Pages

Thursday, January 17, 2013

HARI KE 17:SUMBER MAKMUR KE LUBUK GEDANG, Disuatu tanjakan hujan lebat tiba tiba mengguyur kami dan rantai sepeda basket copot..



Azan subuh kali ini dikumandangkan lagi oleh Basket case,sehabis sholat subuh kembali aku merebus air panas untuk minum pagi dan membuat sereal,semua barang sudah di packing dan dinaikan ke rack sepeda,baju yang semalam dicuci masih lembab namun tidak ada masaalah untuk dipakai.
Kami pamitan pada jamaah mesjid dan jam 07.00 sudah mulai bersepeda menyusri jalan raya Bengkulu Padang,target kami hari ini adalah kota Muko muko lebih kurang 98km .
Kami langsung dihadakan dengan tanjakan dan gelombang lalu di desa gading jaya kami berhenti di warung “Nia”untuk sarapan pagi dan mengisi botol botol air minum.
Makin lama kami merasa jalan makin sulit naik turun seperti memotong bukit barisan yang tak habis habisnya dengan pendakian,aku merasa jenuh kiri kanan selalu terlihat kebun sawit kadang kadang kami bertemu desa dengan beberapa rumah penduduk,lambaian dan sapaan penduduk sedikit mengurangi kejenuhanku.
Daerah Putri  hijau sudah kami lewati namun pemandangan pantai yang mungkin bisa menghilangkan kejenuhanku masih belum kelhatan.
Setiap akhir dari tanjakan aku berharap akan melihat pantai namun rasanya ngga kunjung ketemu,aku merasakan dayunganku sudah tidak bertenaga dan tanganku terasa kesemutan sekali sekali aku kibaskan tangan untuk menghilangkan kesemutannya,seperti hari hari sebelumnya,mungkin ini karena jenuh dan lelah.
Disuatu tanjakan hujan lebat tiba tiba mengguyur kami dan rantai sepeda basket copot tadinya dia mengira rantai putus sehingga kami mencari tempat untuk berhenti dan berteduh agar bisa memperbaiki rantai tersebut tapi ternyata rantai hanya copot saja.
Disuatu penurunan yang panjang kami memasuki pantai abrasi Muko muko,terasa aku menemukan dunia baru,dayungan ku semakin menggila seperti mendapat tenaga tambahan. Kuhirup udaranya sejuk itu hingga mengalir dingin ke seluruh poriku,Kurentangkan tanganku sejenak
terasa sejuk , tenang ,bahagia kurasakan membuatku seperti melayang kegirangan
,pandangan lepas kearah laut,sepeda kami terasa seperti busur yang baru lepas,jalan sepanjang pantai abrasi berkabut karena percikan ombak,mukaku sedikit agak basah karena uap laut tersebut.

Kami istirahat untuk makan siang di warung pinggir pantai,beberapa kapal dagang terlihat jelas di laut lepas,aku coba menerka nerka kalau kapal tersebut tentu dari teluk bayur Padang tujuan  Tanjung Priok Jakarta,sebagaimana 37tahun yang silam saat aku menumpang kapal Pelni KM.Batang hari dari Teluk Bayur ke Jakarta,pada posisi kapal di laut  muko muko dan Ketaun ini terkenal gelombangnya besar yang bisa menguras isi perut penumpang kapal karena mabuk laut.
Seporsi nasi goreng dan beberapa botol minuman dingin tidak terasa sudah pindah ke perutku,jam 14.00 di panas yang makin terik kami lanjutkan perjalanan menuju Muko muko yang terlihat di batu pal 20km lagi.
Jalan menyelusuri pantai abrasi lebih menyenangkan karean ada variasi dengan pemandangan lautnya,kendaraan yang lewat disini kecepatan tinggi semua karena jalannya bagus dan lurus,hanya saja kalo jalan lurus pantat sedikit tersiksa karena tidak bisa istirahat berdiri melemaskan pantat.
Rumah penduduk  sudah semakin banyak kelihatan dan tanda masuk kota Muko muko mulai terbaca,lalu kami menyelusuri kota yang menurutku cukup nyaman karena lalu lintasnya sepi.
Dari literatur bisa kita ketahui bahwa Penduduk asli wilayah Mukomuko adalah Etnis Minang Mukomuko yang merupakan bagian dari Rumpun Minangkabau. Secara adat, budaya, dan bahasa, dekat dengan serumpunnya di wilayah Pesisir selatan Provinsi Sumatra Barat. Pada masa lalu daerah Mukomuko ini termasuk salah satu bagian dari Rantau Pesisir Barat (Pasisie Barek) Suku Minangkabau. Kerap juga disebut daerah Riak nan Badabua  yakni daerah sepanjang Pesisir Pantai Barat dari Padang hingga Bengkulu Selatan. Namun wilayah Mukomuko sejak masa kolonial Inggris telah dimasukkan ke dalam administratif Bengkulu (Bengkulen). Sejak saat itu mereka telah terpisah dari serumpunnya di daerah Sumatera Barat dan menjadi bagian integral dari wilayah Bengkulu. Hal ini berlangsung terus pada masa penjajahan Belanda, penjajahan Jepang, hingga masa kemerdekaan.
Di Bank BRI kami berhenti ,Basket mengambil uang di ATM untuk keperluan dijalan,sejak dari pulang dari Pagar alam Basket adalah sebagai bendahara untuk setiap pembayaran,walaupun begitu aku tetap meminjam uang dari basket sekadar mengisi kantongku yang sudah kosong untuk berjaga jaga mana tahu nanti aku terpisah dari Basket harus bayar sesuatu menggadaikan sepeda dulu..hehehe
Kami masuk ruangan berpendingin dibank tersebut terasa nyaman sekali,kariawan bank yang saat itu sedang santai sehabis jam kantor sempat berbincang bincang mengenai pejalanan kami.
Waktu masih jam 15.30 kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ,jam 17.00 kami sampai di Lubuk Gedang dan mampir disebuah mesjid dekat pasar,Basket menemui petugas mesjid tersebut dan kami disuruh untuk menemui Kades terlebih dahulu karena rumah kades tidak jelas dimana maka kami menyimpulkan mesjid tersebut kurang baik untuk kami karena terlalu birokrasi sekali untuk ditumpangi.
Tidak berapa jauh dari pasar Lubuk Gedang kami berhenti di Mushala Nurulhuda Yang terletak dipinggir jalan,aku minta izin menginap pada Imamnya yang tinggal dekat mushala itu,mengetahui kami mushafir dari jauh dengan ramah Ustad Ucup yang alumni IAIN Imambonjol Padang memersilahkan kami untuk istirahat dan member tahu fasilitas yang bisa kami gunakan.
Menjelang Magrib hujan lebat turun dan kami sudah selesai mandi dan menunggu untuk sholat Magrib, selesai magrib kami beramah tamah dengan para jemaah sampai waktu isya datang.
Dari penuturan Pak Imam diceritakan daerah Lubuk Gedang adalah daerah yang termasuk parah sewaktu kena gempa beberapa tahun lalu ,banyak rumah rumah yang hancur di sekitar Mushala dan Mushala ini adalah yang selamat dari kehancuran dan dijadikan tempat pengungsian sementara oleh penduduk,sejak kejadian itu jamaah makin bertambah dan lebih aktif beribadah ke mushala ini,dibandingkan dengan mesjid atau mushala didaerah itu, Mushala Nurulhuda menurutku adalah yang terbagus dan bersih.
Pak Imam yang yang tamatan IAIN padang terlihat sangat disegani oleh jemaah aku jadi tidak sampai hati sewaktu ditawarkannya untuk diantarkan  membeli nasi ke warung yang berjarak 1km  dalam keadaan hari yang masih hujan,tawaran yang ikhlas itu aku terima dan berhujan hujan aku berboncengan di sepeda motor pak Imam ke warung untuk membeli nasi bungkus buat makan malam kami,ternyata warungnya lumayan jauh untuk berjalan kaki ataupun bersepeda dalam hujan,aku sangat berterima kasih atas bantuan ini,semoga ini jadi amal sholeh buat beliau..amiiin.
Jarak tempuh hari  ini 111km dalam waktu 9jam cukup untuk membuat kami tertidur nyenyak di mesjid yang nyaman tersebut.

No comments:

Post a Comment