Pages

Wednesday, August 26, 2015

Gunung Arjuno dan Welirang





15 Agustus 2015
Pagi jam 10.45 wib,Pesawat citylink yang kami tumpangi dari pekanbaru ke Surabaya mendarat dengan mulus di bandara Juanda,kami rombongan dari pekanbaru yang berjumlah 7 orang yaitu Hernia yang selalu hadir disetiap XPDC,Sakai putih yang ikut mengemas petualangan,Parno dan Istrinya.
Bandara Juanda yang cukup ramai pengunjung ditambah udara yang sedikit panas tidak mengurangi rasa syukur dan bahagiaku saat itu,dikeramaian pengunjung bandara kami bertemu kawan kawan rombongan dari Jakarta dan Balikpapan,kami berangkulan satu sama lain,pertemuan dengan sahabat lama adalah momen yan sangat membahagiakan,Simple yang masih tetap segar di usianya yang ke 65,Joker yang tahun lalu bertualang sepeda bersamaku keliling asia dan LU sang Srikandi yang pantang menyerah disetiap penaklukan puncak gunung serta  beberapa wajah yang tidak asing lagi disetiap XPDC yang diadakan.Kami luruh dalam kebersamaan tanpa ada perbedaan status dan sosial.
bandara Juanda

4 unit  mobil Avanza yang sudah dipersiapkan panitia membawa kami menuju Tretes,sebelum waktu dzuhur kami mampir kewarung makan dekat sebuah SPBU untuk makan siang dan sholat zduhur kemudian dilanjutkan menuju Tretes,dalam perjalanan menuju Tretes kami melewati sebuah Candi Jawi peninggalan jaman Hindu sayangnya kami tidak turun disitu karena keterbatasan waktu,kemudian dari atas mobil aku sempat melihat tanggul Lapindo,ingatan ku melayang kebeberapa tahun lalu saat nyasar dengan Joker diwaktu  kami touring antara Jakarta Bali dulu.
Semakin Sore aku merasa suhu udara semakin dingin,kami memasuki daerah wisata Tretes diketinggian lereng pegunungan yang sangat indah,kami melewati pasar yang agak ramai didepan hotel Surya yang cuckup besar terlihat beberapa dekorasi dan panggung yang sepertinya sedang dipersiapkan untuk perayaaan hari kemerdekaan 17Agustus,mobil travel yang membawa kami terus masuk ke pendakian sebuah jalan aspal kecil kemudian berhenti di sebuah gueshouse "viilla Andre" yang terletak ditanjakan sebelah kiri jalan. Kami mengeluarkan barang barang dari mobil dan memindahkan ke gueshouse.
gueshouse "viilla Andre"
 Di sebuah Gueshouse "Villa Andre" dengan 4kamar dilereng kaki gunung welirang dan Arjuno terlihat sederhana tapi terasa nyaman aku memilih untuk menginap disitu karena mulai merasa kenyamanan terutama udaranya,karena keterbatasan kamarnya maka beberapa teman lainnya mengambil hotel disekitarnya yang mungkin lebih nyaman dengan fasilitas air panas dan ruangan yang ber AC tetapi ratenya cukup murah yaitu RP150,000 semalam . selesai check in di gueshouse,kami memanfaatkan waktu sore yang masih terang itu untuk mengunjungi air terjun Kakek Bodo,kami berjalan mendaki memasuki pintu masuk pendakian gunung Arjuno,jalan beraspal dan mendaki cukup bersih dan rapi kiri kanan ditumbuhi pohon pohon besar,kami menemui satu warung yang kelihatan sepi dan aku heran juga pembeli dari mana yang diharapkannya karena tidak satu pun kelihatan rumah penduduk disekitar itu. sekitar satu kilometer lebih berjalan dari pintu rimba kami berbelok ke arah kanan masuk ke jalan setapak yang sudah disemen dan menurun menuju ke arah lembah yang dari atas kelihatan rimbunnya pepohonan hutan yang sangat asri,bunyi burung dan serangga hutan menambah keindahan saat itu,badanku yang mulai panas berjalan kaki sedikit mengurangi suhu dingin saat itu


Nina jalan sangat bersemangat begitu juga teman lainnya yang mulai meninggalkan kami,aku membimbing Nina yang agak kesulitan dipenurunan,tidak berapa lama kami bertemu sebuah dataran disitu terbentang sebuah taman berikut fasilitas istirahat dan sederetan warung makanan dan sovenir yang kelihatan kosong kemudian berbelok kearah utara menelusuri kiri lembah yang dibawahnya mengalir sungai kecil,akhirnya dikejauhan kami melihat air terjun,dan dekat situ aku melihat sebuah rumah kecil yang dari tulisan diluarnya terbaca "makam kakek Bodo" 
makam kakek Bodo

 Dari cerita rakyat diketahui bahwa,nama Kakek Bodo karena mengisahkan seorang kakek yang di sebut dengan kakek yang bodoh (bodo). Makam Kakek Bodo terletak di tengah areal Wana Wisata Air Terjun Kakek Bodo yang termasuk wilayah Desa Tretes, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan. Di dalam areal yang memuat fasilitas wisata air terjun, tempat berkemah, dan kolam renang, makam ini nampak tidak begitu menarik perhatian karena besar bangunan yang tidak jauh berbeda dari warung-warung di sekitarnya, menjadi salah satu sebabnya. Hanya dua buah tugu gerbang yang membuat makam itu sedikit berbeda dari bangunan lain di sekitarnya.
Masyarakat sekitar percaya, Kakek Bodo adalah pembantu rumah tangga di sebuah keluarga Belanda. Dikenal sebagai orang yang saleh dan jujur. Kemudian ia meninggalkan keluarga majikannya untuk mensucikan diri dari masalah keduniawian, dengan cara bertapa. Karena sikapnya ini, keluarga Belanda yang ditinggalkannya menyebutnya sebagai kakek yang bodoh (Kakek Bodo). Namun berkat bertapanya, sang kakek memiliki kelebihan berupa kesaktian.
Kesaktian ini pun digunakan untuk membantu masyarakat setempat yang meminta pertolongan. Sang kakek pun meninggal di tempat bertapanya, yang terletak tidak jauh dari air terjun. Dan makamnya hingga kini dikeramatkan oleh penduduk setempat.
Tretes memang tempat yang mempesona dan merupakan tempat Wisata dan Hutan Wisata dengan air terjun yang indah,terdapat pula tempat perkemahan yang ramai dikunjungi para pelajar pada hari-hari libur,aku mencatat diantara daerah wisata alam di Indonesia daerah ini termasuk daerah wisata yang bisa diacungi jempol untuk kebersihannya. 
Air terjun dari tebing dengan ketinggian 100meter jatuh ke telaga yang jernih disitu banyak pengunjung yang mandi mandi walaupun udaranya sangat dingin
air terjun kakek bodo



Kami pulang dengan rasa puas ke gueshouse melalui treck arah selatan yang menurun dan melewati beberapa villa  dan terasa lebih mudah dari treck kami masuk lokasi tadi.

Malam sehabis magrib kami disuguhi makan malam dengan lauk goreng ikan nila,ayam goreng ,sayur asam,tempe mendoan serta nasi panas yang membangkitkan selera makan di udara pegunungan yang dingin itu,aku makan lahap sekali,seluruh peserta termasuk tiga ibu ibu yang hanya sebagai team pendukung kemudian 14orang porter dan guide berkumpul di Villa Andre saling berkenalan dan mendapatkan briefing dari guide untuk perjalanan esok hari.
berkumpul di Villa Andre
 Sabtu 16 Agustus jam 06 pagi masing masing sibuk dengan perlengkapan carrier yang akan dibawa,dan ada yang sedang makan pagi ada juga yang sibuk dengan foto foto selfinya,para porter berbenah dengan dengan barang bawaan untuk team serta barang titipan dari pendaki,aku sendiri menitip barang pada porter pribadi yang nanti akan dibayar sebesar RP450,000,ini adalah kali pertama aku memakai porter pribadi karena disamping staminaku tidak sebagus dulu dan aku juga ingin menikmati xpdc ini dengan santai,aku hanya membawa backpack kecil dipinjam dari porter dan berisikan satu jacket wind breaker,dua botol aqua 600ml,cemilan.satu tongkat bambu dan bendera dikasih oleh panitia gunanya untuk upacara bendera 17 agus di puncak Arjuno nanti, terasa ringan sekali bebanku. tepat jam 06.30pagi dengan perlengkapan dan beban carier di punggung kami berkumpul melingkar didepan gueshouse untuk berdoa mohon perlindungan dari Allah,lalu dengan langkah yang pasti kami 23 orang pendaki didukung 15 orang guide serta porter berangkat memulai xpdc Arjuno dan Welirang yang membentang penuh misteri didepan kami.

Gunung Welirang adalah gunung yang masih aktif dengan kawah yang selalu menghembuskan asap dan cairan belerang. Gunung ini merupakan kompleks gunung yang membentuk barisan. Terdapat beberapa gunung di sekitar Gunung Welirang-Arjuna diantaranya : Gn. Arjuna (3339 mdpl), Gn. Welirang (3156 mdpl), Gn. Kembar I (3051 mdpl), Gn. Kembar II (3126 mdpl), Gn. Ringgit (2477 mdpl). Gn. Welirang dapat didaki dan berbagai arah; arah Utara (Tretes dan Trawas ), dan arah Timur (Lawang) dan dari arah Barat (Batu-Selecta). 

Jalur Utara Tretes
Jalur yang sedang kami lalui ini adalah jalur Tretes,sebelum pendakian sebetulnya kita diwajibkan ketempat pendaftaran berada di pinggir jalan raya. Dengan membayar biaya pendaftaran Rp.4.500,- serta diwajibkan menitipkan katu tanda pengenal tetapi semua kelengkapan administrasi ini sudah diselesaikan pada hari sebelumnya oleh panitia. Di pos pendaftaran ini terdapat empat buah kamar mandi umum yang bisa dipakai oleh para pendaki yang tidak menyewa gueshouse.

Dari Pos pendaftaran kita berjalan mengikuti jalan aspal sekitar 200 meter kita akan sampai di pintu masuk Taman Wisata Air Terjun Kaket Bodo yang berada di belakang hotel Surya. Dari pintu masuk ini jalanan sudah di semen hingga Pos Pet Bocor atau Air Terjun.

Berjalan sekitar 200 meter kita akan bertemu dengan percabangan yang ke kanan menuju Bumi Perkemahan dan Air Terjun Kakek Bodo. Sedangkan ke kiri (lurus) menuju Pet Bocor arah menuju puncak Gunung Welirang.

Hingga Pet Bocor jalur masih rapi disemen dengan kemiringan yang sangat tajam, sehingga bisa dijadikan pemanasan pendakian yang cukup menguras nafas dan tenaga. Dengan suasana lingkungan yang bersih dan sejuk karena masih terlindungi oleh pohon-pohon besar namun sudah tidak ada perumahan atau kebun penduduk,suasana pagi yang sedikit berkabut khas pegunungan ini lah yang sering aku rindukan,kami menapak jalan dengan santai sambil bercerita yang ringan dengan Elephant sheet,simple dan beberapa orang lainnya yang berada di posisi agak tertinggal dibeakang,aku melihat ada juga yang memanfaatkan perjalanan sambil berfoto di objek objek yang dianggap menarik.


Warung di Pet bocor



Setelah berjalan sekitar 45 menit kita sampai di Pos Pet Bocor. Di sebelah kiri jalan di suatu lapangan yang cukup luas terlihat banyak tenda,dari informasi yang aku dapat ada beberapa kemungkinan pengunjung yang camping disini yaitu mereka yang hanya sekedar kamping disitu tapi tidak melanjutkan ke puncak gunung atau mereka camping disitu kemudian melanjutkan pendakian esok paginya ke puncak gunung sehingga bisa menghemat waktu kepuncak dan menghemat biaya gueshouse.Di Pet Bocor terdapat tempat yang sangat luas untuk membuka beberapa tenda. Terdapat pula sumber air yang berasal dari pipa-pipa saluran air yang bocor mungkin karena pipa bocor inilah asal nama daerah ini. Pada hari-hari libur terdapat warung makanan. suasana disini khas sekali dengan para komunitas pendaki pendaki muda dengan pakaian gunung kusut tubuh kucel nongkrong didepan tenda menunggu masakan pagi sambil becanda ria dengan teman,kadang kadan suasana ini kami rindukan karena diwaktu itu kita bisa sejenak menanggalkan segala beban pikiran dan tuntutan hidup formal dan kerja rutin yang sangat membosankan dan kita tinggalkan cara hidup dikota yang sangat materialist.
Selamat pagi pak...mari mampir ngopi dulu pak...mereka anak anak muda yang cukup ramah menyapa kami,aku  merasa kagum sekali dengan anak anak yang sederhana dan ramah tersebut.Aku melewati mereka sambil mengucapkan terimakasih atas tawarannya karena belum saatnya untuk istirahat.


Dari Pet Bocor perjalanan dilanjutkan dengan menyusuri jalanan berbatu yang sudah rusak. Jalur sangat lebar bisa dilewati Jip, dengan kondisi alam yang terbuka, jarang terdapat pohon, dan dikiri kanan jalan hanya ditumbuhi alang-alang dan ditanami pisang untuk mengatasi alang-alang.Satu persatu ada kawan yang aku lewati dan ada juga yang melewatiku. tapi saat ini aku merasa agak didepan sedangkan teman lain sudah tertinggal diblakang. Porter pribadi Pram sirambut Gimbal yang aku harapkan bisa jalan bareng ternyata sulit direalisasikan akhirnya kami terpisah terus.


Jalur dengan batu batu gunung yang seperti disusun ini biasa digunakan oleh Jip pengangkut belerang hingga Pos Kokopan.Membayangkan jalan puluhan kilometer yang ditutupi batu yang rata rata sebesar kepala kerbau dipindahkan kemudian disusun rapi dijalan yang sedang kami lalui ini tentu dilakukan dengan manual atau tenaga manusia ini merupakan pekerjaan yang tidak mudah .


Pendaki bisa juga menuju ke Pos Kokopan dengan menumpang Jip yang hanya ada bila memang hendak mengambil belerang saja. Makin siang jalur ini makin terasa sangat panas dan berdebu,aku memahami kenapa orang melakukan pendakian di sore atau malam atau pagi hari sekali sehingga tidak begitu panas. Di sepanjang jalur pendaki akan disuguhi pemandangan ke arah Tretes dan gunung Penanggungan yang sangat indah.

Pos Kokopan




Setelah berjalan sekitar 3 jam pendaki akan sampai di Pos Kokopan. Kokopan berada diketinggian 1500 mdpl, terdapat pondok-pondok yang didirikan oleh para penambang Belerang dan disitu juga terlihat kumpulan tenda para pendaki,tidak jauh dari camping ground terdapat pula sungai kecil yang airnya cukup melimpah. serta dilengkapi dengan MCK sederhana. pas dipinggir jalan terdapat pula warung makanan yang hanya buka pada hari-hari libur. Kawasan ini bisa menampung cukup banyak tenda dan dikelilingi pohon-pohon cemara. Nyaman untuk menginap karena cukup terlindung dari hembusan angin. Di siang hari udara terasa dingin sehingga banyak yang beristirahat disini baik itu pendaki yang akan naik atau pendaki yang baru turun, saat itu suasananya cukup ramai pengunjung sebagian kawan yang duluan sudah behenti dan istirahat disitu.
Diwarung satu satunya tersebut aku memesan secangkir teh manis dan memakan tempe goreng mendoan yang agak dingin ,aku duduk bergerombol dengan anak muda pencinta alam untuk melepas lelah di warung kaki gunung yang khas tersebut.Usia kami yang sudah lanjut mengakibatkan kami jadi pusat perhatian mereka,umumnya mereka sangat bersimpati dengan kami dan mengatakan "kami bangga lihat bapak dan jadi terpicu setelah melihat spirit bapak bapak ini" lalu aku katakan motto kita dalam hidup ataupun dalam bertualang "tetaplah bersemangat dalam kondisi apapun dan jangan pernah menyerah"

Makam misterius

Di kokopan terdapat sebuah makam yang katanya keramat dan ditandai dari susunan batu. Makam ini tepatnya berada di sebelah bawah Pos Kokopan di dekat tikungan jalur. Konon cerita para pendaki yang aku kenal diwarung,para pendaki atau penambang sering dimunculkan oleh penampakan seseorang kakek dan kakek tersebut mengajak berbicara, setelah memperkenalkan diri sebagai Sech Malik Ibrahim maka kakek tersebut berpamitan hendak pulang ke rumah dan menghilang tepat di makam tersebut,sebetulnya aku tidak ingin mendengar cerita cerita gaib tersebut tapi saat itu aku otomatis mendengar cerita warung kopi.


Dari Pos Kokopan kami melanjutkan perjalanan dilanjutkan menuju Pos Pondokan. Terdapat banyak jalur untuk menuju Pondokan. Jalur yang sering digunakan para pendaki adalah jalur utama yang berupa punggung gunung yang lurus. Jalur berupa jalan berbatu yang terjal sehingga sangat menguras tenaga terutama bila pendakian dilakukan di siang hari seperti saat ini, di malam hari jalur pendaki ini akan susah dikenali karena tertutup semak-semak. Tidak ada rambu-rambu penunjuk arah. Pendakian di siang hari cukup nyaman karena banyak terdapat pohon-pohon besar di sepanjang jalur pendakian serta dataran yang ditutupi belukar. Jalur pendakian ini agak membosankan karena jalannya yang ditutupi batu batu dan monoton tidak berfariasi seperti seperti gunung lainnya yang bertanah dan lentur,disini kita harus hati hati memilih pijakan kaki karena salah pijakan di pinggir batu bisa terpeleset dan mencederai kaki. air minum aqua yang tadinya aku bawa 3 botol 600ml sekarang tinggal setengah botol,mulai dari berangkat tadi aku tidak ketemu Pram yang membawa air minum dan perbekalanku,satu persatu teman tertingal dibelakangku dan ada juga yang mendahuluiku,Neni si  Lenggok Uni atau LU seorang srikandi pendaki tidak diragukan lagi staminanya derap sepatunya dibelakangku bagaikan dicambuk agar aku lebih cepat,kecepatan hampir menyamaiku kadang kadang dia didepanku tapi keseringan dia mengikutiku dari belakang.
Jalan batu sekarang berganti jalan tanah yang penuh debu,setiap langkah akan menerbangkan debu debu yang ditiup angin,rasanya muka yang dipenuhi keringat sekarang ditambah dengan debu yang melekat dimuka dan dipakaian,langkah ini makin gontai dan mulai loyo,Jam 13 perutku sudah tidak bisa dibohongi lagi dengan segala macam makanan kecil,nasi dan lauk itulah solusinya..tapi sialnya nasi bekalku dititip ke si Pram gimbal..aku berjalan mulai gelisah dan tidak fokus lagi karena lapar sedangkan pos pondokan belum ada tanda tandanya. Disuatu tanjakan yang agak rindang aku lihat seorang porter yang membawa beban team sedang beristirahat,aku menanyakan keberadaan Pram,ternyata menurut bapak porter itu pram masih belum nyampe atau masih di belakang,mukaku yang mungkin kelihatan agak kecewa lalu bapak tadi bertanya "kenapa pak" aku jawab "aku lapar tapi nasi dan air ada sama si Pram" lalu bapak porter tadi menawarkan nasi dan airnya bisa di makan dulu dan nanti kalau Pram datang akan diganti. Aku langsung menerima tawaran tersebut tidak lama LU datang menyusul dan ikut berhenti untuk makan siang disitu. Sebungkus nasi dengan goreng ayam serta serundeng ditambah sayur daun ubi dan sambal goreng bukan main lezatnya apalagi dimakan dipinggir hutan pinus pegunungan rasanya mengalahkan restoran mewah manapun saat itu.
Selagi asik menikmati makan tersebut aku didatangi seorang laki laki asing paruh baya kurus dan tidak bawa beban turun dari arah gunung,dia menyapaku dengan bahasa jawa yang tidak aku mengerti sambil menunjuk nunjuk ke nasi yang sedang aku makan,lalu aku menanyakan porter yang ada dekatku apa maunya orang ini,lalu porter mengatakan sesuatu dalam bahasa jawa kepada orang asing tersebut,kemudian orang asing tersebut berdiri dan pergi,aku terheran melihat adegan ini dan menanyakan lagi porter "kenapa dia pak?" dan porter mengatakan "katanya dia lapar minta makan" aku kaget dan merasa kasihan...buru buru aku panggil laki laki asing yang sudah pergi tersebut,untung dia mau datang lagi mendekat,aku bagi separoh nasi yang ada berikut lauknya ke sebuah kertas,terlihat dia begitu bahagia menerimanya.
Istirahat yang cukup lama sehabis makan siang ini membuat suhu badan terasa dingin,aku mulai bergerak lagi mendaki tanjakan yang berdebu tadi,kira kira 200 meter mendaki aku mendengar suara banyak orang dan sedikit berbelok kekiri disitu terlihat pondokan pondokan dan tenda tenda para pendaki,taku terus mendekat kedekat kerumunan pendaki ditenda, ternyata disitu sudah menunggu beberapa porter kami dan beberapa kawan dari group kami, aku bersukur sekali akhirnya sampai di Pos Pondokan kemudian menyusul LU dan Monkylek dibelakangku.

Pos Pondokan berupa tanah terbuka yang cukup luas dengan ketinggian berkisar 2250 mdpl. Terdapat pondok-pondok sederhana yang dibangun oleh para penambang Belerang. Di sebelahnya terdapat sungai dengan debit air yang sangat kecil. Sumber air berupa bak penampungan yang dialiri air dari pipa-pipa yang berasal dari rembesan air sungai.

Pos Pondokan

Pada hari Minggu dan musim liburan kadangkala ada warung makanan yang buka. Di pos ini pendaki biasanya bermalam untuk mempersiapkan diri melanjutkan pendakian ke puncak gn-Welirang atau menuju gn.Arjuna. Persediaan air minum disiapkan dari Pos Pondokan ini.

Perasaanku sangat senang membayangkan sudah bisa istirahat di tenda tapi Guide kami Tongky memberi tahu saat ini jam 14 adalah waktu yang tepat untuk melanjutkan pendakian ke puncak Wilirang yang akan memakan waktu lebih kurang 3 jam,sehingga turun dari puncak tidak kemalaman,beberapa kawan sudah duluan menuju puncak.
Tadinya aku tidak begitu semangat untuk  melanjutkan kepuncak karena sudah terlalu lelah ditambah lagi wind breaker serta senter penerang tertinggal sama Pram si porterku,tapi Tongky khawatir aku kemalaman kalau menunggu si porter yang tidak pasti kedatangannya,akhirnya dia meminjamkan wind breaker dan senter penerang untuk ku pakai.
Aku,LU,Mangkilek,parno dan Galih guide melanjutkan pendakian,kemiringannya makin terjal kami melalui beberapa cadas kadang kadang berganti pasir yang gampang sekali melorot karena terjal,aku lebih berhati hati karena terjal dan licin,vegetasi sudah berobah menjadi hutan pinus dataran tinggi,tapi tumbuhnya tidak rapat sehingga cahaya matahari tetap menjangkau tanah

Menuju Puncak Gn-Welirang terdapat banyak jalur pintas, jalur utama berupa jalan berbatu yang terjal. Jalur penambang tidak terlalu terjal tetapi memutar melipir sisi sebelah kanan. Masih dibutuhkan waktu sekitar 3 jam untuk mencapai puncak gunung Welirang. Jalur memasuki kawasan hutan cemara yang diselimuti semak-semak. Menjelang Puncak Gunung welirang jalur terbagi menjadi dua. Jalur penambang lurus menuju kawah di mana para penambang mengambil belerang. Jalur pendaki ke arah kanan melintasi punggungan yang sangat curam dan berbatu-batu.
Beberapa kali kami berpapasan dengan para pengangkut belerang yang ditarik denga  gerobak kecil yang sangat sederhana,terbuat dari kayu kemudian dipasang dua ban sebesar ban secuter,gerobak diberi dua tangkai penarik yang dipegang oleh buruh lalu seutas tali diikatkan di pinggang yang berfungsi menambah tarikan dengan badan diwaktu pendakian,diwaktu menurun gerobak tangkai gerobak diulur kebawah sehingga badan gerobak bawah akan tertahan ketanah sehingga mengurangi luncurannya,sesuatu yang menurutku sangat beresiko tapi itu adalah soal biasa bagi bagi buruh angkut disitu. Aku sempat berbincang dengan salah seorang buruh angkut Pak Sarmin usia 50tahun,tiap hari beliau ini mengangkut 200kg belerang dari puncak kawah ke Pondokan tempat pengumpul,aku menanyakan berapa harga belerang itu dijual ke pengumpul,dia mengatakan RP2000/kg,lalu aku katakan berarti bapak bisa dapat uang RP400 ribu sehari ya..? lalu dia menjawab yang punya belerang orang lain dia hanya sebagai buruh angkat dengan upah RP50/Kg jadi rata rata beliau membawa upah RP100.000 per hari dengan beban dan resiko yang luar biasa besarnya,tapi pak Sarpin tidak pernah mengeluh dan tetap bersyukur sewaktu aku tanya segala kesulitannya katanya inilah yang bisa dilakukannya demi menghidupi keluarganya dengan 2 anak yang masih di SMU dan SMP.
Salah satu dari sekian banyak sosok perkasa, dibalik industri sulfur Indonesia. Jelas bukan hobi semata, Tapi untuk sejumput asa, dibalik kerasnya dunia. Kawan, masihkah kau berfikir hidupmu lebih susah dari mereka?
Kembali aku tertegun apakah arti sebuah kemerdekaan bagi pak Sarpin yang besok akan kami rayakan di puncak gunung Arjuno...dan di istana negara ????
Masker yang menutupi hidung sedikit membantu dari debu debu yang terbang,makin tinggi oksigen makin menipis terasa sekali beratnya pernafasan ditambah bau belerang yang agak menyengat.beberapa kawan yang turun berpapasan dengan kami.
Sebelum mencapai puncak terdapat Gua Sriti yang cukup luas di dekat Puncak gunung Welirang, konon kabarnya gua ini dahulunya di jaman Belanda pernah dibangun sebuah villa serta tempat penangkaran Kijang. Terdapat batu-batu pondasi bekas pagar dan bangunan-bangunan villa serta kandang kijang. Juga terdapat sebuah makam keramat di dekat gua tersebut yang diyakini oleh para penambang belerang sebagai makam Mbah Tedjo Geni. 

Arjuno disisi Wilirang


Di lereng gunung sebelum puncak kita bisa menyaksikan gunung Arjuno dengan jelas,makin mendekati puncak dan dilereng yang terjal banyak tumbuh bunga adelweis dan Lavender,terpaan angin semakin kencang seakan mendorang kami kebelakang kami berusaha tetap berjalan pelan,pasir pasir halus yang berterbangan dibawa angin menyulitkanku untuk melihat jalan,sekali kali aku berhenti menunggu angin reda,lalu setelah agak tenang kami lanjutkan berjalan,begitu juga teman lain berusaha terus maju,kami sampai disatu dataran terbuka dan berbatu batu terlihat lobang kawah yang sudah mati dan disisi lain ada kepulan asap kawa.
Puncak Gunung Welirang sering diguncang gempa lokal, yang disebabkan oleh pergerakan belerang di dalam perut gunung yang bergerak menuju lubang-lubang di atas puncak. Batu-batu di sekitar puncak juga terasa panas bila dipegang atau diduduki.
Di kawasan Puncak Gunung Welirang pemandangannya sangat luar biasa indahnya,perasaan kita bagai diatas awan kita, Pendaki bisa berkeliling mengelilingi kawah untuk mendaki beberapa puncak-puncak kecil. Bila cuaca bersih kita bisa memandang puncak gunung Arjuna dengan detail yang sangat jelas. Gunung Penanggungan juga jelas terlihat sangat dekat.



Terdapat banyak puncak dan banyak kawah yang masih aktif. Kawah yang paling besar dan dalam adalah Kawah Jero, di sebelahnya adalah Kawah Plupuh. Tebing-tebing di sekitar puncak menghembuskan asap belerang. Beberapa lubang di tebing juga mengeluarkan cairan belerang yang berwarna keemasan.


Asap belerang yang pekat sangat berbahaya bila berhembus mengenai mata bisa menyebabkan mata bengkak untuk itu segera cuci mata dengan air bersih. Bila terhirup dalam waktu yang cukup lama maka bisa menyebabkan pening dan pingsan. Untuk itu bila asap tebal belerang sedang menyelimuti puncak sebaiknya tidak mendekatinya. Agar sedikit lebih aman aku gunakan kaca mata dan masker penutup hidung yang dibasahi dengan air.
Kami sedikit kebingungan menentukan puncak tertinggi wilirang karena di dataran dekat kawah ada beberapa puncak kecil,lalu Galih sang guide yang membawa kami mengasih aba aba ke arah puncak yang ada benderanya, satu persatu dari kami LU ,Parno,Monkylek dan Guide berhasil sampai ke puncak tertingginya. waktu sudah menunjukan 17.30 matahari sudah mulai warna merah tembaga sebentar lagi akan masuk ke cakrawala,pelangi diufuk barat sungguh suasana alam yang sangat mempesona,awan Tiupan angin yang makin dingin makin menyiksa lebih kurang 10 menit kami di puncak untuk sekedar berfoto lalu kami segera turun. 
pelangi diufuk barat

Puncak Welirang (3156 mdpl)

Menuruni puncak yang peuh dengan pasir dan cadas bukanlah hal yang gampang,salah injak bisa terpeleset di cadas yang berpasir dan akibatnya bisa fatal. Aku turun lebih hati hati sementara angin kencang bertiup mendorong tubuh kami ke samping dengan desirannya yang menciutkan nyali,keluar dari dataran puncak,tiupan angin mulai berkurang,kami mulai kembali menelusuri jalan menurun yang licin penuh debu.
jam 18.15 sore pandangan mulai gelap,senter penerang aku berikan pada Galih untuk berjalan didepanku,didepan sekali berjalan Monkylek dan Parno tanpa senter kemudian dibelakangku ada Auful dan LU yang pakai satu senter.
Perjalanan terasa makin sulit dimalam hari,dua kali aku terpleset dipasir cadas tapi alhamdulillahtidak sampai cedera,
Dari kejauhan dibawah aku mendengar suara dan kilauan senter penerang dari beberapa orang,sewaktu kami makin dekat ternyata mereka adalah Hernia,Loli,Eka dan Ali angus dan Simanto dan beberapa lainnya yang belum sempat aku ketahui,mereka bertekat untuk mendaki keatas puncak pada malam itu juga,lalu aku yang mengetahui situasi jalan yang membahayakan serta agin yang sangat kencang  memberi saran untuk membatalkan rencana pendakiannya pada malam ini karena situasi agin yang begitu kencang serta menghadapi jalan yang kurang jelas dan rawan dimalam hari,tapi rombongan tersebut tetap gigih ingin melakukan pendakian ke puncak malam ini juga. Kaki dan perntah otak sudah tidak sinkron lagi karena kecapean beberap kali aku terpeleset,akhirnya di kejauhan dibawah tebing kami melihat kilauan cahaya lampu dari tenda tenda para pendaki yang sudah istirahat,jam 20 malam kami sampai di Pos Pondokan lagi tenda tenda masih penuh dilapangan itu sayup sayup tedengar suara suara obrolan dan ketawa cekikan penghuninya di dalam tenda tenda tersebut,dipertigaan pondokan kami belok kanan kearah pendakian Arjuno.
Tanpa beristirahat di pondokan, pendakian di lanjutkan dengan menempuh jalur ke arah kanan. Melintasi hutan pinus dan setelah berjalan sekitar 1 jam sampai di Lembah Kidang. Lintasannya agak mendatar dan banyak ditumbuhi pohon rumput yang agak tinggi dan pohon pinus tapi kami tidak bisa menikmati pemandangan dikegelapan malam tersebut,hanya bunyi serangga hutan dan derap langkah kami saja yang memecah kesunyian malam dihutan itu. kami sampai di lembah Kidang satu jalan yang kami lalui penuh dengan tenda para pendaki,kami diberi tahu beberapa penghuni tenda bahwa rombongan kami camping di lembah Kidang 2.
lebih kurang 20 menit berjalan dari lembah kidang satu akhirnya kami sampai


di Lembah Kidang 2,untuk mengetahui posisi teman teman di kegelapan malam itu kami memberi isarat panggilan pada Sakai dan Simple,suara kami bergema diantara lebih kurang 50 tenda yang berada disitu,setelah mendapat jawaban lalu kami menuju ke situ kearah tenda yang menyahut tadi. Aku masuk ke dalam tenda yang sudah dihuni oleh Simple dan Elephant shit,bertiga satu tenda lumayan sempit tapi dalam situasi kelelahan semuanya menjadi nyaman asal bisa selonjoran. Aku lihat jam tangan menunjukan pukul 21.30 malam,ransel yang dibawa porter sudah menggeletak didepan tenda,bekal nasi yang sudah dingin aku makan untuk mengisi kalori agar tubuh lebih hangat,setelah mengganti pakaian bersih aku berusaha tidur,lama sekali aku baru bisa tertidur karena tenda yang terlalu sempit buat kami bertiga,pernah aku bangun untuk mengambil ransel tiba tiba kaki kram karena salah gerak di udara yang dinginnya mencapai 5degC...busyeeet..tapi walau sebentar sempat ketiduran juga beberapa jam.
HPC....The old soldier never die

How can I get rest..

Lembah Kidang 2 jam 6 pagi

17 Agustus 2015 pagi jam 05.00 sudah terdengar sebahagian pendaki berjalan menuju puncak Arjuno,aku masih malas untuk keluar tenda karena dinginnya udara luar,karena desakan pengin pipis aku keluar tenda setelah itu tidak tidur lagi karena Simple yang terlalu aktif menyuruhku bangun...hehehe..
Pagi yang cerah sekali,kalau tadi malam belum sempat terlihat pemandangan sekitar tenda maka pagi ini terlihat kami ditengah savana yang dikelilingi hutan dan kearah barat terbentang kaki gunung Arjuno yang nanti akan kami panjat.
Terdapat sumber air yang berada di ketinggaan sekitar 2.300mdpl. Di lembah ini dapat dijumpai satwa-satwa penghuni gunung arjuna. 
Jam 6.30 pagi kami sudah kembali mulai menuju puncak Arjuno,peralatan atau beban yang tidak perlu aku tinggal ditenda karena kepulangan ku akan kembali ke jalur Tretes sedangkan beberapa orang lainnya akan menuju jalur Lawang,dengan satu ransel kecil berisi 2 botol air mineral aku memulai pendakian ke puncak Arjuno,perasaan ku kali ini kurang semangat mungkin ini disebabkan karena terlalu capek pendakian Wilirang kemarin. Dari Lembah Kidang Jalur kembali menanjak dan selanjutnya akan bertemu dengan persimpangan jalur yang menuju puncak Gn. Arjuna dan Puncak Gn.Welirang ( lewat Gn. Kembar1 dan Gn. Kembar 2),jalannya masih tetap berdebu,kerongkonganku mulai terasa gatal sepertinya aku akan dapat flu.


Meraih puncak


Berjalan menyusuri hutan cemara, jalur kembali menanjakanyak juga pendaki yang sudah turun kelihatan mereka berjalan lebih cepat karena turunan,tapi sayangnya setiap berpapasan dengan pengunjung debu debu jalanan akan berterbangan. 
persimpangan

setelah berjalan sekitar 2 jam dari persimpangan kita akan melewati jalan yang begitu sulit karena licin oleh debu,tubuhku penuh debu tangan menghitam karena debu yang lengket dikeringat,hampir saja aku tergoda untuk kembali turun karena setiap kali satu bukit kami daki akan muncul lagu bukit yang lain seolah olah puncak Arjuno itu hanya misteri,akhirnya disatu lereng aku melihat bendera merah putih yang ditancapkan di satu puncak cadas Arjuno,aku berusaha mencari jalan termudah kearah bendera itu. aku berhasil mencapai puncaknya disitu sudah menunggu beberpa pendaki lain yang juga baru sampai.
di area puncak ini terdapat beberapa makam para pendaki yang gugur diwaktu pendakiannya dan tempat ini dinamakan juga "Pasar Dieng" bermacam cerita mistis yang di isukan ditempat ini yaitu pasar tempat berkumpulnya para makhluk gaib, ketinggiannya hampir sama dengan puncak G. Arjuna dan terdapat batu yang sebagian tersusun rapi seperti pagar dan tanahnya rata agak luas. Dari sini untuk ke Puncak G. Arjuna hanya memakan waktu ± 10 menit. Di puncak Gn. Arjuna banyak terdapat batu-batu besar yang berserakan. Ada juga sebuah batu yang dikeramatkan masyarakat, batu tersebut berbentuk seperti kursi.

Puncak G. Arjuna anginnya sangat kencang dan suhunya antara 5-10 derajat celcius. Disini kita dapat menikmati suatu Panorama yang sangat indah terutama bila malam hari katanya kita dapat melihat ke bawah, kota-kota seperti Surabaya, Malang, Batu, Pasuruan. serta laut utara dengan kerlipan lampu- lampu kapal. Puncak G. Arjuna disebut juga dengan Puncak 'Ogal-Agil' atau 'PuncakRinggit.
Dari pasar Dieng jelas terlihat kumpulan orang orang berbendera merah putih penuh memadati puncak arjuno tersebut.
Ogal-Agil

lebih kurang lima belas menit menelusuri puncak dan pasar dieng dan mengambil beberapa foto lalu pada jam 12 aku kembali turun pulang ke lembah kidang,Parno yang dari tadi bersamaku sekarang berpisah karena dia akan turun dari jalur Lawang.
Dalam perjalanan turun kesulitannya adalah menahan kaki agar tidak terpeleset di gundukan debu yang tebal,pernah aku terpeleset di gundukan debu tebal didaerah yang terjal hingga meluncur kira kira lima meter dan akhirnya tertahan oleh pohon pinus.
Diperjalanan turun aku berjumpa beberapa teman yang masih menuju keatas setidak tidaknya mereka akan sampai dipuncak kira kira sejam lagi.kemudian tidak berapa jauh menjelang lembah Kidang aku jumpa seorang remaja putri yang cedera pergelangan kaki mungkin terpleset hingga tidak bisa menginjakan kaki dan terpaksa di gotong oleh tiga orang untuk turun ke pos bawah,jeritannya membuat perasaanku kurang nyaman waktu itu karena tidak bisa menolong dan sebagai tanda simpati aku beri mereka minum yang masih bersisa di botolku. dibelakangku muncul Auful yang terseok seok dan sejak itu kami turun berdua.
Kami sampai kemabali di lembah Kidang 2,hanya beberapa tenda yang masih berdiri disitu dan tempat kami kelihatan sudah kosong hanya ada empat porter yang sedang menunggu barang barang.
Dua cup pop mie direndam dengan air panas jadi menu kami untuk makan siang itu,selesai sholat dzuhur kami melanjutkan perjalanan kearah pos pondokan dan pulang ke Tretes.
Merdeka..
Tenda tenda di daerah pos Pondokan sudah terlihat kosong dan beberapa pendaki sudah berkemas,banyak pendaki sudah berjalan menuju pulang ke tretes seperti pengungsi pengungsi perang,kami ikut dalam arus pulang itu,tapi mereka umumnya muda muda dan lebih gesit dan kencang berjalan.
Kami sampai di pos Kopan hari sudah mulai magrib tidak jauh dari situ aku ketemu Joker yang sedang duduk istirahat di jalan,ternyata kaki joker bermasaalah dan ngilu dibawa jalan makanya dia pulang lebih awal dan membatalkan naik ke puncak Arjuno.
Joker menitipkan tas dan menyuruh kami duluan karena dia akan jalan pelan.
Berjalan dari pos kopan dimalam hari sangat menyulitkan karena harus meniti batu batu yang disusun,saat itu telapak kakiku dekat jempol sudah terasa lecet kedua duanya. Dengan perasaan jenuh dan capek akhirnya jam 8 malam kami sampai di tretes dan masuk hotel,terakhir aku dengar joker sampai di hotel jam 10 malam dan simple dengan Elephant shit jam 23 malam inilah yang terakhir kali sampai di hotel.
kemudian rombongan yang melalui jalur Lawang sampai di hotel lebih awal yaitu jam 17.30 malam.
Malam ini aku tidur di hotel dengan beribu kenangan manis dan pahit yang tak kan pernah terulang kembali,aku mensyukuri apa yang telah Allah ajarkan melalui alam dan bagaimana cara bersyukur diwaktu suka dan duka.
sampai ketemu di perjalanan berikutnya.
Salam gunung
NIS "Tasman jen"