Pages

Thursday, January 17, 2013

HARI KE 18, LUBUK GEDANG - PAINAN Laju sepeda membuat percikan hujan terasa seperti mencubit cubit mukaku

Pagi itu sehabis sholat subuh kami pamitan pada pak Imam untuk melanjutkan perjalanan ke Painan dengan perkiraan akan bermalam di Lengayang Sumbar yang berjarak lebih kurang 110km.
Tidak berapa jauh dari mushala kami berhenti di desa Lubuk Pinang untuk makan pagi,kemudian dilanjutkan dengan menulusuri jalan bergelombang lagi hingga di masuk perbatasan Bengkulu Sumbar.
Suasana Sumbar sangat terasa begitu kami memasuki pasar Silaut di Lunang Pesisir Selatan,bahasa minang terdengar dimana mana,plat nomor kendaraan didominasi BA jalan aspal memasuki Sumbar sedikit kurang bagus dibandingkan Bengkulu,aku agak kecewa juga apakah karena daerah ini jauh dari kota kabupaten atau kah karena kurangnya income daerah tersebut sehingga dilupakan.
Di desa Tapan kami bertemu pertigaan,lurus adalah ke Kerinci Jambi dan belok kiri adalah jalan kearah Padang,hujan mulai turun  tapi kami tetap mendayung dengan target nanti bertemu mesjid baru berhenti untuk sholat jumat.
Laju sepeda membuat percikan hujan terasa seperti mencubit cubit mukaku,aku menikmati hujan saat itu dibandingkan panas yang membakar kami siang tadi,roda sepeda membelah dan memercikan air ke kiri kanan,sekali sekali kami berpapasan dengan mobil yang juga memercikan air kearah ku.
Disatu mesjid kami berhenti untuk sholat jumat,hujan yang membadai masih tetap turun,seluruh tubuh kami basah kuyup dan perasaanku kurang nyaman dengan keaadaan basah dan kotor seperti saat  itu akan mengganggu jemaah lain,akhirnya kami memutuskan untuk sholat dzuhur saja nanti berdua.
Jam 12.30 hujan badai masih belum kelihatan tanda tanda untuk berhenti,akhirnya kami berhenti di sebuah warung di desa Kudo kudo Indopuro,dari literature di winkipedia aku pernah membaca bahwa orang tua dari ibu Fatmawati sukarno berasal dari daerah Indopuro ini.
Sewaktu makan siang Basket memberi tahu bahwa anaknya yang saat itu sedang berada di Pekanbaru akan kembali ke Jogya pada Minggu pagi jadi kalau bisa dia ingin ketemu anaknya pada sabtu besok dengan pertimbangan itu kami ingin mempercepat perjalanan ini dan akhirnya kami memutuskan untuk mencarter kendaraan saja ke Painan,kemudian dari Painan ke Padang kami bersepeda lagi setelah itu baru di Padang perjalanan ini berakhir.
MANDI HUJAN

Selesai makan dan sholat dzuhur dan ashar yang dijamak lalu kami mencari kemungkinan kendaraan yang bisa di carter ke Painan yang berjarak  90km lagi cukup sulit mencari kendaraan yang mau di carter ke Painan saat itu,ada empat angkot yang kami tanyakan tapi tidak ada yang bersedia membawa kami karena hari sudah mulai sore dan hujan hujan pula.
Tukang warung prihatin melihat kekecewaan kami karena tidak ada kendaraan yang bersedia mengangkut,akhirnya dia menawarkan kami untuk menginap saja di rumahnya tersebut sampai pagi katanya kalau pagi lebih banyak kendaraan yang bisa di carter.
Baju kami yang tadi basah kena hujan sudah mulai mengering kami tetap duduk di warung dan berjaga jaga kalau ada mobil lewat akan kami stop untuk di carter,akhirnya ada satu mobil omprengan yang bersedia mengantar kami ke Painan dengan ongkos RP250000,- dan kami menyetujui .
Sepeda diletakan di bak belakang sebuah mobil pickup Suzuki carry yang sudah di modifikasi menjadi tempat penumpang  dan kami berdua duduk di depan samping sopir.
Aku mengamati jalan yang kami lalui sementara sopir “Apuak”  bercerita dengan bersemangat bahwa dia baru membeli mobl Suzuli pickup tersebut untuk usaha,dulunya dia sudah pernah ke Batam dan pekanbaru kemudian sejak istrinya meninggal dia kembali ke kampung Painan dan sampai sekarang saya merasa lebih enak tinggal di kampung.
Hari berangsur gelap,mobil Apuak yang kami tumpangi mulai menyelusuri pantai Carocok yang berkelap kelip kelihatan dari ketinggian.
Kota Painan yang pernah kami kunjungi beberapa bulan yang lalu tidak jauh berbeda,kota sudah mulai sepi mungkin karena habis hujan dan penduduk lebih memilih tinggal dirumah dari pada diluar yang udaranya cukup dingin.
Jam 19.00 Kami berhenti dan menginap di hotel Aroma dipinggir jalan besar,hotelnya cukup bagus dan pakai kipas angin dengan harga RP80000 semalam.
Sehabis mandi dan mencuci pakaian untuk besok kami pergi makan malam ke warung pecal lele dekat pasar yang tidak jauh dari hotel.
Dari speedo meter terlihat jarak tempuh kami dari Lubuk gedang ke Indopura 76km dan Indopura ke Painan  90km kami tempuh dengan angkot,kami merasa bersukur bisa lolos dari kesulitan perjalanan dalam hujan badai di Indopura tadi sehingga bisa mendapatkan angkot untuk membawa kami ke kota Painan.
Aku sedikit merasa haru karena besok harus mengakhiri perjalanan panjang yang penuh suka dan duka serta banyak pelajaran yang didapat, juga ada rasa bahagia karena bisa berkumpul keluarga lagi mudah mudahan dalam keadaan sehat.
Dari cermin aku perhatikan mukaku sudah agak gelap dan kulit tanganku yang melepuh sekarang sudah mulai terkelupas serta menghitam dan bersih,aku selalu bersukur karena warna kulit gelap terbakar ini bagiku melambangkan persahabatanku dengan alam.
Sesuai rencana besok kami ke Padang dengan jarak 82km dan merupakan hari terakhir kami bersepeda dan apakah kami sanggup untuk sampai di padang sekitar jam 14.00 agar Basket  bisa mendapatkan travel kembali ke Pekanbaru,sedangkan aku akan bergabung dengan keluarga di Bukittinggi yang baru saja kutelpon...Sampai ketemu besok...

No comments:

Post a Comment