Pages

Sunday, October 23, 2016

10.Tour de Borneo Sambas Aruk

Sabtu 22 Oktober 16.
Aku terbangun jam 04 pagi,sepeda ku yang dimasukan ke kamar hotel Sambas tempat ku menginap langsung terlihat didepan mata,selesai sholat subuh pannier dan segala perlengkapan sepeda langsung aku pasang kesepeda,aku check semua kelengkapan sepeda karena hari ini adalah hari yang mungkin agak berat dibanding hari hari sebelumnya karena kami akan melewati Aruk yaitu border peyeberangan ke Malaysia.
Rencana kami masuk serawak pertama kalinya adalah melalui Entikong karena hanya di border ini yang ada imigrasi untuk mencap pasport,tapi sewaktu di pontianak kami dapat informasi baru dari kawan kawan pesepeda Mempawah bahwa border Aruk baru dibuka dan ada imigrasinya,jadi supaya perjalanan kami lebih bervariasi dengan pjntu masuk dan keluar Malaysia yang berbeda maka kami memutuskan untuk masuk dari border Aruk walaupun kami tidak dapat informasi yang pasti tentang kondisi jalan ke Aruk ini.
Sahabat sahabat kami pak Syaiful,pak Hanafi dan pak Majid dari Sambas mengawani kami keluar dari Pasar sambas,jalan yang kami lalui adalah jalan tikus yang bisa memotong hingga 20km.
Kami masuk lewat pasar melayu kemudian kampung jawa yang menurut informasi yang aku dapat adalah warga majapahit yang berhijrah ke Sambas dahulu kala. Kami terus menyusuri desa sebayan jalan nya rusak berat dengan batu batu kerikil dan lobang lobang yang menganga sejauh 2km,akhirnya kami sampai di pinggir sungai dan disitu ada dermaga kecil yang dipenuhi be berapa orang yang menunggu "bangkung" atau sampan kayu ukuran besar yang akan menyeberangkan mereka,tidak sampai 10menit menunggu lalu kami disuruh naik ke sampan kayu tersebut.
Lebih kirang 10 menit  menyeberangi sungai sambas kecil pakai "bangkung" lau kami turun didesa Perigi Landuk dan dilanjutkan dengan bersepeda melalui jalan jalan desa yang sungguh sangat sempit  dengan lebar 1meter berbahaya kalau kami berpapasan dengan motor yang kencang.
Kami memasuki hutan karet sejauh 5km dan kondisi jalannya yang sangat jelek,aku menikmati perjalanan ini walaupun sering kami harus mendorong sepeda  karena sepeda tidak bisa dikayuh didalam rumpur.
Setelah 20km mengayuh di hutan akhirnya kami temu jalan raya desa Tamang sagang.
Sekarang kami bisa mengayuh agak kencang diaspal yang mulus dan pada satu pertigaan di Galing kami istirahat di warung 93 simpang tiga Galing.
Pak Syaiful dan kawan nya kembali ke Sambas dan aku dengan Aufull melanjutkan perjalanan dengan membawa nasi bungkus yang konon kata pak Syaiful untuk makan siang kami tidak akan menemui warung di jalan.
Sungguh perjalanan yang sangat panas dan melelahkan,sepanjang kecamatan Sajingan besar lebih kurang 20km jalannya baru pengerasan dengan sirtu dan tanah gembur yang seakan akan memegang ban sepeda kami tidak mau bergerak.
Di Tapang desa kalian kami diguyur hujan lebat,lengkap sudah hari ini dengan deraan panas lalu hujan hingga sepedaku sudah hampir aemua dibedaki lumpur tanah,akhirnya disatu pondok kosong bekas bedeng kontraktor yang ditinggal kami verteduh untuk makan nasi bungkus yang kami bawa dari Galing tadi pagi.
Selesai makan siang kami melanjutkan perjalanan hingga 2km sebelum Aruk jalan ada aspalnya,satu satu kami melihat rumah penduduk di pinggir jalan,mereka hanya tertegun melihat kami tanpa menyapa,tidak tahu apa yang dipikirkan mereka tentang kami,kami menyapa mereka yang terlihat lugu dan pendiam tersebut,mereka balas dengan tersenyum.
Jam 15 sore dalam keadaan masih gerimis kami memasuki desa Aruk,aku perhatikan desa yang sangat sederhana dibandingkan desa desa tetangganya sebelum sambas yang pernah kami lewati,timbul rasa hiba dihatiku melihat orang orang yang lugu diujung perbatasan Indonesia tanpa mengeluh walaupun jauh dari kehidupan yang cukup seperti saudara saudaranya didaerah daerah pusat kekuasaan,Aku melamun dalam hati seharusnya pejabat pejabat korup dibawa kedaerah ini untuk menyaksikan rakyatnya yang masih serba kurang sehingga mereka akan malu untuk menumpuk numpuk harta dibawah kemelaratan rakyatnya.

No comments:

Post a Comment