Pages

Sunday, January 27, 2013

RH3 SIALANG-KUAMANG ADVENTURE 12-14 februari 2010




Rumbai-Sialang,
Muka muka lama yang “suka nyari penyakit”

JALAN DI TEMPAT

Petualangan lintas alam yang berat ke suatu desa yang sangat terpencil didaerah dekat perbatasan Sumbar Riau desa Sialang hingga pedalaman Sumbar di Kuamang yang sudah lama direncanaka  akhir nya bisa kami wujudkan.
Sehabis magrib Jumat 12 februari 2010 beberapa orang hasher sudah berkumpul didepan mesjid dakwah Rumbai,ada bus Mitsubishi “tiga perempat”merk nya Bus "Ayah" lumayan bagus buat ukuran ku kayaknya kendaraan tersbut siap mengangkut rombongan ke Sialang.
Muka muka lama yang “suka nyari penyakit” terlihat duduk dan ngobrol santai sambil nunggu waktu Isa,diantaranya juga ada yang ngobrol dan berpakaian sedikit santun dan formal ..rupanya virgin dari Duri…kita lihat nanti apa mereka bisa normal terus….biasanya berapa jam bergaul sama hash Rumbai virus gila langsung menular heheh..
Cuaca cerah sedikit diterangi cahaya bulan dan tepat jam 20.00wib rombongan sudah naik bus,ada 2orang ladies yang ikut dan diamankan di dekat sopir,muatan bus 16 orang,kaki ngga boleh selonjor tapi harus ditekuk istimewanya lagi yang hobi kentut ngga usah khawatir kecium karena langsung dibilas oleh angin dari jendela,aku duduk paling belakang sama lalar hijau dan cindaku.
Lewat Bangkinag pantatku mulai pegal,hembusan udara luar mulai dingin, …pernah jendela ditutup ..masyallah kepala jadi nyut nyutan karena campuran beberapa aroma ditambah lagi dengan musik dangdut nya sopir,jadi kami putuskan untuk sedikit buka jendela biar ada AC alamnya…aku duduk agak melorot dan lutut ditekuk bertopang kursi depan akhirnya bisa ketiduran juga,sayup terdengar ..sialan jalan runtuh !!terlihat antrian panjuaaang……huuuh..kesempatan meluruskan kaki dan turun mobil…laskar laskar RH3 pada turun kelihatan lapar dan ganas…searching yang bisa dimakaaan..eeh ketemu warung nya mak Hernia yang sudah berpisah sekian taon (…emang Hernia anak bandel suka lari),jam 1.00 dini hari setelah tiga jam nunggu antrian akirnya bisa lolos juga,perut kenyang dan pegal udah hilang tapi harus naik teng waja panas lagi niih…..breeem..grrreee…
Terasa  bis mulai pelan kayaknya jalan sudah mulai berlobang lobang,..Gdbuuk masuk lobang gede…terasa pinggangku mau remuk…uuugh…tapi ngga boleh mengeluh ntar diketawain brengsek kiri kananku…..aduuuh..ampuuuun….pada hal tadi berangkat sudah berdoa,aaah..ngga apa apa ini cobaan pertama….hehehe..
Diluar terlihat sekali sekali redup lampu rumah penduduk kemudian berganti semak dan kebun karet sepanjang jalan,beberapa persimpangan sempat membingungkan untuk ditempuh,beberapa hasher terlihat terangguk angguk berusaha untuk tidur ,lain halnya Mumy,leader dalam team ini berusaha menghubungi pemandu,setelah beberapa kali dihubungi dan akhirnya berkat pemandu melalui seluler yang signalnya terputus putus pada sabtu subuh jam 04.30wib diiringi hujan yang cukup lebat kita sampai di desa Sialang .
MAKAN PAGI DI RUMAH DATUK
Kami istirahat dirumah tembok yang belum selesai milik pak Datuk yang akan memamdu kami dalam perjalanan nanti,di ruangan yang terbatas dan seadanya kami merebahkan diri bergelimpangan sebisanya,aku hanya bisa memicingkan mata seperti tidur ayam masih mendengar cilotehan kawan lain sepertinya juga ngga bisa tidur. Tidak berapa lama lantunan Azan subuh terdengar dari mesjid yang tidak berapa jauh dari rumah penginapan kami,aku belum segera bangun dalam hati ntar aja kalau sudah dengar qamat biar bisa istirahat agak panjang,hujan masih turun dan godaan syetan menidurkanku hingga jam 05.45wib.Seperti mendengar trompet perang aku mengambil handuk dan peralatan mandi lalu menghambur keluar rumah menuju mesjid.

Sabtu 13 Februari 2010 (Sialang-Gelugur)
Hujan masih turun dan rombongan kami mulai jadi tontonan penduduk didesa kecil tersebut,selesai makan pagi Jam 06.00 pagi kami sudah siap siap untuk berangkat tuan rumah menyiapkan kami dengan sarapan pagi dan kopi angat,masing masing dibekali nasi bungkus untuk diperjalanan.
Satu Mobil pick up tua Toyota land cruiser 4 wheel drive tahun 1974,dibagian cup depan dicat dengan logo partai tertentu,tanki bensin diganti jerican plastic dan ditempatkan dibagian kiri depan diikat seadanya,wiper tidak ada lampu menurut sopir ngga pernah bisa hidupkan,jok dari busa yang udah kempes dan kumal…mudah mudahan remnya ada..amiiin …begiu doa kami
Ngga ada pilhan inilah mobil yang akan membawa team ke gelugur pinggran sungai Lolo.
PICK UP DIMUAT 16 ORANG
Barang semua diletakan diatas atap ,diikat dan ditutup plastic,lumayan tumpukannya tinggi juga…
Semua meragukan apakah mobil ini muat di jejal 16 orang…pesan singkat dari Mumi dan juga sedikit dari aku yang dalam kengerian,pesan keselamatan ngga mungkin ..yuuk sebelum berangkat kita berdoa,biar kalau jatuh ngga , sakit sakit kali.ugh masih ada yang becanda..sempruul…Doa dipimpin oleh Saka lawang,kayaknya khusuk sekali,alahamdulillah…pada takut atau senang ya…?.haah dua duanya..
Duo ladies Bolot&Maya”Oncom” tambah tanki bensin nangkring didepan samping kiri sopir dan berdiri didepan kiri luar Safir sang pemandu 2.sebelah kanan sopir Datuk pemandu 1,total didepan 5orang.
11 orang berdiri rapat di bak belakang,hujan masih tetap turun menambah licinnya jalan tanah dan berlumpur namun bau ketiak dan nafas jengkolnya para penumpang yang bersusun paku bisa diredam sementara.
Mobil mulai bergerak,miring kiri miring kanan masuk lobang sebesar kerbau bunting,…menuruuun terjal semua tahan napas..uup slip kita turun dulu oiii”teriak penumpang belakang…nanjak lagi….lumayan dapat pengalaman naik mobil off road.

GOYANG LALU DI GASSS
Kayaknya team sangat menikmati dengan pengalaman baru ini,disaat jalan agak datar dan hujan mulai reda kami bisa menikmati hijau dan rimbunnya hutan jajaran bukit barisan dan diikuti suara satwa seakan akan menyambut kedatangan kami.
Sekali sekali kepala harus ditundukan apabila ada cabang pohon yang rendah,yang bawa kamera juga sibuk jepret kiri kanan.
Kami sangat menikmati apabila pada jalan menanjak dan ban mobil terpuruk sehingga berputar ditempat,semua turun lalu beberapa orang yang hobi goyang goyang tetap dibak belakang melompat lompat dan menggoyang mobil supaya ban bisa mencengkram beberapa orang lagi mendorong dari kiri kanan dan belakang sementara mobil meraung raung minta dibebaskan dari lobang berlumpur tadi,saat mobil keluar dari jeratan lobang lalu naik pelan tiba tiba slip masuk lobang yang agak besar dan berbalik arah 90 derjat,yuuk putar arah duluuu...baru maju lagi...Santai ajaaa..begitu teriakan sopir..emangnya enaak teriak yang lain.
Begitu mobil keluar dari lumpur,kami yang juga sudah disemburi lumpur mengejar dari belakang….duuuh enaknya susah….
SLIP BERBALIK ARAH
Kami juga menemui satu warung di tengah hutan sepi,ngga tau siapa konsumen tetapnya,anehnya disitu juga ada minuman beer,modern sekali…beer masuk desa….kami sempat pesan mie rebus dan kopi angat disitu..uenaak tenan
Kami menumpang sholat dzuhur berjamaah di pelanta warung tersebut walaupun sedikit berdesak desakan tapi cukup khusuk karena sudah kecapekan dan letih.Selesai sholat pengen sekali untuk tidur tiduran tapi mengingat perjalanan masih belum separuhnya maka jam 12.45 kami melanjutkan perjalanan yang hanya bisa dilakukan dengan berjalan kaki,disitulah akhir jalan yang bisa dilewati mobil.
SHOLAT DI WARUNG


Jam 14.00 kami sudah memasuki desa Gelugur Pasaman diikuti hujan yang cukup deras beberapa saat.


GELUGUR-MUARO (NAIK PERAHU MOTOR)
Di pinggir sungai Lolo desa Gelugur,kami mengambil ransel masing masing dari mobil seterusnya mengeluarkan nasi bungkus untuk dsantap dipinggir sungai yang cukup indah tersebut.
SELESAI MAKAN SIANG
Sebelum jalan darat dirintis Sungai lolo adalah jalur transportasi utama penduduk dari desa ke desa,arusnya deras dan airnya bersih karena belum tercemar seperti sungai sungai dikota.
Jam 16.00 kami sudah naik 2 perahu untuk menuju ke desa Muaro ,team dibagi dua karena tidak muat kalau satu perahu.
Perahu melaju dengan melawan arus,kami duduk dilantai perahu yang sedikit lembab karena bocor,cuaca panas dan menyengat,handuk basah ditutupkan kekepala cukup menyejukan kepala dari sengatan matahari.sekali sekali kecepatan perahu dikurangi karena ada belokan dan petugas dihaluan siap siap menahan serudukan perahu ke tebing sungai,kiri kanan sungai ditumbuhi hutan yang lebat.
SUNGAI LOLO
Kadang kadang dahan kiri kanan sungai hampir ketemu dan dari dahan ke dahan ada monyet yang berlopatan dengan teriakannya yang cukup jelas serta kicauan burung yang melambangkan kemerdekaan dan kedamaian di hutan,mungkin hal seperti inilah yang selalu menggoda kami untuk berkunjung ke hutan.Kami istirahat di dataran pinggiran sungai kiri kanan disuguhi pemandangan tebing yang ditumbuhi pepohonan yang rindang,disela sela rimbunnya pohon memancar sinar matahari sore seperti sinar laser menyorot sungai lolo,udara terasa agak dingin gemercik sungai dan bunyi serangga hutan menambah indahnya suasana ditempat tepencil tersebut,beberapa kawan menikmati suasana tersebut sampil tiduran di kerikil pinggir sungai dan ada juga yang mandi dan mencebur dengan pakaiannya ke sunagai yang jernih tersebut.


MENIKMATI KONSER ALAM

JEMURAN

Sekali sekali kami berpapasan dengan penduduk yang sedang menjala dipinggiran sungai.
Setelah berperahu selama 2 jam,Jam 18.00 kami sampai didesa Muaro dan turun di suatu tempat yang agak dangkal dibawah jembatan gantung katanya inilah dermaga….
Desa muaro bapileh dibilang termasuk desa yang sedikit besar disbanding desa desa yang pernah kami lewati ukurannya adalah karena ada sekolah sampai SMP didesa tersebut.


MUARO-PITUAI
Perjalan dilanjutkan menuju desa Pituai dengan jalan kaki.
Inilah treck pertama kami dengan jalan kaki dan dibebani ransel yang seabrek 
HUTAN PITUAI
Waktu sudah menjelang magrib,lintasan tradisional antar desa Muaro dan pituai diawali dengan tanjakan yang terjal.
Beberapa orang mulai merasa kram dan pusing,aku ikut rombongan belakang dengan Mak Itam,Air Kajamban dan Barang Palsu ,mati akuuuu katanya……ransel para mener tersebut harus dibawakan…duluan aja ntar ksusul … gaya hasher memang ngga pernah mengeluh…padahal udah teller…hehehe..
Kami rombongan terakhir yang sampai di desa Pituai,yang lain sudah lebih dulu sampai,penduduk keluar menonton seolah olah kami ini dari planet lain,mereka memperhatikan kami dari jarak jauh tapi dengan wajah yang ramah dan selalu dengan pertanyaan standar “dari mana dan mau kemana”
Desa Pituai adalah salah satu desa persinggahan antara Muaro dengan Kuamang yang hanya bisa ditempuh dengan jalan kaki,tidak ada kendaraan bermotor.
Penduduknya kalau dihitung dari rumah yang ada lebih kurang 15 keluarga,mata pencahariannya petani ladang.
Anak anak jarang yang bersekolah,kalau yang bersekolah hanya sampai SD karena umumnya orang tua disitu lebih suka mengajak anak mereka keladang.
Sedikit kemiripan antara ABG desa Pituai dengan dikota,mereka juga suka kumpul kumpul sambil nyanyi dengan petikan gitar mungkin kebetulan malam minggu..?,nyanyinya juga nyanyian POP kayak Peter pan dll,kalah gaul juga kita…. hehe
Magrib kami berempat menyempatkan diri sholat di mesjid satu satunya didesa tersebut,ngobrol sama jamaah dan mereka mengatakan jarak tempuh Pituai ke Kuamang 12 jam untuk ukuran orang kampong…...kalo gitu kita tentu bisa 16 jam lhoooo…oww gimana ini..waktu mepet…
Biasa dalam suatu perjalanan yang waktunya sudah diluar perencanaan akan terjadi perdebatan,menurut aku itu suatu hal yang lumrah kalau udah kecapekan Perdebatan terjadi dan ini adalah hal yang biasa
Ada kelompok yang akan melanjutkan dengan Ojek dan kelompok yang akan jalan terus langsung sehabis magrib.
Aku dan beberapa orang usulkan supaya kita tetap bersabar dan istirahat sampai jam 24.00 setelah itu kita akan lanjutkan perjalanan.
Kelompok Ojek sempat survey harga ternyata ongkosnya RP350ribu saja sampai Kuamang dan jalannya pun ngga dijamin aman alias licin…hmmmm seharga tiket mandala PKU JKT..ngga jadi deh….
Akhirnya diputuskan kita istirahat sampai jam 24.00 dan lanjutkan perjalanan jam01.00 dini hari Minggu.
Kami tidur di rumah saudaranya Safir pemandu,cukup menampung kami 16 orang.
Diluar masih terdengar nyanyian remaja desa dan sebagian kami masih ada yang ngobrol, Aku mulai baringkan badan yang sudah lunglai terasa nyaman sekali.
Bangun..bangun..berangkat lagi…..waah Cindaku membangunkan orang kayak di barak serdadu saja…rasanya capek belum hilang sudah dibangunin gerutu yang lain….
Takut ditinggal akhirnya bangun juga,tuan rumah membekali kami dengan nasi bungkus.

PITUAI - TUAMBANG
Jam 01.00 hari Ahad 14/02/2010 setelah sedikit brifing,lalu kami berdoa untuk untuk diberi keselamatan dalam perjalanan malam menuju desa Tuambang.
Masing masing bawa senter buat penerangan,udara cukup dingin tapi tidak berapa lama badan mulai panas dan berkeringat.
Tidak banyak yang bisa dilihat dalam hutan waktu tengah malam hanya suara jangkrik yang lebih dominant.
Daun daun yang berembun mulai membasahi pakaian kami dan sekali sekali ada terdengar “aduh kpeleset ngga liat lobang”
Perjalanan malam memang terasa tidak terlalu berat mungkin karena udara dingin yang bisa menetralkan panas tubuh.
Aku sempat merasa pedih dan gatal dibetis,ternyata setelah diraba terasa agak lentur dan susah ditarik dari betisku,ini ngga salah lagi pasti pacet…..teman yang mengetahui ada korban pacet juga berusaha cek tubuh masing masing kalau kalau mereka juga punya piaraan pacet juga…
Sayup sayup dikejauhan kami dengar suara Azan Subuh,berarti desa sudah dekat dan jam 05.30wib kami memasuki desa Tuambang kelihatan lampu penerang dirumah penduduk tapi belum banyak penduduk yang bangun.
Aku menuju mesjid dengan beberapa yang lain untuk sholat subuh dan ladies serta beberapa lainnya mampir ke warung untuk cari makanan.
MASIH JAUH...
Lagi pertanyaan standar dari penduduk “dari mana mau kemana”kami jawab seadanya karena capek dan ngantuuuk berat….habis sholat ambil istirahat di mesjid,ada yang  sampai ngorok,tapi aku sulit tidur karena udara dingin dan pakaian lembab yang kurang nyaman.. duuuh cpek deeh..





TUAMBANG – NABOTUANG
Desa tuambang dikaki sebuah bukit Tuambang udara lumayan dingin,setelah pesan mie rebus di warung dan kebetulan diwarung tersebut mempunyai telpon eSia yang sinyalnya cukup kuat,kesempatan ini tidak disia siakan oleh beberapa oran yang “kangen rumah”
Jam 08.00wib kami melanjutkan perjalanan,mulai dengan tanjakan lagi,kaki sudah mulai terasa ada yang lecet dan MI dan Barang palsu mulai memakai tongkat wasiat untuk menopang tubuh.
Sepanjang jalan ada jalur tengah bekas jejak sepeda motor jalur ini sudah berbentuk parit selebar roda sepeda motor,jalur ini cukup menggangu kami dalam memilih jalan karena kalau salah injak dipinggirnya bisa kepleset jatuh.
Jam 11.00 kami sampai disuatu tebing kami melihat dari kejauhan jalan yang akan kami tempuh terputus oleh longsor yang cukup luas sehingga tak mungkin dilewati.
Nasi bungkus kami gelar untuk dimakan,lauk termasuk istimewa ikan teri”digigit kepala buntutnya memantul,digigit buntut kepalanya nendang gusi” tapi ada kawan yang ngga sabar langsung telan saja hasilnya lumayan terbukti staminanya menjadi jreng itulah dia Maya”Oncom” si bionic women.
Aku,Hernia,Saka lawang,semrawut dan Lalar hijau mencoba mendekati lokasi longsor.pada ring pertama kami melihat jalan yang sedikit retak,lebih jauh kami keatas kami melihat rengkahan yang lebih besar,hati hati kami tetap mendaki berharap bisa temukan jalan alternative menyeberang keatas,tapi terasa tanah yang kami pijak seperti akan runtuh dan siap mengubur kami kebawah,demi keselamatan kami putuskan untuk kembali dan menghidar dengan dengan perasaan ketakutan akan ada longsor susulan.
Kawan lain dan pemandu sudah memulai masuk jalur alternative menyusuri jurang kemudian naik kearah bukit pada jalur akhir longsoran.
Aku dan lainnya menyusul merayap dipinggir jurang dengan kemiringan lebih kurang 30 derjat ,sambil berpegangan pada ranting dan tumbuhan yang bisa kami pegang.
Nyaliku mulai ciut sewaktu harus melewati tebing yang kadang kadang tidak ada tempat untuk berpijak,terbayang aku mengelinding kebawah,dan kadang kadang aku terbayang salah seorang dari kami jatuh ke jurang…aduuuh mau jawab apa nanti…iiiih nauzubillah….
MENITI JURANG  YANG LICIN
Alahamdulllah pinggiran jurang yang licin tadi bisa kami lewati dalam waktu 45 menit dan akhirnya sampai di jalur aman.
Inilah saat yang rasanya paling kritis,tantangan berikutnya adalah panas terik sepanjang padang ilalang.
Jam 13.00 kami sampai di desa Nobatung,istirahat di dekat rumah penduduk sambil bercanada sama anak anak desa yang nontoni kami.
Pada rute ini,kami dapat berita Mak Itam dan Cindaku sempat salah jalan dan bolak alik nyari jalan lebih kurang 1 jam dan akhirnya karena sudah terlalu lama pemandu mencari dan menemukan mereka kembali.

NABOTUNG-TANGKOMBUANG
Jalan sepanjang masih tetap menyelusuri dan naik turun bukit,rasanya sudah mual lihat bukit,koq belum nyampe juga yaaaah…..tapi sudah hamper nyampe nih karena sudah kedengaran suara air sungai,tapi ternyata belum….persediaan air habis dan disuatu sungai kami mengambil air dengan botol aqua
Jam 15.00 kami memasuki desa Tangkombuang,kami langsung menceburkan diri disungai dekat desa,airnya sangat jernih dan sejuk setelah berendam mendinginkan badan serta melemaskan otot,aku menuju surau dekat sungai untuk sholat zuhur dan ashar.
Aku sempat ketiduran 15 menit sehabis sholat,kami melihat seorang anak umur 1o tahun sedang menanam bibit coklat,waktu kutanya apakah mereka sekolah,mereka menjawab tidak,kenapa ngga sekolah mereka katakan didesa tersebut tidak ada sekolah,setelah Tanya penduduk ternyata memang kalo mau sekolah perlu jalan kaki 6 jam ke kuamang,siapa yang kuat…duh dalam pikiran kami ternyata belum semua orang Indonesia yang sudah merdeka…………….???

TANGKOBUANG-RUMAHBATU
Jam 16.00 Empat orang termasuk aku,melanjutkan perjalanan paling duluan dengan satu misi,mencari ojek untuk kawan yang terancam ngga kuat melanjutkan perjalanan.
Aku,Saka lawang,Maya”Oncom” dan Lalar hijau berjalan sedikit kencang,kaki sudah terasa pedih karena lecet
Jam 17.00 kami memasuki desa Rumah batukenapa namanya desa rumah batu? Ternyata memang disitu semua rumah batu/tembok tanpa bata diganti batu kali.
Dirumah batu tidak ada ojek,kami lanjutka perjalanan tanpa istirahat

RUMAHBATU-SOPAN
Rumah batu sopan kami tempuh dalam waktu 2 jam,menjelang magrib jam 18.00 kami sampai di desa Sopan.

SOPAN - KUAMANG
Lalar hijau mulai tidak tahan dan menanyakan ojek ,ternyata harga yang ditawarkan RP150ribu,akhirnya lalar tetap gabung berjalan dengan kami berempat Aku,Saka lawang,Maya”Oncom” dan lalar Hijau.
Diperjalanan kami sering ditanya kok ke Kuamang sore sekali,waktu tempuh desa kuamang masih 3jam lagi untuk ukuran orang desa,berarti lebih lama buat kami.
Aku dan lainnya mempersiapkan mental untuk jalan malam,tenaga mulai timbul lagi karena khawatir kemalaman dan ingin buktikan kita bisa lebih cepat dari orang desa.
Maya”Oncom” beritahu bahwa untuk hemat tenaga dia perlu lari waktu mendaki,aku heran melihatnya koq masih bisa lari mungkin kelebihan energy sehabis menelan ikan teri a lot tadi..?! pas kondisi menurun aku lebih memilih lari ternyata Maya”Oncom” tersusul juga dan lalar tertinggal agak jauh.
Hari sudah mulai gelap kami menemui beberapa ojek yang menawarkan bantuan dan kami beritahu untuk menjemput kawan kawan yang lebih membutuhkan di belakang.
Jam 07.30 kawan kawan yang naik ojek menyusul kami dari belakang,ada empat orang yang pertamanya.
Maya”Oncom” sempat terpeleset karena gelap dan jalan licin,dan aku jatuh dekat jembatan karena kesandung batu sampai ranselku putu.
Jam 20.30 wib kami sampai desa Kuamang masuk peradaban baru,kami melihat kawan kawan yang duluan naik ojek sudah rapi dan kelihatan juga bus sudah menunggu.
Aku langsung hempaskan badan yang sudah terlalu capek dan ngantuk ke pelataran warung dan pesan kopi angat serta mie rebus pakai bakso…..huuuuh…mandi ntar saja.
Satu rombongan ojek lagi muncul membawa teman teman dan yang terakhir  kentut busuk yang konon katanya ma nambah nginap di Sopan tapi ngga jadi,,,takut sendirian mmungkin ya..
Konon dari cerita hash Ojeker,mereka semua naik dengan terpaksa karena umumnya ojek ojek tersebut ngga punya rem dan malahan ada yang jalan tanpa lampu.
Tapi  Rumbai hash Ojeker ngga peduli yang penting bisa nyampe dari pada jalan kaki bisa nyampe senin pagi,rogoh kocek Rp150ribu memang agak berat tapi apa boleh buat dari pada jalan kaki lagi…..lebih sedih lagi katanya….

KUAMANG – PEKANBARU
Selesai berbenah mandi dan sholat maka rombongan kembali ke pekanbaru Ahad 14/02/2010 jam 22.30 wib.

Dear Team SIALANG-KUAMANG ADVENTURE

Semoga petualangan ini menambah pemahaman kita tentang kebesaran Allah..amiiin dan salam kompak dan maaf dari saya pribadi Tasman jen”Mc Katick Notinstock”pada Sahabat sahabatku yang rada rada gilaaa ,bandeeeel dan ente koq ngga pernah kapok kayak gitu ya…?
·        Mumi”Armi” yang selalu mengingatkan team agar makan jaheee..biar kuat..iyo kan sajolah…
·        Lalar Hijau”Taufik” dengan topi segede payung yang tabah sampai akhir…
·        Saka lawang”Nedrianto” yang memberi tausiah dan doa selamat pada Rumbai Hash Ojeker..
·        Maya”Oncom” …yang suka nelan teri tanpa dikunyah,berkhasiat jalan bisa lebih kuaaaat…
·        Siabu”Fauzul” yang akhir akhir perjalanan bolanya sempat lecet..katanya karena CD nya basah..
·        Mak Itam”Edy Darmoko” yang tetap tabah sampai akhir walau sempat hilang disiang hari…..tidur sambil jalan..
·        Cindaku”Nasrul”,yang rajin membangunkan pagi hari…
·        Barang palsu”Asdineri”,yang setiap tujuh  langkah memberikan hembusan Huuuuhh….sambil pijat betis…
·        Semrawut”Syamsuardi” yang bawa beban super lengkap +-1kwintal (katanya disuruh orang rumah).
·        Hernia”Hervalni” yang super sibuk untuk lanjut jalan malam,kapoook loo………
·        Kentut busuk”Refileisa”,yang sudah bosan jalan dan minta dikirimkan Mie goreng ke desa Sopan tempat diamangkal..emangnya enaaak…
·        Bolot”Bolot”,yang hari itu kayak turih teler…
·        Air Kajamban yang selalu pegang tongkat sakti…persis kayak drunken master
·        IRWAN"Virgin anak Gubalo tukang intip”..wan,tu,tri,por….terimakasih potonya…walaupun virgin tapi heboooh coooi….
·        Guide” Datuk” dan “Sapir” yang jenaka kadang suka ngga ngerti apa yang diomonginnya…
·        Terimakasih buat
o       Sunti anak”Martenia anum”walau gagal ikut tapi sudah beramal nyatat nyatat yang ikut…
o       Derisman/GM”Gembul” terimakasih dukungannya,coba kalo ikut bisa gratis kita semua….
·        Udah yaah masih pusing ada kerja lagi,Sampai ketemu di Hutan berikutnya……. On..ooon…


KEMANA LAGI YA...?


Friday, January 18, 2013

HARI KE 19, PAINAN-PADANG Disinilah ujung dari perjalanan panjang kami …..



Jam 06.45 sepeda kami gulirkan lagi mengarah pusat kota Painan,cuaca cerah secerahnya perasaan kami saat itu,kami telusuri jalan di kota dengan santai sambil mencari warung untuk sarapan pagi,kota yang kami masuki malam tadi tidak begitu jelas sekarang terlihat jelas dengan baliho baliho kampanye dan juga petunjuk petunjuk jalur evakasi diwaktu Tsunami,satu satu penduduk terlihat olahraga pagi.

KEINDAHAN PAINAN DARI PUNCAK LANGKISAU
Disatu warung masih dikota kami sarapan pagi dengan seporsi “Bubur sambal” dan segelas “Teh Talua” rasnya khas sekali cocok buat lidah minangku dan cukup untuk membangkitkan semangatku mendayung pagi ini.
Diluar kota  kami singgah di terminal bus Salido untuk mencari informasi apakah ada travel yang langsung ke Pekanbaru seandainya ada Basket usulkan agar langsung naik travel saja agar dia ada kepastian sampai di Pekanbaru Hari itu juga,tapi ternyata travel harganya terlalu mahal dan kami memutuskan untuk tetap bersepeda sampai ke Padang.
Dari Salido sampai Lundang jalan cukup bagus dan datar lalu di daerah Tarusan Lundang setelah disuguhi pemandangan laut yang memukau akhirnya dari kejauhan kami melihat bukit barisan menghadang di depan,aku bersiap untuk mendayung lebih keras untuk tanjakan bukit yang ada didepan kami.
PAINAN
Tanjakan tinggi sejauh lebih kurang 2km aku telusuri dengan habis habisan,keringat seakan memercik dari pori poriku nafas memburu kencang dan jantungku bergemuruh dalam hati aku berdoa supaya jantung ini tidak berhenti  berdenyut,Subhanallah…tekad mengalahkan yang tidak mungkin menjadi mungkin,akhirnya aku sampai di puncak,di ketinggian kami melihat Teluk Kabung yang terbentang indah,kami sudah tidak sabar untuk sampai dibawah perasaan sudah terasa di Padang,sepeda kami turun melayang layang tanpa dikayuh,kiri kanan jalan pohon pohon besar yang daunnya hampir bertaut satu dengan lainnya seakan memayungi jalan dari sinar matahari dan hujan.
MENJELANG TELUK KABUNG
Kami berhenti disuatu ketinggian disitu terlihat jelas perahu perahu nelayan dan kapal dagang, yang sedang berlabuh,dan dipantainya ada tanki yang diketahui belakangan adalah tanki penampungan Pertamina,tidak berapa jauh didepan dan masih dibawah kami seekor burung elang berputar putar seakan akan menunjukan kebolehannya pada kami,kombinasi keindahan alam yang jarang kutemukan.
Kunikmati pemandangan tersebut sepuas puasnya kemudian anganku melayang ke hari hari yang kami lalui yang penuh dengan suka duka,penuh tanda tanya pada awalnya dan pada akhirnya Allah sudah menjawab semuanya.
Aku terbawa emosi dan tiba tiba Basket mengingatkan ku untuk segera melanjutkan perjalanan yang katanya tinggal satu tanjakan lagi.
Kami memasuki desa Tanjung Kabung,terasa suasana kota dengan lalu lntas kendaraan dan penduduk yang ramai,kemudian tanjakan Bungus mulai terlihat didepan kami ,aku sudah merasa betul betul di padang sekarang,semangatku bangkit lagi,dari bawah ku kayuh sepeda sekencangnya sejauh 200 meter gear sepeda aku pindah ke yang rendah,aku tidak peduli setinggi apapun tanjakannya ku kayuh sambil merunduk sekali sekali kulempar pandangan ke depan terlihat puncak yang harus ku capai,kadang kadang mobil mengikuti kami dari belakang karena menunggu kesempatan aman sewaktu akan melewati kami.
MENJELANG BUNGUS
Kami sampai di Sungai barameh dekat Telukbayur dan berhenti di restoran Teh Botol di pinggir laut untuk istirahat dan memesan makan siang,sementara itu Basket menelpon salah satu travel yang didapat dari informasi kawan di milist,travel bersedia menjemput kami untuk ke pekanbaru dengan biaya Rp500ribu.
Aku bersukur perjalanan ini berakhir dengan selamat sesuai rencana kami dan saat itu aku hubungi Nina yang ternyata sudah berada di Bukittinggi menunggu.
Perjalanan hari ini kami tempuh sejauh 79km dan diakhiri jam 13.00wib,
sambil menunggu jemputan travel kami istirahat lebih santai dari biasanya dan tidak berapa lama akhirnya mobil avanza yang akan membawa kami datang,roda sepeda kami buka supaya bisa masuk mobil dan kami dibawa ke kantor travel untuk menyelesaikan admin sekalian numpang mandi dan sholat dzuhur.
Perasaan badan ini lebih ringan setelah mandi dan sholat dengan baju yang bersih dan wangi ,baju ini belum pernah kupakai sejak dibawa dari rumah dulu,hal ini sengaja ku simpan untuk antisipasi darurat kehabisan baju bersih.
Aku lihat Basket juga kelihatan segar setelah mandi dan ganti pakaian bersih ,Jam 17.00wib mobil travel yang kami charter meninggalkan kota Padang dan mampir di Lembah anai untuk sholat magrib,udara dingin dan kelelahan membuat aku tertidur hingga di Bukittinggi.
Aku langsung diantar ke hotel Asia sedangkan Basket melanjutkan pejalanan ke Pekanbaru yang kuketahui kemudian sampai di rumah sudah larut malam.
Disinilah ujung dari perjalanan panjang ini tanpa terasa aku sudah meninggalkan rumah selama 19 hari,berkelana mencari dimensi baru dalam hidupku,aku catat semua baik dan buruk,sakit dan senang yang kualami kupersembahkan pada keluarga besarku Nina,Citra,Bayu,Gugun,Firly dan cucu cucuku Keyla,Addin dan Rayhan sebagai tanda terimakasihku atas dukungan dan kesabaran mereka menunggu perjalanan kami ini.
aku sangat bersukur pada Allah yang telah menjadikan mimpiku jadi kenyataan dan memilihkan teman seperjalananku Basket yang begitu penuh pengertian.
Terimakasih juga pada teman Rubic Wan Jokopit,wan Edy cs yang selalu memonitor segala kegiatan kami dan Riau Pos yang ikut mempublish perjalanan ini, bapak bapak HPCPI yang tiap hari memompa semangat kami melalui millis,Ustad Ucup,Ustad Luqman,pak zaili,Jery,Amir,Zul Mapala Bangko dan garin mesjid lainnya yang dengan senang hati memberi penginapan dalam perjalanan,Team Gunungers “Sepatu” yang bersama menyemangati kami untuk ikut mendaki Gunung Dempo.

SAMAPAI KETEMU DI PERJALANAN BERIKUTNYA…

JANGAN PERNAH BERHENTI MENDAYUNG AGAR SEPEDAMU  TETAP BERGULIR..
JANGAN PERNAH MENGELUH KARENA KEHIDUPAN AKAN TERUS BERGULIR
TETAP DAYUNG SEPEDAMU AGAR RODA TETAP BERGULIR MENELUSURI KEHIDUPAN...

Thursday, January 17, 2013

HARI KE 18, LUBUK GEDANG - PAINAN Laju sepeda membuat percikan hujan terasa seperti mencubit cubit mukaku

Pagi itu sehabis sholat subuh kami pamitan pada pak Imam untuk melanjutkan perjalanan ke Painan dengan perkiraan akan bermalam di Lengayang Sumbar yang berjarak lebih kurang 110km.
Tidak berapa jauh dari mushala kami berhenti di desa Lubuk Pinang untuk makan pagi,kemudian dilanjutkan dengan menulusuri jalan bergelombang lagi hingga di masuk perbatasan Bengkulu Sumbar.
Suasana Sumbar sangat terasa begitu kami memasuki pasar Silaut di Lunang Pesisir Selatan,bahasa minang terdengar dimana mana,plat nomor kendaraan didominasi BA jalan aspal memasuki Sumbar sedikit kurang bagus dibandingkan Bengkulu,aku agak kecewa juga apakah karena daerah ini jauh dari kota kabupaten atau kah karena kurangnya income daerah tersebut sehingga dilupakan.
Di desa Tapan kami bertemu pertigaan,lurus adalah ke Kerinci Jambi dan belok kiri adalah jalan kearah Padang,hujan mulai turun  tapi kami tetap mendayung dengan target nanti bertemu mesjid baru berhenti untuk sholat jumat.
Laju sepeda membuat percikan hujan terasa seperti mencubit cubit mukaku,aku menikmati hujan saat itu dibandingkan panas yang membakar kami siang tadi,roda sepeda membelah dan memercikan air ke kiri kanan,sekali sekali kami berpapasan dengan mobil yang juga memercikan air kearah ku.
Disatu mesjid kami berhenti untuk sholat jumat,hujan yang membadai masih tetap turun,seluruh tubuh kami basah kuyup dan perasaanku kurang nyaman dengan keaadaan basah dan kotor seperti saat  itu akan mengganggu jemaah lain,akhirnya kami memutuskan untuk sholat dzuhur saja nanti berdua.
Jam 12.30 hujan badai masih belum kelihatan tanda tanda untuk berhenti,akhirnya kami berhenti di sebuah warung di desa Kudo kudo Indopuro,dari literature di winkipedia aku pernah membaca bahwa orang tua dari ibu Fatmawati sukarno berasal dari daerah Indopuro ini.
Sewaktu makan siang Basket memberi tahu bahwa anaknya yang saat itu sedang berada di Pekanbaru akan kembali ke Jogya pada Minggu pagi jadi kalau bisa dia ingin ketemu anaknya pada sabtu besok dengan pertimbangan itu kami ingin mempercepat perjalanan ini dan akhirnya kami memutuskan untuk mencarter kendaraan saja ke Painan,kemudian dari Painan ke Padang kami bersepeda lagi setelah itu baru di Padang perjalanan ini berakhir.
MANDI HUJAN

Selesai makan dan sholat dzuhur dan ashar yang dijamak lalu kami mencari kemungkinan kendaraan yang bisa di carter ke Painan yang berjarak  90km lagi cukup sulit mencari kendaraan yang mau di carter ke Painan saat itu,ada empat angkot yang kami tanyakan tapi tidak ada yang bersedia membawa kami karena hari sudah mulai sore dan hujan hujan pula.
Tukang warung prihatin melihat kekecewaan kami karena tidak ada kendaraan yang bersedia mengangkut,akhirnya dia menawarkan kami untuk menginap saja di rumahnya tersebut sampai pagi katanya kalau pagi lebih banyak kendaraan yang bisa di carter.
Baju kami yang tadi basah kena hujan sudah mulai mengering kami tetap duduk di warung dan berjaga jaga kalau ada mobil lewat akan kami stop untuk di carter,akhirnya ada satu mobil omprengan yang bersedia mengantar kami ke Painan dengan ongkos RP250000,- dan kami menyetujui .
Sepeda diletakan di bak belakang sebuah mobil pickup Suzuki carry yang sudah di modifikasi menjadi tempat penumpang  dan kami berdua duduk di depan samping sopir.
Aku mengamati jalan yang kami lalui sementara sopir “Apuak”  bercerita dengan bersemangat bahwa dia baru membeli mobl Suzuli pickup tersebut untuk usaha,dulunya dia sudah pernah ke Batam dan pekanbaru kemudian sejak istrinya meninggal dia kembali ke kampung Painan dan sampai sekarang saya merasa lebih enak tinggal di kampung.
Hari berangsur gelap,mobil Apuak yang kami tumpangi mulai menyelusuri pantai Carocok yang berkelap kelip kelihatan dari ketinggian.
Kota Painan yang pernah kami kunjungi beberapa bulan yang lalu tidak jauh berbeda,kota sudah mulai sepi mungkin karena habis hujan dan penduduk lebih memilih tinggal dirumah dari pada diluar yang udaranya cukup dingin.
Jam 19.00 Kami berhenti dan menginap di hotel Aroma dipinggir jalan besar,hotelnya cukup bagus dan pakai kipas angin dengan harga RP80000 semalam.
Sehabis mandi dan mencuci pakaian untuk besok kami pergi makan malam ke warung pecal lele dekat pasar yang tidak jauh dari hotel.
Dari speedo meter terlihat jarak tempuh kami dari Lubuk gedang ke Indopura 76km dan Indopura ke Painan  90km kami tempuh dengan angkot,kami merasa bersukur bisa lolos dari kesulitan perjalanan dalam hujan badai di Indopura tadi sehingga bisa mendapatkan angkot untuk membawa kami ke kota Painan.
Aku sedikit merasa haru karena besok harus mengakhiri perjalanan panjang yang penuh suka dan duka serta banyak pelajaran yang didapat, juga ada rasa bahagia karena bisa berkumpul keluarga lagi mudah mudahan dalam keadaan sehat.
Dari cermin aku perhatikan mukaku sudah agak gelap dan kulit tanganku yang melepuh sekarang sudah mulai terkelupas serta menghitam dan bersih,aku selalu bersukur karena warna kulit gelap terbakar ini bagiku melambangkan persahabatanku dengan alam.
Sesuai rencana besok kami ke Padang dengan jarak 82km dan merupakan hari terakhir kami bersepeda dan apakah kami sanggup untuk sampai di padang sekitar jam 14.00 agar Basket  bisa mendapatkan travel kembali ke Pekanbaru,sedangkan aku akan bergabung dengan keluarga di Bukittinggi yang baru saja kutelpon...Sampai ketemu besok...