Pages

Friday, February 7, 2014

9.MIMPIKU BERSEPEDA JAKARTA BALI KESAMPAIAN (TRANS JAVA BALI)

Sepedaku si Marine sudah istirahat sehari tapi aku perlu berikan perawatan buat dia supaya bunyi bunyi gesekan rantai kering yang mengganggu kuping bisa hilang,sebentar lagidia akan menginjak pulau dewata.


Halo Bali.....
Banyuwangi kota terakhir kami sebelum masuk ke pulau Bali,dua hari keberadaan kami disitu yang rencananya istirahat pemulihan stamina tapi nyatanya kurang enak juga kalau hanya tidur tiduran dirumah.
Turun dari gunung Ijen dan sampai dirumah jam 10.00 pagi kami langsung berbaring di kamar sekitar satu jam lalu sehabis dzuhur cak Rofik mengajak kami melihat tambak udangnya yang tidak berapa jauh dari rumahnya.

TAMBAK UDANG CAK ROFIQ

Lahan tambaknya seluas 1ha baru saja panen udang seberat 22ton,kami mencicipi goreng udang setiap kali makan,pesan cak Rohim kalau disini makan nasinya sedikit saja tapi goreng udangnya dibanyakan...berleha leha di areal tambak yang menghadap ke laut sehingga terlihat gugusan pulau Bali,aku tercenung memandang jauh dan mulutku berbisik Alhamdulillah ya Allah...maha besar engkau yang telah memberikan kekuatan, perlindungan dan segala kenikmatan dalam perjalanan yang telah kami jalani.
Udara yang agak panas terasa sejuk kena tiupan angin laut,mataku ngga tahan menahan kantuk tapi rasanya sayang meninggalkan momen yang indah ini akhirnya dalam perjalanan pulang di mobil aku sempatkan untuk tidur.
Hari ini adalah hari ke sembilan belas sejak berangkat dari jakarta,subuh di Banyuwangi jam 04.30pagi,segala sesuatu untuk perjalanan sudah dipersiapkan sejak sore kemarin,pakaian yang selama ini dicuci seadanya sekarang sudah dicuci dengan mesin dan kelihatan kinclong dan wangi,rantai sepeda aku bersihkan dan semprot dengan pelumas mudah mudahan bunyi brisik dari rantai kering bisa hilang.
Dua rantang nasi  yang sudah dipersiapkan istri cak Rohim  untuk kami katanya untuk dimakan dijalan,kami berusaha menolak tapi cak Rohim dan istrinya ngotot supaya kami membawanya ,akhirnya kami tidak sampai hati untuk menolak walaupun isi panierku sudah maximum dan kelihatan membengkak.
Sungguh kami tidak menyangka kalau dibuatkan bekal seperti ini,rasanya kami diperlakukan terlalu istimewa dan merepotkan tuan rumah. Ini adalah pengalaman pertama aku membawa bekal nasi dalam turing.
Keberangkatan kami dilepas oleh cak Rofiq dan keluarga serta beberapa orang tetangga.

dilepas oleh cak Rofiq
Ada juga perasaan sedih setiap meninggalkan orang yang kami temui apalagi orang orang yang begitu banyak memberikan kebaikan dan berbagi kebahagiaan  selama berada dirumahnya ataupun di mesjid yang kami singgahi.
Kami menuju pelabuhan Ketapang,mas Rofiq mengkonvoi kami sampai pada satu pertigaan yang dikhawatirkannya bisa menyesatkan kami,sesampai di pertigaan tersebut dia pamitan dan kembali kerumahnya,aku sengaja berhenti sampai cak Rofik yang telah menemani kami selama dua hari ini hilang dibelokan jalan,sampai jumpa cak Rofik..semoga Allah berikan segala kebaikan buat cak Rofik dan mempertemukan kita kembali....
Jalanan mulai ramai tapi lancar,hingga setengah jam kami bersepeda  kami sampai di pabuhan ketapang. Dua ticket ferry dari ketapang ke Gilimanuk kami beli,terlihat ada beberapa ferry yang sandar di dermaga tidak ada antrian penumpang seperti yang kubayangkan,berarti pelabuhan normal dan kami masuk paling duluan ke atas salah satu ferry.
Parkir sepeda di haluan


Sepeda kami parkir di deck depan kapal dan kami pergi ke bridge mencari tempat istirahat,crew kapal sangat respect dengan perjalanan kami lalu mempersilahkan kami untuk melihat lihat diruang kemudi,laut sekitar pelabuhan ketapang sangat tenang dan  dilaut lepas terlihat beberapa kapal yang sedang berlayar. Aku duduk di kursi deck paling atas,hanya ada dua penumpang lain disitu,disampingku joker tidur selonjoran diatas beberapa korsi.
Aku tidak  mau tidur sedetikpun agar tidak kehilangan momen yang menyenangkan ini,aku pandang lautan dan seketika khayalanku melayang ke 32tahun yang silam ketika aku seorang pelaut masih muda yang mengarungi tujuh samudra,saat itu rasanya dunia terbuka ini tanpa batas  ...,perasaanku sedikit terobati.

Nostalgia
Aku lihat Joker tertidur pulas, kelihatan masih tetap sehat dan spirit serta keyakinannya untuk menggapai sesuatu perlu aku tiru,aku sungguh beruntung bisa betualang bersamanya,walaupun kadang kadang aku khawatir dengan kesehatannya,pernah dibeberapa tanjakan cikalong dan citatah aku tawarkan ke joker untuk naik truck atau pickup sampai di puncak tapi dia menolak dengan alasan masih sanggup,aku perhatikan dia jalan menuntun sepeda diakhir usahanya mencapai puncak.
Alhamdulillah sungguh rasanya ini adalah suatu nikmat yang telah diberikan Allah pada kami,doa doa kami sudah diijabahNya,kami tetap sehat dan sebentar lagi insyallah sampai di pulau yang kami impikan.
Lebih kurang satu jam perjalanan kami sampai di pelabuhan Gilimanuk,kami turun paling belakangan.
Ku injakan kakiku di tanah Gilimanuk  Bali kudorong sepedaku,...aku berseru Allahuakbar...
aku bergumam pada joker Alhamdulillah mimpi mimpi kita sudah jadi kenyataan...Allah sudah kabulkan doa kita....
Gilimanuk Denpasar

Jalan raya Gilimanuk Denpasar sangat mulus kiri kanan jalan ditumbuhi pohon pelindung sangat menyenangkan suasananya ada beberapa kendaraan yang berpapasan dengan kami,suasana bali mulai terasa setiap kami melewati gapura berornamen Bali.
Kami memasuki kabupaten Negara dimana terdapat komunitas muslim terbesar di Bali. Warung warung makan terlihat banyak yang dikasih label Halal.
Sekitar jam 10.30 wita kami istirahat disuatu pesawangan km27 dari Gilimanuk yang kiri kanannya di penuhi hutan lindung kami duduk disebuah kayu tumbang  dipinggir jalan,bekal nasi rantang dari cak Rofik kami buka dan makan hingga habis setengahnya dan setengah lagi kami simpan untuk makan siang.
Bekal nasi rantang dari cak Rofik
Perjalanan kami lanjutkan hingga terdengar adzan zuhur di daerah kecamatan Malaya,kami mencoba mengamati masjid yang ada didaerah tersebut dan akhirnya menemukan mesjid Almustaqin tidak berapa jauh dari jalan raya.
Selesai sholat zuhur kami makan diteras luar mesjid,nasi bekal yang masih ada separuhnya aku habiskan dengan lahap hingga licin tak bersisa sedikitpun,dari dalam mesjid terdengar para santri mengaji tadarus  Alquran,sejuk sekali perasaan mendengarnya hilang rasa capek hari ini.
Kami sempat bincang bincang dengan salah satu pengurus yayasan panti asuhan Almutaqin,pak Nasir yang juga alumni pesantren mengatakan Yayasan Panti Asuhan Al MustaqinJl. Udayana 333; Negara,mempunyai 70 santri putra/putri yg kemungkinan akan bertambah 10%dlm th 2014.
Panti Asuhan: Makan, sangat irit, Rp100rb + 25 kg beras per hari utk seluruh 70 santri.
Belum ada donatur tetap dan biaya keseharian mereka hanya ditutupi dari hasil pertanian yang sangat  tidak bisa mencukupi untuk makan 70 orang santri.
Mereka anak anak kita yang serba kekurangan,dulunya panti ini dikelola dan disantuni oleh seorang dermawan (maaf lupa namanya) tapi sejak meninggal 3tahun yang lalu tidak ada yang meneruskan pengelolaan.
panti asuhan Almutaqin Negara Bali
Barulah satu tahun yang lalu ada seorang alumni panti/pesantren tersebut yang bersedia mengelola,itulah dia pak Nasir.
Mendengar cerita tersebut aku dan joker menyempatkan diri melihat ke pondokan mereka.
Mereka tinggal di Pondokan dari kayu yang berdiri dipinggir kali,ada beberapa pondok yang sudah miring bedirinya,dihalaman ada satu kolam yang waktu itu hanya berisi beberapa ekor ikan hasil pancingan santri di sungai, kemudian sedikit kearah depan pondok ada kandang ayam yang sudah tidak ada ayamnya serta kebon  yang hanya ditanami ubi kayu.
jangan pernah menyerah....!
Kami menyalami anak anak yatim itu satu persatu dan kami pesankan ke mereka supaya tetap sungguh sungguh belajar dalam kondisi apapun dan jangan pernah menyerah....
Tidak banyak yang bisa kami perbuat saat itu,dengan dana perjalanan kami yang masih ada kami serahkan pada mereka karena ini adalah hari terakhir kami diperjalanan tentu tidak membutuhkan dana yang banyak lagi,disamping itu aku dan joker berjanji akan memberitahu kenyataan anak anak yatim ini kesiapapun dengan harapan ada yang tergerak hatinya untuk memberi bantuan materi ataupun pikiran pada mereka.
Apabila ada yang berniat untuk berikan sumbangan berikut adalah akun dari panti tersebut:
Yayasan Panti Asuhan Al MustaqinJl. Udayana 333; Negara, Bali Akun: E Batara Pos 105 4801 5700 2234
Hampir dua jam kami berada di panti yatim akhirnya jam 14 kami melanjutkan perjalanan,joker memberi tahu bahwa anak dan bu raden istri joker baru saja sampai di Kuta Bali,kami memacu sepeda lebih kencang,kiri kanan dihiasi persawahan sayang nya gerimis mulai turun dan langit terlihat mendung,tadinya kami bertekat bisa sampai di kuta pada hari itu juga,tapi melihat cuaca dan jarak tempuh kami yang masih 50km lagi tidak mungkin akan kami lakukan.
Kembali kami memacu sepeda sebisanya dan mudah mudahan bisa sampai di Kuta malam ini juga,udara yang mulai adem dan pemandangan pinggir jalan yang hijau sangat membantu kami,saking semangatnya pernah aku hampir tidak melihat pedati yang ditarik kerbau bule lewat didepanku,sepeda segera aku rem dan momen istimewa itu aku abadikan karena kalau di Toraja nilai kerbau putih bisa 10 kali nilai kerbau hitamdan biasanya di Toraja kerbau putih dimanjakan tapi di Bali kayaknya dianggap biasa biasa saja dan dibawa menarik pedati.
pedati ditarik kerbau bule lewat didepanku

Diperbatasan kabupaten Jemrana kami melihat sebuah mesjid Jami" Nuruttaqwa yang masih tahap pembangunan,kami berhenti disitu tapi belum terlihat jemaah saat itu,kami mampir kewarung didepan mesjid dan memesan kopi,saya tertarik mendengar logat bicara ibu yang punya warung ini  dalam bahasa melayu rasanya saya kembali ke pekanbaru mendengarnya,sewaktu saya tanyakan ternyata keluarganya adalah keturunan melayu dari Malaka atau Riau,dan tinggal di Bali sudah beberapa generasi sehingga mereka tidak tahu lagi dimana asal mereka tepatnya.
Tak terasa hampir magrib,saya bilang ke joker kita tidak mungkin meneruskan perjalanan malam ini  karena hujan dimalam hari sangat membahayakan keselamatan dan sebaiknya kita numpang nginap dimesjid ini saja,joker diam sejenak lalu mencoba menelpon Aster anaknya yang sudah berada di kuta,dan memberi tahu keberadaan kami di Jembrana.
Aster dan suami berbaik hati akan menjemput  kami  waktu itu juga ke Jemrana kemudian sepeda akan dititip di mesjid dan diambil esok paginya untuk di gowes lagi ke Hotel kami di kuta.
Jemaah magrib sudah berdatangan lalu aku menemui pengurus mesjid pak Haji Masrin,setelah memperkenalkan diri lalu mengutarakan niat kami untuk menumpangkan sepeda di mesjid itu,beliau dengan senang hati akan membantu kami.
Sampai selesai Isya aster yang kami tunggu untuk menjemput belum sampai juga,pak Haji Masrin yang asli Bali adalah seorang guru SMP serta beberapa jemaah mesjid berkumpul menemani kami di mesjid sambil ngobrol tentang perjalan kami dan perbincangan makin menarik ketika joker menerangkan tentang kejadian alam atau Big bang sesuai teori fisika yang sangat dikuasai joker. Kami menilai jemaah mesjid tersebut sangat ramah dan haus ilmu.
Masjid Nurut Taqwa Negara Bali

Mereka juga bercerita tentang suka dukanya membangun mesjid yang sudah hampir dua tahun belum siap siap sampai saat ini,warga desa ini bahu membahu ingin menyiapkan mesjid tersebut,sayang sekali kendalanya adalah kekurangan dana,dengan penuh harap pak Masrin dan jemaah minta tolong pada kami untuk mejalankan informasi ini pada orang yang kami kenal kalau ada yang akan berinfak ke mesjid mereka melalui Akon:BRI unit Yehembang Negara4700-01-006883-53-7
Hujan masih turun dan jam 21.00wita Aster sampai di tempat kami,lalu sepeda yang tadinya akan kami titip di mesjid akhirnya dititip di rumah ustad Junaidi yang berjarak 200meter dari mesjid.
Hujan makin lebat,kami pamitan dengan jemaah yang sudah terasa akrap dengan kami,mobil avanza meluncur membawa kami dalam siraman hujan dimalam yang cukup dingin itu menuju Kuta.
Bahagia sekali perasaan kami saat itu khususnya joker sekeluarga setelah sekian lama berpisah dan sekarang bertemu di Bali.


Mobil membawa kami melewati jalan Kuta dan kiri kanan dipenuhi para turis asing dan lokal yang lalu lalang di trotoar dengan modis dan juga ada yang berpakaian pantai,sementara dentuman musik terdengar dari setiap cafe yang dipenuhi pengunjung pencari hiburan,kontras sekali suasananya dengan suasana perjalanan kami selama ini.yang jauh dari dunia gemerlap.
Mataku sudah tak tahan menahan kantuk hingga akhirnya kami sampai di hotel Grand Whiz kuta bali...yang aku yakini bahwa ini bukanlah mimpi......Alhamdalulillah..... My dream has come true..Nina yang sudah begitu lama kutinggal esok akan kujemput ke Bandara dan akan kubawa keliling pulau dewata dan disaat itu "si Marine" akan kutinggal dulu.
aku dan Nina

Sampai jumpa di perjalananku berikutnya,Mudah mudahan ini bukanlah akhir perjalanan kami..amiin
Sebagai penutup episode ini saya kutip sebuah puisi sebagai berikut:

A dream that will need
climb every mountain,
search high and low,
follow every byway,
every path you know.
Climb every mountain,
follow every stream,
follow every rainbow,
till you find your dream.
A dream that will need,
All love you can give,
every day of your life,
For as long as your live.
Salam maaf
Katik n joker

Wednesday, February 5, 2014

8. PARKIR SEPEDA DAN KEJAR BLUE FIRE DI IJEN (TRANS JAVA BALI)

Si Marine sepeda yang sudah membawaku dari Sumatra sampai ke ujung Jawa kali ini di istirahatkan dulu di rumah Cak Rofiq karena kami akan berburu api hijau atau blue fire ke Gunung Ijen.
Gunung Ijen salah satu gunung berapi paling menakjubkan di Indonesia karena disitu terdapat kawah yang paling besar didunia dan yang lebih menarik lagi diwaktu malam menjelang subuh kalau cuaca cerah tidak berkabut kita bisa menyaksikan fenomena alam yaitu Blue fire yang hanya ada dua di dunia setelah perancis.

PUNCAK GUNUNG IJEN

Kawah Ijen adalah sebuah danau kawah yang bersifat asam yang berada di puncak Gunung Ijen, memiliki tinggi 2368 meter di atas permukaan laut dengan kedalaman danau 200 meter dan luas kawah mencapai 5466 Hektar. Kawah Ijen berada dalam wilayah Cagar Alam Taman Wisata Ijen, Propinsi Jawa Timur.
Kami sangat ter obsesi untuk menyaksikan kawah Ijen tersebut,sejak sampai di rumah cak Rofik di kota Banyuwangi rasa capek kami terasa hilang mungkin karena senang berada disuasana rumah.
Waktu yang hanya beberapa jam sehabis magrib benar benar kami gunakan untuk istirahat di kasur empuk diruang yang nyaman yang sudah dipersiapkan tuan rumah,perasaan sukur telah mengantarkan aku tertidur hingga dibangunkan tepat jam 24.00 oleh cak Rofik.
Jam 24.30 kami langsung ke Paltuding di lereng gunung Ijen atau ke Ds. Banyusari dengan menggunakan mobil cak rohhim yang dikemudikan joko sopir pribadinya.
Jalanan menuju Banyusari sepi sekali hampir tidak ada kendaraan lain cuaca cerah dan dinginnya pegunungan mulai terasa.
Tanjakan demi tanjakan terjal dilalui dengan menggunakan porsneling satu,tidak terbayangkan sulitnya kalau saat itu kami berangkat dengan bersepeda.
Disatu puncak tanjakan ada dataran tampak parkir beberapa kendaraan bermotor,ternyata kami sudah sampai di pintu gerbang utama ke Cagar Alam Taman Wisata Kawah Ijen terletak di Paltuding, yang juga merupakan Pos PHPA (Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam).
PALTUDING
Dari Paltuding kami berjalan kaki dengan jarak sekitar 3 km. Lintasan awal sejauh 1,5 km cukup berat karena menanjak. Sebagian besar jalur dengan kemiringan 25-35 derajad. Selain menanjak struktur tanahnya juga berpasir sehingga menambah semakin berat langkah kaki karena harus menahan berat badan agar tidak merosot ke belakang.Setelah beristirahat di Pos Bunder (pos yang unik karena memiliki bentuk lingkaran) jalur selanjutnya relatif agak landai. Selain itu kami di suguhi pemandangan deretan pegunungan yang sangat indah walaupun malam itu kelihatan ditutupi sedikit kabut. Untuk turun menuju ke kawah harus melintasi medan berbatu-batu sejauh 250 meter dengan kondisi yang terjal.
POS BUNDER

Senter penerangan seperti kelap kelip sepanjang jalur pendakian,ada saatnya kami harus berhenti karena kabut tebal menutup pandangan.
Ada kalanya kami bertemu dengan para pengangkut belerang, yang juga merupakan penambang tradisional,mereka mengangkut belerang rata rata seberat 99kg dari kawah menuju keatas ke pengumpul sejauh lebih kurang 400m mendaki.
Suhu dingin 5degC dan Angin  kencang yang membawa aroma belerang serta air hujan rintik rintik membuat mata kami perih dan sesak nafas disaat itu kita istirahat dan berlindung di bebatuan atau celah batu.
Kami menurun kearah kawah dan disuatu gundukan cadas terlihat jelas pemandangan di kawah,kami melewati beberapa orang yang sedang menunggu munculnya api biru atau blue fire.
menunggu munculnya api biru
Kabut tebal kadang menutupi pandangan dan dengan cepat hilang dan tiba tiba cerah lagi.
Disuatu penurunan cadas menuju kawah yang mempunyai lekukan strategis kami berhenti,tempat ini sangat ideal untuk melihat blue fire,ada beberapa orang pendaki asing dan lokal yang sedang berjaga jaga dengan camera siap shoting menunggu kemuncuan api biru.
Beberapa penambang dari pinggir kawah mendaki tertatih tatih membawa pikulan belerang seberat lebih kurang 90kg dipundaknya lewat didepan kami,kadang ada yang berhenti dan ngobrol dengan pengunjung.
Lebih kurang setengah jam kami duduk menunggu dalam cuaca dingin dan berkabut tebal,tiba tiba muncul cahaya biru yang terang dan indah sekali dari kawah disaat bersamaan terdengar teriak kegembiraan dari para pendaki yang dari tadi menunggu kemunculannya,aku buru buru memotret momen tersebut dengan kamera handphone,sayang sekali hasilnya kurang memuaskan,lebih kurang 30detik lalu cahaya tersebut redup diselimuti kabut tebal.
BLUE FIRE DI KAWAH IJEN
Tidak tahan dingin dan bau belerang kami memutuskan untuk kembali kepuncak untuk menuju pulang. Sambil mendaki aku melirik lagi ke kawah namun api biru itu tidak muncul lagi,Sinar mentari pagi mulai menerangi kawah ijen,terlihat jelas dari pandangan lelehan fumarol yang membentuk gundukan berwarna kuning cerah. Gundukan tersebut merupakan bebatuan belerang yang biasanya dicongkel dengan linggis untuk selanjutnya diangkut keluar,pemandangan pagi ini benar-benar eksotis. Kawah Ijen merupakan Danau Kawah terbesar di dunia.
Dengan warna danau yang berwarna hijau kebiruan, suhu yang cukup dingin khas dari pegunungan serta pemandangan yang sangat indah dan mempesona maka sangatlah pantas kalau Kawah ijen menjadi tujuan wisata, baik lokal maupun turis asing.
Sewaktu melewati puncak, topi loreng joker yang sudah berusia hampir 20tahun terbang ditiup angin,tidak ada yang bisa diperbuat karena topi tersebut raib ditelan jurang,aku candain joker "rupanya topi yang terlalu bau ngga direstui penunggu gunung,tapi biarlah topi pusaka joker jadi saksi bisu bahwa kita pernah menjejakan kaki di puncak ijen" hikhiks ...
Dalam perjalanan turun dari puncak angin sudah tidak begitu kencang dan udara juga tidak sedingin di puncak dan kawah,kami mampir istirahat di tempat penimbangan pengumpul belerang yang akan dijual oleh penambang,umumnya beratnya berkisar antara 70 sampai 90kg.
PENIMBANGAN BELERANG
Ditempat pengumpul ini kita juga warung kecil untuk pesan makanan dan minuman panas penghangat tubuh,udara dingin pegunungan sangat beda dinikmati dengan minum teh atau kopi hangat di pelataran ini,sementara penambang belerang berdatangan sibuk menimbang belerang hasil tambangnya.
UDARA DINGIN DENGAN KOPI DAN MIE HANGAT

Kami berpapasan dengan beberapa pendaki yang memulai pendakian di pagi hari diantaranya ada yang terdiri dari keluarga.
Tidak begitu sulit perjalanan pulang karena jalannya menurun dan jelas terlihat,jalan bebatuan mulai berobah dengan jalan yang dipenuhi hutan lebat akhir nya jam 08.30 pagi itu kami sampai kembali di bascamp paltuding,secangkir kopi hangat dari termos yang dibawa sejak dari rumah oleh cak Rofik kami tuang ke gelas untuk diseruput dipagi yang indah itu,rasa capek  dan kantuk kami sudah terbayar dengan pengalaman yang sangat eksotis di puncak Ijen. Hari ini kami akan istirahat untuk meraih mimpi ke pulau dewata yang sudah didepan mata.
Sampai jumpa
Salam
Katik n Joker

7.TIDUR DI RUMAH HANTU (TRANS JAVA BALI)

Kami sudah berada di ujung paling timur pulau jawa yang lebih dikenal dengan negri para Kiyai dan kaum Nahdiyin,disepanjang jalan terpampang spanduk spanduk kampanye,uniknya  setiap ada foto candidat umumnya di dampingi foto kyai.
Kami menginap dimasjid perbatasan pasuruan atau 245km menjelang Banyuwangi,perasaan seakan akan sudah berada di bali saja saat ini pada hal kalau dihitung perkiraan paling cepat 4 hari lagi bersepeda kami baru nyampe di kuta Bali.
jepretan dari izzud di Situbondo
 Uugh...serunya kalau kami sudah nyampe di Kuta,para istri yang datang dari Pku tentu akan menyambut kami dengan rasa bahagia...penyambutan sederhana tapi sangat kami tunggu tunggu.
Belum ada warung yang buka jam 05.30 sepagi itu tapi kami tetap jalan menuju Probolinggo sambil berharap ada warung yang sudah buka.
Jalan yang kami lalui umumnya kondisi bagus dan lumayan lebar jadi kami bisa memacu sepeda lebih kencang,siang hari kendaraan makin padat. Selesai sarapan nasi rawon diwarung dekat pasar pas di pertigaan jalan masuk pasar dan jalan raya Pasuruan Probolinggo.
Sebetulnya aku kurang berselera makan nasi rawon,karena sudah beberapa hari ini makannya kalau tidak nasi pecel ya nasi rawon....Joker sepertinya menikmati menu rawon,tapi aku sendiri karena ngga ada pilihan harus terima apa ada nya yang penting bisa jadi kalori untuk mendayung hari ini,dalam hati aku pesan ke diri sendiri.... "nikmati apa adanya,karena perjalanan ini adalah sebagai pembelajaran".
Kami duduk agak lama diwarung tersebut menghabiskan kopi serta memperhatikan aktifitas penduduk di pasar Pasuruan,bahasa yang dipakai bahasa madura dan jawa,lalu lintas dipenuhi oleh pegawai dan pelajar menuju tempat kerja dan sekolah masing masing
Disepanjang jalan pasuruan probolinggo sampai Besuki kita disuguhi pemandangan persawahan dan sekali kali pantai dengan rumah nelayan yang dihiasi jemuran ikan .
Pantai Pasuruan
Kami memasuki kota Probolonggo,kotanya tidak terlalu ramai,sepertinya saat itu musin mangga,udara yang panas membuat seleraku ingin mencicipi mangga probolinggo yang terkenal itu,disuatu pertigaan jalan ditengah kota ada mobil pick up bermuatan sarat dengan mangga,kami berhenti dan menanyakan harga per biji saja,penjual memilihkan kami satu bakul mangga yang isinya 10 buah besar besar seharga RP5000,-semua,kami menyetujui dan minta dikupaskan,mangga sebanyak itu hanya beberapa menit habis kami lahap berdua,sejak itu perutku terasa mules terus...uugh mudah mudahan jangan diare ya Allah..!!
Sebetulnya saya ingin mabit di Probolinggo ini tapi karena hari masih siang dan kami juga dinasehati agar ngga usah nginap di probolinggo karena "kurang aman untuk musyafir seperti kami" sebetulnya aku kurang sependapat tapi karena joker keras untuk melanjutkan perjalanan, akhirnya walau sore itu hujan lebat kami tetap melanjutkan hingga ke Besuki.
Dengan badan yang basah kuyup kena hujan kami memasuki kota Besuki dan menuju mesjid raya yang ada didepan alun alun.
Baru saja kami memasuki pekarangan masjid,kami langsung disapa seseorang,dan tanpa bertele tele aku langsung menanyakan apakah diizinkan kami menumpang nginap di masjid tersebut,tapi kali ini takhmir mesjid tidak mengizinkan kami untuk mabit di mesjidnya dengan alasan aturannya sudah lama begitu,sedih juga rasana ditolak diwaktu sore yang sudah mepet malam seperti saat itu,aku ambil pelajaran dari situ bahwa tidak semua orang simpati melihat kami dan disinilah mentalku sedikit diuji dan aku harus ikhlas tanpa sakit hati walaupun keinginan tidak terpenuhi..Alhamdulillah dapat pelajaran baru,Allah menyuruhku supaya lebih kuat....amiiin
Hari sudah hampir gelap,tiada jalan lain kami harus melanjutkan perjalanan hingga ketemu mesjid yang bisa kami tumpangi,bunyi rantai sepedaku yang mulai kering dan ditutupi pasir halus mengerinyit di keheningan malam itu,perasaan khawatir rantai putus dan khawatir ngga dapat inapan bercampur aduk,tidak berapa jauh dari mesjid jamik tadi kami melihat kantor polsek,lalu kami datangi dan minta izin untuk numpang nginap di situ,pak harto yang berpangkat 3 bengkok dipundaknya mengizinkan kami menginap di teras mushola kecil yang bersebelahan dengan rumah tua peninggalan Belanda,identitas diri kami tinggalkan dan kami dipersilahkan untuk mandi di kamar mandi yang bersebelahan dengan sel tahanan,dikamar mandi tidak ada lampu penerangan,aku terpaksa meraba raba posisi bak mandi,wc dan segala sesuatunya di ruangan tersebut,aku sangat memaklum karena ini adalah kamar mandi untuk para tahanan yang kebetulan saat itu sedang tidak ada yang ditawan.Aku coba melongok ke ruang tahanan dari balik jeruji besi,kelihatan seram juga kalau bermalam di ruang yang lembab tersebut berhari hari..nauzubilahminzolik...
Numpang di Polsek  Besuki

Sehabis sholat Isya,kami ngobrol ngobrol dengan pak harto yang kebetulan piket di malam itu,dia bercerita bahwa pernah dia suatu malam dia sholat tahajut di mushola dan didatangi hantu berbentuk nona belanda tapi dia tidak mengganggu tapi hanya menampakan diri kemudian buyar dan juga rumah hantu yang bersebelahan dengan musyola tempat kami nginap tersebut suka didatanggi orang orang tertentu untuk adakan ritual ritual dan meletakan sajen sajen.
rumah hantu yang bersebelahan dengan musyola
Aku bersikap  seolah olah tak terpengaruh cerita cerita mistik tersebut,tapi terus terang malam itu aku jadi sulit tidur sedangkan joker aku lihat sudah ngorok,lampu kami matikan maka dari mushola terlihat samar samar rumah tua tersebut.Tanpa sengaja aku seolah olah berjaga-jaga kalau datang yang macam macam malam itu
Astagfirullah.. jam 2.00 selagi mata baru saja tertidur tiba tiba di panggul rasa digigit sesuatu seperti lipan dan sejenisnya,spontan bangun dan nyari nyari lipannya sambil mengibas ngibas sleeping bag tapi ngga ada sesuatupun..check pinggul alhamdulillah ngga ada apa apa...sompreet..! terpengaruh juga aku oleh cerita pak Harto hingga dihantui oleh ketakutan sendiri....
Paginya kami melanjutkan perjalanan ke arah Situbondo,rasanya kurang semangat karena kurang tidur,joker lebih sering mendahuluiku melewati.

memasuki kota Situbondo
Sewaktu memasuki kota Situbondo kami diikuti oleh beberapa orang anak muda memakai sepeda motor,mereka memfoto foto kami dari atas sepeda motor dan menanyakan asal dan tujuan kami,mungkin mereka sangat terkesan dengan perjalana ini.
Sewaktu sholat jumat kami bertemu lagi dengan Izzud dan Faqih yang tadi mengikuti kami dijalan adalah pelajar dari sebuah club sepeda gunung di Situbondo,kami sempat kenalan dan ngobrol dengan beberapa jemaah yang tertarik mengetahui kami dari Sumatra.
Selesai Sholat jumat tadi kami mencari warung makan siang,pada suatu warung yang cukup bersih didepan rumah penduduk dipinggir jalan kami berhenti makan siang,lagi lagi menunya yang ada nasi pecel atau nasi rawon,akhirnya aku memilih nasi rawon lagi karena ada kuahnya jadi bisa lancar ditelan. Hanya setengahnya yang sanggup ku makan dan sisanya tidak saggup kuhabiskan,tidak berapa lama selesai makan perutku terasa mules,buru buruaku bilang pada joker yang sedang istirahat habis makan bahwa aku berangkat duluan mau nyari toilet,aku khawatir kena diare..tapi Alhamdulillah tidak apa apa.

Faqih dan Izzud dari Situbondo
Dari kota Situbondo sampai Paiton jalannya datar datar saja hanya saja dibagian pinggir jalan situbondo ke Banyuwangi yang kutempuh saat itu terasa agak bergelombang gelombang yang lama kelamaan menyakitkan pantat juga.Udara panas masih menyengat tubuhaku berharap hujan turun diwaktu itu tapi Allah belum penuhi keinginanku
Kami istirahat dan makan siang di Paiton dan bertemu dengan pesepeda motor Biker dari Batam yang berkelana suami istri dari batam dengan tujuan ke Bali dan Lombok,akrab juga bertemu sesama pengelana apalagi sama sama dari Riau dan kami saling bertukar pengalaman dan informasi.
Budi Biker Batam bertemu di Paiton

Tanjakan paiton didekat pltu bisa kami lewati dengan baik dari puncak kami melihat daerah pasir putih yang membentang indah,kami sempat ketemu rombongan TNI yang akan latihan militer di Karang asem dan foto bersama.

ketemu rombongan TNI dari Surabaya

Tanjakan PLTU Paiton
Sore yang indah karena sepeda kami bisa turun meliuk liuk tanpa dikayuh,tidak berapa lama kami melihat pantai pasir putih,dari pantai kami bisa memandang kebelakang ke arah rute perjalanan kami tadi terlihat dikejauhan PLTU Paiton yang terletak tinggi dekat tebing kemudian diikuti jalan yang menurun setelah itu datar sampai ketempat kami istirahat berfoto saat itu.
terlihat dikejauhan PLTU Paiton

Sore menjelang magrib kami sampai di Asem bagus,kami memutuskan untuk menginap di spbu asembagus karena melanjutkan perjalanan di hutan lindung Baluran adalah sangat riskan dimalam hari.
Sebelum istirahat malam segala sesuatu untuk perjalanan besok aku selesaikan,rantai aku bersihkan dan diberi oli mudah mudahan perjalanan besok sepeda ini bisa melaju normal lagi,pakaian untuk besok sudah dicuci lagi.
Malam ini Kami tidur di pojok belakang mushola,aku mematikan lampu pada jam 20wib agar mataku mudah tertidur tapi tidak berapa lama ada yang menghidupkannya lagi,beberapa kali tamu datang untuk sholat,hal ini tidak terlalu menggangguku karena sudah terlalu capek akhirnya tertidur juga.
Sewaktu bangun subuh Joker sibuk mencari seauatu,waktu ditanya yernyata HP Blackbarry nya yang diletakan diatas kepalanya tidak ketemu.kami sibuk mencari sayangnya barang tersebut tidak bisa ditemukan. Kami sangat terpukul dengan kehilangan ini namun semangat  kami tidak boleh padam dengan kemalangan ini.
Suasana galau masih menyelimuti Joker pagi itu, kami lanjutkan perjalanan yang tinggal 80km lagi nyampe Banyuwangi.
Pagi ini kami kayuh sepeda menuju Banyuwangi,didaerah hutan lindung nasional Baluran kami .menghadapi tanjakan tanjakan,tapi tidak terlaku terjal,tidak ada rumah penduduk disekitar hutan karena memang tidak dibolehkan
Taman Nasional Baluran




Jalan Hutan Baluran yang sepi

Lebih kurang 5km kami hanya melihat hutan yang kadang kadang semak.semak kering seperti habis terbakar,tadinya aku membayangkan Taman Nasional Baluran ini dipenuh hutan lebat dengan pohon pohon besar dan sekali sekali terlihat jalan masuk ke hutan yang dipalang dengan kayu dan diberi tanda dilarang memasuki hutan lindng.
Tidak pernah ada satwa terlihat sepanjang jalan dan Ingin sekali aku memasuki hutan tersebut untuk melihat satwanya tapi karena ada larangan aku urungkan nat itu
Perjalanan  sepanjang taman nasional Baluran ini sangat menyenangkan tidak banyak kendaraan jalannya mulus serta variasi turunan dan tanjakan yang tidak ekstrim jadi tidak perlu banyak tenaga kayuhan,dibeberapa tempat ada pos polisi kehutanan yang memberikan rasa aman ditempat sesunyi itu dan terlihat juga ada mobil yang mampir sekedar istirahat dekat pos tersebut
Tanjakan hutan Baluran
.Kami keluar dari hutan lindung dan memasuki daerah watu dodol yang begitu indah,disebelah kiri jalan membentang pantai yang dipenuhi nyiur melambai dikejauhan diseberang laut terlihat pulau Bali.
Kami berhenti disebuah gubuk memandang sepuas puasnya kearah pantai.

Pantai Watu Dodol Banyuwangi

Haus dan panas di Wau Dodol
Seakan pegal ini terobati melihat pulau bali yang sudah didepan mata..alhamdulillah our dream come tru....
Kami menelpon cak rofik bahwa kami sudah berada di Wulu dodol,tidak berapa lama kami di jemput olah cak Rofiq yang juga pensiunan vrp Pt.CPI dan dikonvoi sampai kerumahnya di Banyuwangi kota.
Waktu Zuhur kami sudah bisa sholat dirumahnya Cak Rofiq dan makan siang dipinggir tambak dengan menu ikan bakar dan Udang besar hasil panen tambak sendiri.
dirumahnya Cak Rofiq Banyuwangi
 Sehabis sholat isya kami langsung istirahat untuk persiapan pendakian gunung ijen tengah malam jam 24.00 nanti,kami berencana adakan pendakian malam ke ijen dengan harapan bisa menyaksikan blue fire (api biru) yang keluar dari kawah Ijen.
Sampai ketemu di kawah Ijen...
Salam
Katik n joker