan Meratus menawarkan begitu banyak pesona keindahan alam bagi para pencinta traveling,kita mengikuti bamboo rafting dan melihat objek wisata lainnya seperti air terjun Haratai. rancana ini adalah muncul tiba tiba sewaktu ke unikannya diceritakan oleh teman teman di Banjarmasin.
Kami mengayuh sepeda sampai desa  Kandangan sejauh 25km lalu berbelok kearah Lok Sado sejauh 35 km,tapi kondisi jalan menanjak arah lok sado ini cukup menguras tenaga kami,sebelum kami sampai di penginapan Amandit terasa sepedaku meliuk liuk, sewaktu di check jari jari belakang sepeda putus satu batang,di suatu tanjakan.
Sepedaku pelan merayap kepuncak jalan,dibelakangku ada mobil truck mengikuti.
Tiba tiba aku dengar benturan keras lalu meluncur dibelakangku sepeda motor yang rebah dan pengendaranya yang jumpalitan lalu  berhenti pas di belakang roda sepedaku.
Darahku rasa terhenti menyaksikannya,korban terbaring berdarah di lengan sambil meringis kesakitan,aku parkir sepeda dipinggir jalan,tak lama kemudian datang mobil pick up yang berikan bantuan dan membawa korban ke Rumahsakit di Kandangan.
Disebuah turunan aku lihat sebelah kanan jalan ada spanduk bertuliskan graha wisata Amandit dan Amandit river lodge,kami berhenti disitu dan putuskan untuk menginap di penginapan dipinggir lembah dan ditepi sungai Amandit yang jernih itu.
aku lihat speedo meter baru menunjukan 58km tapi capek di tanjakan dan strees kondisi jalan yang berbahaya tersebut rasanya aku menempuh perjalanan yang ratusan kilometer sehari itu.
Sore yang masih terang aku sempatkan mandi mandi di sungai yang jernih hingga kelihatan sampai kedasar sungainya yang setinggi dada tersebut. Auful juga tidak menyia nyiakan kesempatan dengan kameranya mencari objec yang menarik dipinggir sungai dengan sinar tembaga matahari di sore itu.

21.Tour de Borneo_Pasar terapung Lok Baintan

5 November 2016.
Selesai sholat subuh kami langsung persiapkan sepeda untuk menuju pasar terapung Lok Baintan,sungai Martapura di kabupaten Banjar. Pasar terapung di lok Baintan ini masih natural atau bukan hasil rekayasa pemerintah untuk wisata seperti halnya di pasar terapung di Sirin di kota Banjarmasin. Kita bisa naik perahu kira kira setengah jam dari Banjarmasin ke Lok Baintan atau lewat jalan darat yang agak jauh dan sulit ditempuh,tapi tidak ada salahnya kami mencoba ke situ bersepeda melalui jalan tradisional.
Kawan kawan pesepeda Banjarmasin menelpon kami untuk segera berangkat agar kami sempat kepasar tradisional tersebut sebelum turup jam 9pagi.
Jam 6pagi kami sudah meluncur dengan sepeda tanpa pannier dari jl.Raya beruntung menuju Lok Baintan sejauh lebih kurang 20km.
Jalan aspal berakhir setelah 10menit perjalanan lalu diganti dengan jalan tanah berkerikil dan berbatu batu pecah/runcing sebesar tinju,sepeda bergetar getar sewaktu roda menggelinding diatas batu batu tersebut,masuk dan keluar desa dengan kecepatan 10km per jam cukup kencang bagiku saat itu.lebih kurang 1 jam bersepeda dijalan berbatu selebar 2meter,kami sampai di desa Lok Baintan kabupaten Banjar .
Kiri kanan jalan bangunan rumah penduduk yang sederhana umumnya dari kayu dan kelihatan lingkungannya bersih,penduduknya umumnya muslim dan ramah menyapa.
Kami menuju sebuah barak atau rumah penduduk yang terletak persis menjorok ke sungai Martapura.
Teman kami dari Banjarmasin mencarter satu perahu untuk kami berperahu ketengah pasar terapung yang sedang ramai tersebut.
Di sungai yang lebar itu terlihat perahu perahu dengan pedagang pedagangnya yang semuanya perempuan yang berjilbab.
Di dalam perahu terlihat  hasil hasil ladang mereka seperti pisang,ubi,timun,jeruk,sayur,ayam dan juga ada perahu yang hanya menjual kulkner seperti kopi dan teh panas lalu ada juga kue kue basah,serta nasi kebuli dll.
Aku pesan teh hangat dan beberapa potong kue untuk pengganjal perut yang sudah mulai keroncongan. Perahu mereka hilir mudik menyelusup diruang antara perahu perahu yang ada sehingga saling bergeser satu sama lain, itu adalah suatu hal yang biasa tidak ada kemarahan dan tidak terdengar suara suara keras seperti pasar tradisional di daratan umumnya,suasananya khas sekali dengan bahasa banjar pinggiran yang tidak aku mengerti,mencari pembeli sambil menawarkan dagangannya kepada pengunjung yang juga diatas perahu. Kalau ada transaksi perahu mereka didempetkan lalu setelah transaksi perahu mereka bergeser lagi kearah lain. Ada juga transaksi yang dilakukan dengan Barter atau mempertukarkan barang dagangannya yang mereka sebut Bapanduk. Lebih kurang kami satu jam diatas perahu akhirnya kami ingin pulang kembali ke dermaga tempat naik perahu tadi,lumayan jauhnya pasar itu hanyut mengikuti arus air sungai Martapura dan menurut pak Ismail tukang perahu kami,pasar akan berakhir nanti di daerah sungai Madang lain sekitar jam 10 pagi.
Jam 10 kami pulang ke kota Banjarmasin melalui kabupaten Barito kuala dengan jalan jalan desanya yang cocok untuk sepeda montai bike,barang barangku yang diletakan di handle bar bag pada bergetar getar semua dan satu flash light copot kepalanya berantakan.
Kami sampai dikota dan mampir di kuliner khas daerah yaitu Ketupat Kandangan dengan cara makannya yang uniq yaitu dengan memakai tangan dan tidak pakai sendok walaupun ada kuah santannya yang menggenang.
Beberapa saat kami di warung tersebut menyusul datang teman kami yang dulu ketemu di Palangkaraya Jelly Kalbulan yang sedang turing keliling Indonesia,kami berencana meneruskan perjalanan senin nanti ke Balikpapan dengan gowes bersama.
Kawan kawan dari banjarmasin satu persatu pamitan dan ucapkan selamat jalan pada kami kalau tidak ketemu.jam 12 kami kembali ke penginapan di jalan Raya Beruntung jaya,Alhamdulillah capek sudah terobati dengan pengalaman baru yang ditemui...sampai jumpa..😍😀

Sunday, November 6, 2016

20.Tour de Borneo_Mantaren to Banjarmasin

Dari desa Mantaren Pulang Pisau ke Banjarmasin 110km,fajar di desa mantaren sudah menerangi desa pada jam 5pagi itu,kami mengayuh sepeda meninggalkan masjid Mifatul Jannah diudara sejuk dan sedikit berkabut,belum terlihat ada warung yang buka,setelah 10km perjalanan terlihat sebuah warung yang buka,disitu kami ngopi dan makam mie rebus.
Perjalanan kali ini cukup datar dan tidak ada tanjakan,hanya panas yang sangat menyengat kulit,didesa Basarang kami istirahat dan sholat jumat.
Kami melewati suatu desa yaitu Basarang jaya yang bercorak Bali dan dipinggir jalan ada beberapa Pura Bali yang kami lihat.
Memasuki Bundaran Kuala kapuas disitu kita lihat monumen bercorak tradisional suku Dayak,hampir sekeliling bundaran ada monumentnya.
Aku perhatikan spedo meter rasanya koq ngga nambah nambah,lalu aku tidak mau melihat ke angka meteran itu lagi,rasa bosan karena ngga sampai sampai juga di batas propinsi membuat aku agak ngantuk,akhirnya kami melihat sebuah anjungan yang amat sederhana sebagai batas propinsi Kalteng dan kalsel,terlihat di palbatu masih 25km lagi ke BJM atau Banjarmasin,batas propinsi yang paling sederhana yang pernah ku lihat. Dikejauhan aku melihat jembatan Barito warna kuning terlihat kokoh menjulang,aku kayuh sepeda  penuh semangat mendaki jembatan ini,jembatan selebar 10meter dengan trotoar pejalan kaki setinggi kira kira 90cm dikiri kanan jalan cukup indah untuk melihat ke bawah sungai Barito,beberapa kapal kecil dan perahu terlihat dipermukaan dan dikejauhan dipinggir sungai terlihat rumah rumah penduduk,aku ingin berhenti sejenak diatas jembatan tersebut tapi aku urungkan mengingat akan mengganggu trafic yang cukup padat waktu itu,akhirnya kami berhenti untuk istirahat diujung jembatan arah ke kota Banjarmasin yang cukup terlindung oleh pohon pohonan.
Lima menit duduk istirahat,tiba tiba serombongan pesepeda muncul dari arah Banjarmasin,mereka menyapa kami ramah,"om syaiful dan om Tasman dari pekanbaru ya,maaf om kami agak terlambat menjemputnya" aku baru ingat sebelumnya Auful sudah berkomunikasi dengan pak Oding dari komunitas sepeda Banjarmasin ini. Aku sangat kagum dengan pengorbanan kawan kawan ini menjemput kami jauh jauh sampai ke batas kota. Aku lihat jam sudah pukul 15wib sore berarti tambah kan satu jam menjadi jam 16wit,kami dikonvoi oleh rombongan sekitar 8orang menuju kota,lalu sebelum ke hotel makan soto banjar yang terkenal itu di bawah jembatan dipinggir sungai Barito,indah sekali pemandangannya ,kemudian kami diantar ke sebuah penginapan Hocky di jalan Raga Beruntung Jaya untuk istirahat dan mencuci semua pakaian yang sudah pada kotor. Sampai ketemu besok di floating Market..😍

19.Tour de Borneo_Palangkaraya ke Mantaren

Malam ini kami mabit di Masjid Mifatul Jannah di dusun Mantaren kecamatan Kahayan hilir kab Pulang Pisau,setelah kayuhan 108km dari Palangkaraya. Gowes kali ini terasa lebih enak dan santai karena jalan dari Palangkaraya ke Banjarmasin datar dan nyaris tidak ada tanjakan serta jarak antara desa ke desa dekat sekali jadi perasaan masih di kota saja layaknya.
Jauh sekali bedanya dibandingkan antara Tayan dan Pangkalan Bun atau di perbatasan kalbar/Kalteng yang semuanya berbukit bukit dan jarang perkampungan ada rasa seram didaerah itu.
Di km 29 kami memasuki daerah Tumbang Nusa disini kita jalan di jembatan layang Tumbang nusa yang melintasi rawa gambut sepanjang 10km. Pembelajaran yang sangat menyentuh hati terjadi sewaktu kami baru keluar dari jembatan Tumbang nusa aku diikuti mobil dari belakang kemudian mobil tersebut mendahului dan berhenti beberapa meter dipinggir jalan didepanku lalu sopirnya membuka jendela melambaikan tangan menyetop kami,aku berhenti kemudian bapak bapak berwajah oriental sekitar 50tahun menyapaku"selamat siang pak,maaf mengganggu perjalanannya"
saya jawab "tidak apa pak,apa yang bisa saya bantu pak?" Tanyaku.
lalu si bapak tadi dengan agak sungkan mengatakan "kalau saya kasih bapak uang boleh nggak pak?"
Aku kaget,ngga nyangka pertanyaan nya seperti itu,dengan sopan aku tanya lagi "maaf pak untuk apa uang itu pak ?"
Sibapak menjawab "untuk sekedar beli minum buat bapak berdua pak,terimalah pak"
Aku tertegun lalu menjawab "terimakasih pak tak usahlah".
Tiba tiba si bapak menyelipkan uang warna merah disepedaku,"ambil pak "saya ikhlas katanya lalu dia langsung berangkat sambil mengucapkan hati hati di jalan pak.
Aku belum sempat ucapkan terimakasih orang misterius tersebut sudah tancap gas. siapapun bapak tadi yang aku tahu mobilnya Honda Mobilio warna hitam Da7884.. semoga Allah membalas segala kebaikannya..amiin.
Aku kasih tahu Auful,kayaknya bintang kita lagi terang ini dikejar rejeki..hehe
Kami istirahat dan makan siang di daerah Tilan diwarung sederhana milik seorang dayak yang bersuamikan pak Buyung dari Bengkulu. Kemari pagi pengganti Roda belakang/wheel set  Sepeda Auful dibawakan langsung oleh teman dari Banjarmasin dan wheel set lama yang sudah belong diganti dengan yang baru. Ban luar depan ku yang sudah botak juga aku ganti baru,sekarang Alhamdulillah sepeda Auful tidak ada masaalah,tapi lain lagi denganku, didesa Jabirin roda depanku yang diganti baru terdengar ada bunyi gesekan,sewaktu di check ternyata bunyinya berasal dari bunga ban yang agak lebar bergesekan dengan fender. Aku coba stel ulang fender tersebut tapi tidak berhasil akhirnya aku copot,maka jadilah sepedaku trondol didepannya.
In sya Allah besok pagi kami akan lanjutkan 98km lagi ke Banjarmasin. Salam kami dari dusun Mantaren

18.Tour de Borneo_Force Majeure

Setelah berkutat di tanjakan dan turunan curam perbatasan Kalbar/Kalteng, diterpa hujan lebat, akhirnya kami sampai di Pangkalan Bun jm 19:30. Besok harinya kami melanjutkan perjalanan menuju Sampit. Saat mengayuh sepeda setelah Simpang Runtu, tiba2 sy mendengar suara yg cukup keras dari ban belakang..TAK!!, ternyata satu jari2 sepeda patah. Krn tdk ada bengkel, kami jalan terus agak pelan. Sementara pelek sepeda mulai terasa peyang. Beban pannier makin terasa berat. Kami tetap putuskan terus jalan krn 32km lg ada kampung kecamatan Pangkalan Banteng yg cukup ramai dan kami memutuskan utk menginap disana. Kami tiba di P.Banteng jam 4 sore krn sepeda tidk bisa dikayuh kencang, disamping itu juga turun hujan yg cukup lebat. Stlh sampai di P. Banteng sy check makin bnyk jari2 sepeda yg kendor. Wah, ini bahaya kalau tetap diteruskan. Kami cari penginapan. Dapat satu penginapan dgn rate Rp 110rb/mlm. Bsk paginya setelah check out, kami coba mencari bengkel sepeda. Ada satu bengkel yg kami temui. Namun mekaniknya bilang tidak bisa memperbaiki pelek sepeda dengan ruji seperti itu. Apalagi dengan jari2 gepeng. Kami lanjut cari2 bengkel sepeda yang lain. Ditengah kami mencari cari bengkel sepeda yang lain itu, tiba2 bunyi lagi dari ban belakang...TAK!!!. Wah ini sdh dua ruji sepeda yang patah. Ruji yang patah saya ikat dgn cable T, Yang lainnya juga sudah pada longgar. Ini makin tidak benar. Akhirnya kami putuskan untuk naik bus ke Sampit. Hari sudah jam 08:00 pagi. Menurut orang kampung disana, ada nanti bus lewat jam 09:30. Sambil menunggu bus, saya coba menelpn salah satu teman di Balikpapan. Minta info apakah kalau kami berhenti di Sampit adakah bengkel sepeda yang menjual ruji gepeng atau pelek yg bisa untuk rem cakram. Ternyata setelah tanya sana sini, infonya negatif. Akhirnya kami putuskan untuk naik bus sampai Palangkaraya dgn harapan di Palangkaraya ada bengkel sepeda yg bisa memperbaikinya. Dalam perjalanan saya coba menghubungi teman mtb di Banjarbaru tentang bengkel sepeda di Palangkaraya. Ternyata kondisinya sama saja dgn yang di Sampit. Untung ada jalan keluarnya. Teman saya yang di Banjarbaru kebetulan ada urusan ke Palangkaraya besok. Dia inisiatif bawakan pelek spedanya sebagai pengganti. Nanti setelah kami sampai di Banjarmasin yang lebih banyak toko/bengkel sepda, pelek sepedanya akan saya kembalikan dan saya akan perbaiki pelek sepeda saya atau ganti pelek baru yang sejenis banyak yang jual di Banjarmasin. Alhamdulillah Allah SWT telah memberi saya jalan keluar yang terbaik dari kesulitan. Terima kasih Ya Allah. Rute selanjutnya: Palangkaraya - Banjarmasin - Balikpapan.