Pages

Wednesday, February 5, 2014

8. PARKIR SEPEDA DAN KEJAR BLUE FIRE DI IJEN (TRANS JAVA BALI)

Si Marine sepeda yang sudah membawaku dari Sumatra sampai ke ujung Jawa kali ini di istirahatkan dulu di rumah Cak Rofiq karena kami akan berburu api hijau atau blue fire ke Gunung Ijen.
Gunung Ijen salah satu gunung berapi paling menakjubkan di Indonesia karena disitu terdapat kawah yang paling besar didunia dan yang lebih menarik lagi diwaktu malam menjelang subuh kalau cuaca cerah tidak berkabut kita bisa menyaksikan fenomena alam yaitu Blue fire yang hanya ada dua di dunia setelah perancis.

PUNCAK GUNUNG IJEN

Kawah Ijen adalah sebuah danau kawah yang bersifat asam yang berada di puncak Gunung Ijen, memiliki tinggi 2368 meter di atas permukaan laut dengan kedalaman danau 200 meter dan luas kawah mencapai 5466 Hektar. Kawah Ijen berada dalam wilayah Cagar Alam Taman Wisata Ijen, Propinsi Jawa Timur.
Kami sangat ter obsesi untuk menyaksikan kawah Ijen tersebut,sejak sampai di rumah cak Rofik di kota Banyuwangi rasa capek kami terasa hilang mungkin karena senang berada disuasana rumah.
Waktu yang hanya beberapa jam sehabis magrib benar benar kami gunakan untuk istirahat di kasur empuk diruang yang nyaman yang sudah dipersiapkan tuan rumah,perasaan sukur telah mengantarkan aku tertidur hingga dibangunkan tepat jam 24.00 oleh cak Rofik.
Jam 24.30 kami langsung ke Paltuding di lereng gunung Ijen atau ke Ds. Banyusari dengan menggunakan mobil cak rohhim yang dikemudikan joko sopir pribadinya.
Jalanan menuju Banyusari sepi sekali hampir tidak ada kendaraan lain cuaca cerah dan dinginnya pegunungan mulai terasa.
Tanjakan demi tanjakan terjal dilalui dengan menggunakan porsneling satu,tidak terbayangkan sulitnya kalau saat itu kami berangkat dengan bersepeda.
Disatu puncak tanjakan ada dataran tampak parkir beberapa kendaraan bermotor,ternyata kami sudah sampai di pintu gerbang utama ke Cagar Alam Taman Wisata Kawah Ijen terletak di Paltuding, yang juga merupakan Pos PHPA (Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam).
PALTUDING
Dari Paltuding kami berjalan kaki dengan jarak sekitar 3 km. Lintasan awal sejauh 1,5 km cukup berat karena menanjak. Sebagian besar jalur dengan kemiringan 25-35 derajad. Selain menanjak struktur tanahnya juga berpasir sehingga menambah semakin berat langkah kaki karena harus menahan berat badan agar tidak merosot ke belakang.Setelah beristirahat di Pos Bunder (pos yang unik karena memiliki bentuk lingkaran) jalur selanjutnya relatif agak landai. Selain itu kami di suguhi pemandangan deretan pegunungan yang sangat indah walaupun malam itu kelihatan ditutupi sedikit kabut. Untuk turun menuju ke kawah harus melintasi medan berbatu-batu sejauh 250 meter dengan kondisi yang terjal.
POS BUNDER

Senter penerangan seperti kelap kelip sepanjang jalur pendakian,ada saatnya kami harus berhenti karena kabut tebal menutup pandangan.
Ada kalanya kami bertemu dengan para pengangkut belerang, yang juga merupakan penambang tradisional,mereka mengangkut belerang rata rata seberat 99kg dari kawah menuju keatas ke pengumpul sejauh lebih kurang 400m mendaki.
Suhu dingin 5degC dan Angin  kencang yang membawa aroma belerang serta air hujan rintik rintik membuat mata kami perih dan sesak nafas disaat itu kita istirahat dan berlindung di bebatuan atau celah batu.
Kami menurun kearah kawah dan disuatu gundukan cadas terlihat jelas pemandangan di kawah,kami melewati beberapa orang yang sedang menunggu munculnya api biru atau blue fire.
menunggu munculnya api biru
Kabut tebal kadang menutupi pandangan dan dengan cepat hilang dan tiba tiba cerah lagi.
Disuatu penurunan cadas menuju kawah yang mempunyai lekukan strategis kami berhenti,tempat ini sangat ideal untuk melihat blue fire,ada beberapa orang pendaki asing dan lokal yang sedang berjaga jaga dengan camera siap shoting menunggu kemuncuan api biru.
Beberapa penambang dari pinggir kawah mendaki tertatih tatih membawa pikulan belerang seberat lebih kurang 90kg dipundaknya lewat didepan kami,kadang ada yang berhenti dan ngobrol dengan pengunjung.
Lebih kurang setengah jam kami duduk menunggu dalam cuaca dingin dan berkabut tebal,tiba tiba muncul cahaya biru yang terang dan indah sekali dari kawah disaat bersamaan terdengar teriak kegembiraan dari para pendaki yang dari tadi menunggu kemunculannya,aku buru buru memotret momen tersebut dengan kamera handphone,sayang sekali hasilnya kurang memuaskan,lebih kurang 30detik lalu cahaya tersebut redup diselimuti kabut tebal.
BLUE FIRE DI KAWAH IJEN
Tidak tahan dingin dan bau belerang kami memutuskan untuk kembali kepuncak untuk menuju pulang. Sambil mendaki aku melirik lagi ke kawah namun api biru itu tidak muncul lagi,Sinar mentari pagi mulai menerangi kawah ijen,terlihat jelas dari pandangan lelehan fumarol yang membentuk gundukan berwarna kuning cerah. Gundukan tersebut merupakan bebatuan belerang yang biasanya dicongkel dengan linggis untuk selanjutnya diangkut keluar,pemandangan pagi ini benar-benar eksotis. Kawah Ijen merupakan Danau Kawah terbesar di dunia.
Dengan warna danau yang berwarna hijau kebiruan, suhu yang cukup dingin khas dari pegunungan serta pemandangan yang sangat indah dan mempesona maka sangatlah pantas kalau Kawah ijen menjadi tujuan wisata, baik lokal maupun turis asing.
Sewaktu melewati puncak, topi loreng joker yang sudah berusia hampir 20tahun terbang ditiup angin,tidak ada yang bisa diperbuat karena topi tersebut raib ditelan jurang,aku candain joker "rupanya topi yang terlalu bau ngga direstui penunggu gunung,tapi biarlah topi pusaka joker jadi saksi bisu bahwa kita pernah menjejakan kaki di puncak ijen" hikhiks ...
Dalam perjalanan turun dari puncak angin sudah tidak begitu kencang dan udara juga tidak sedingin di puncak dan kawah,kami mampir istirahat di tempat penimbangan pengumpul belerang yang akan dijual oleh penambang,umumnya beratnya berkisar antara 70 sampai 90kg.
PENIMBANGAN BELERANG
Ditempat pengumpul ini kita juga warung kecil untuk pesan makanan dan minuman panas penghangat tubuh,udara dingin pegunungan sangat beda dinikmati dengan minum teh atau kopi hangat di pelataran ini,sementara penambang belerang berdatangan sibuk menimbang belerang hasil tambangnya.
UDARA DINGIN DENGAN KOPI DAN MIE HANGAT

Kami berpapasan dengan beberapa pendaki yang memulai pendakian di pagi hari diantaranya ada yang terdiri dari keluarga.
Tidak begitu sulit perjalanan pulang karena jalannya menurun dan jelas terlihat,jalan bebatuan mulai berobah dengan jalan yang dipenuhi hutan lebat akhir nya jam 08.30 pagi itu kami sampai kembali di bascamp paltuding,secangkir kopi hangat dari termos yang dibawa sejak dari rumah oleh cak Rofik kami tuang ke gelas untuk diseruput dipagi yang indah itu,rasa capek  dan kantuk kami sudah terbayar dengan pengalaman yang sangat eksotis di puncak Ijen. Hari ini kami akan istirahat untuk meraih mimpi ke pulau dewata yang sudah didepan mata.
Sampai jumpa
Salam
Katik n Joker

No comments:

Post a Comment