Pages

Sunday, January 13, 2013

HARI KE 15; BENGKULU-KETAUN 92 KM. Astagfirullah kuucapkan dalam hati,aku kayuh sepeda dengan berat napasku terasa putus



Rantai sepedaku yang kemarin sedikit agak berbunyi kering,pagi ini selesai kulumasi dengan oli,barang barang bawaan semua sudah dimuat,si Marine mulai menelusuri jalanan kota Bengkulu.
Terlebih dahulu kami mengunjungi Gapari karena Basket akan membayar rekening kartu Halonya dan aku minta ganti kartu simpati yang hilang  di Gunung dempo dulu,ternyata penggantian kartu simpati ku tidak berhasil karena dianjurkan untuk meminta penggantian harus ke kantor pusatnya kami melanjutkan perjalanan karena sudah tidak punya waktu.
Sebelum keluar kota kami mampir di rumah ibu Fatmawati tempat presiden Sukarno tinggal sewaktu pembuangannya oleh Belanda ke Bengkulu.
RUMAH BU FAT DI BENGKULU
DISINI BUNG KARNO PERNAH TINGGAL
SURAT BUAT BU FAT


Rumah ibu fatmawati sudah dijadika museum sejarah dan dikelola oleh pemda,sewaktu kami datang jam 08.00 pagi kerumah tersebut kami tidak menemukan petugas jaganya,kami mencoba memanggil dengan member salammelongok kearah dalam tapi tidak ada jawaban,keinginan kami untuk masuk akhirnya mengabaikan perizinan,aku coba duduk dikursi tamu rumah itu dan membayangkan pak Karno dan ibu Fat ada disitu,aku merasakan spirit Sukarno saat itu,ditempat itu berpuluh tahun yang silam merupakan tempat yang sepi bagi seorang Sukarno tapi disitulah beliau menemukan Ibu Fat tempat curahan hatinya dipengasingan dan disitulah terlahirnya ide ide cemerlang untuk sebuah negeri yang makmur.
Kami mulai keluar kota agak siang dan panas mulai menyengat tubuh,aku memandang ke langit biru dan bersih kelihatan sangat cerah,disebelah kiri kami disuguhi pemandangan pantai yang mempesona,deburan ombak dan tiupan anginnya cukup berikan kesegaran di siang itu.
Suasana alam yang begtu indah rasanya menambah energiku,kami mendayung begitu bersemangat jalan sepanjang pantai umumnya datar dan sekali sekali ada tanjakan yang tidak begitu tinggi dan pada turunan kami gunakan untuk istirahat sambil meliuk liuk melemaskan badan dan bokong yang mulai nyeri.
Di desa Pekik nyaring kami berhenti di bengkel mobil untuk memperbaiki rack panier Basket yang patah sejak dari Padang Ulak Tanding Curup,sementara memperbaiki Rack sepeda tersebut aku bincang bincang dengan pak Ali yang punya bengkel,ternyata beliau berasal dari Painan Sumatra barat dan beliau member informasi daerah daerah yang rawan dan tempat tempat makan yang bagus untuk perhentian sewaktu istirahat nanti.
tidak mau menerima uang jasa dari Basket,
Kira kira 20menit perbaikan rack sepeda selesai dan sudah kembali normal ,sewaktu Basket akan bayar uang perbaikan Pak Ali yang punya bengkel tidak mau menerimanya,kami sangat terkesan dengan sikap pak Ali yang begitu perhatian dan bersimpati terhadap kami yang akan melanjutkan perjalanan yang masih terhitung jauh tersebut,semoga Allah akan membalasnya..amiiin.
Mulai dari desa Pekik nyaring sampai ke Ketaun sekali sekali kami bertemu pantai dan jalannya mulai bergelombang tapi tidak terlalu tinggi seperti jalan lintas tengah Sumatra.
Anak anak sekolah yang kami temui begitu antusias dan melihat kami begitu juga kami diatas sepeda lambaian persahabatan mereka menjadi penyemangat buat kami.
Disuatu tanjakan yang agak panjang tiba tiba disatu ketinggian kami dihadapakan pemandangan laut yang sangat indah disebelah kiri kami,sebuah warung yang terletak persis di ketinggian dan menghadapa ke lautan lepas  kami berhenti untuk makan siang.
Aku duduk berselonjor melepas penat sambil memandang laut lepas angin sepoi sepoi bertiup ke mukaku yang sudah gosong berjemur matahari,dua botol pocari 450ml langsung habis ku tenggak,panas dan capek yang mendera tubuh berangsur sirna.
DI BENGKULU JUGA ADA TANAH LOT..?

MAKAN SIANG DENGAN NYANYIAN OMBAK DAN ANGIN


Kepala kakap merah yang digulai serta lalap dan kerupuk emping mulai ku santap, Subhanallah terasa menu sederhana ini sangat kunikmat saat itu, mungkin kalau dikota menu ini biasa biasa saja tapi di saat kita didera lapar menu sesedarhana apapun akan menjadi istimewa.
Aku biarkan tubuh ku terkulai lemas di tiup angin pantai di pondokan warung tersebut hingga tak terasa aku terlelap lebih kurang 15menit hingga terbangun oleh dua orang anak kecil yang ingin melihat lihat kami yang kelihatan lusuh ,dari mereka kami tahu nama desa tersebut adalah Desa Balik.
Kami melanjutkan perjalanan setelah solat dzuhur di mesjd terdekat,jalan mulai rusak,beberapa ruas jalan aspalnya terukpas dan debu beterbangan serta batu batu jalan sebesar tinju berserakan.Pada satu ruas jalan kami temui pertigaan dan kami pilih jalan yang beraspal,ternyata jalan beraspal ini sebagiannya longsor dan terlihat tebing yang tinggi memagar pantai,kami berhenti disitu untuk istirahat.
PANASNYA PANTAI BARAT SUMATRA


Aku melihat keturunan yang terjal dan tidak berani untuk memacu kecepatan seperti biasa tapi berjalan dengan pelan supaya tidak terpeleset kemudian pada akhir penurunan aku menengadah keatas terlihat tanjakan yang menjulang dengan batu batu yang berserakan,Astagfirullah kuucapkan dalam hati,aku kayuh sepeda dengan berat napasku terasa putus,lalu aku berhenti dan menuntun sepeda sampai puncak pendakian,mulutku tak henti istigfar dan minta kekuatan pada Allah.
Kali ini kami merasakan ketidak nyamanan perjalanan, sementara debu beterbangan menyesakan pernapasan.
Beberapa kali aku terpaksa turun dari sepeda karena tidak kuat mengikuti truck membawa sawit yang merayap dan meraung raung di pendakian asapnya sangat menyesakan nafasku.
Dipuncak  tanjakan masih di pesawangan yang sepi kami berhenti di sebuah warung dan terasa kenyamana yang luar biasa.
Aku memesan teh es dingin,ada beberapa mobil yang parkir diwarung tersebut  dan salah satunya adalah rombongan dari Sumedang dengan plat polisi Z.
Bertemu dan mengobrol dengan orang asing di daerah terpencil seperti ini sesuatu yang mengasikan juga,mereka adalah anak anak muda yang mencari sesuatu baru dengan bersafari keluar masuk desa pakai mobil di Sumatra,mereka juga mencari sumber sumber sarang wallet,sepertinya mereka adalah pebisnis sarang walet,aku kagum melihat mereka sebagai anak muda yang vonturir dan energik.
Pemilik warung ibu ibu separoh baya terkaget mendengar kami dari Pekanbaru dan menyatakan bahwa beberapa tahun yang lalu mereka juga pernah tinggal di lipat kain Pekanbaru dan sejak pisah dengan suaminya mereka sekeluarga pindah dan menetap di desa antah berantah tersebut.
Waktu sudah menunjukan jam 15.00 sore,kami melanjutkan perjalanan yang cukup melelahkan ini pada kondisi jalan yang masih jelek dan berbatu batu,sepanjang jalan menjelang desa Ketaun sepi dan jarang rumah penduduk apalagi mesjid atau mushola yang kami harapan untuk tempat menginap malam nanti.
Jam 17.15wib kami mulai melihat perkampungan dan rumah rumah penduduk.perasaanku mulai lega dan sebelum memasuki daerah pasar Ketaun kami melihat Losmen Lestari di sebelah kiri jalan,kelihatan cukup bagus kami langsung berhenti dan melihat kondisi kamar cukup bagus dengan kipas angin dan harga RP100,000 semalam.
Petugas hotel membantu kami menurunkan barang bawaan kami, aku duduk melepas penat beberapa saat kemudian mandi untuk siap siap sholat Magrib.
Losmen Lestari sepertinya tempat transit para sopir pedagang keliling dari satu desa ke desa lainnya di daerah perkebunan sawit ini terlihat dengan ramainya mobil van dan mobil pickup yang parkir diwaktu malam,menurut petugas losmen,losmen tersebut juga sering di singgahi oleh turis manca Negara yang berkelana pakai sepeda atau juga sepeda motor.
Total perjalanan kami hari ini 92km dengan waktu tempuh 9jam 30menit termasuk istirahat,jarak tempuh yang cukup bagus dibandingkan kondisi jalan yang amat jelek.
Seperti malam sebelumnya,malam ini aku menulis perjalanan di notebook dan tidak lagi di HP ku yang sudah lenyap,ternyata menulis dengan tangan yang sudah lama tidak ku lakukan mengasikan juga dan tidak terasa sudah jam 23.30 malam,terlihat basket sudah lelap dengan mimpi mimpi indahnya,aku mau tidur juga untuk merajut mimpi mimpi yang indah agar besok jadi hari yang lebih indah..Sampai ketemu hari esok..

No comments:

Post a Comment