Pages

Monday, July 6, 2015

21.TOUR de ASIA_Kehilangan opung Sitor dua hari

Tuktuk di Nong Kai
Perjalanan hari ini beda dari biasanya,bangun pagi biasa bertiga sekarang tanpa opung yang ngacir duluan tak tahu rimbanya,dalam perjalanan dari Udon Thani diselingi dengan urusan kehilangan opung,kehilangan kontek dengan opung kami beri tahu pada Pak Didit Janu petugas di kbri Bangkok/Thailand dan beliau minta bantuan kbri vientiene/Laos untuk lacak opung seandainya sudah masuk ke laos dan beliau juga menyarankan kami untuk melapor ke polisi disitu.
Aku berusaha mencari polisi tapi tidak kunjung ketemu,memang selama perjalanan di Thailand jarang sekali aku melihat polisi,mungkin inilah salah satu indikator bahwa negara ini aman dari kriminal dan pelanggaran hukum,tapi di beberapa persimpangan aku perhatikan ada CCTV pengawas. 
Disuatu kota kecil yang kami lewati aku ditunjukan oleh seseorang letak kantor polisi terdekat lalu kami mendatangi sebuah kantor polisi yang katanya berwarna coklat tapi kami kurang yakin karena papan nama kantornya yang beraksara Thai,untuk meyakinkan lalu aku dan joker masuk sambil mengucapkan good morning tapi semua didalam orang sipil kantoran sambil memandang kami terbengong bengong,
artis yang diajak berfoto foto

tapi melihat tampilan kami yang aneh dan berbahasa asing mereka jadi tertarik maka jadilah kami artis yang diajak berfoto foto saat itu,kembali kami bertanya kantor polisi terdekat dan tapi sayang mereka mengatakan jauh beberapa kilometer lagi didepan.






Akhirnya diperempatan aku melihat beberapa petugas polisi,tanpa buang waktu kami bertanya apakah melihat seseorang dengan ciri ciri bersepeda mirip kami dari Indonesia memakai bendera dibelakang,kembali kami terkendala dengan bahasa,mereka tidak mengerti apa yang kami tanyakan,polisi mencari seseorang warga yang bisa berbahasa inggris sayang tidak seorangpun yang ada saat itu,dalam situasi sulit itu aku sempat geli sendiri karena jengkel aku mencoba dengan bahasa isarat dan bahasa minang,aku tunjuk bajuku sambil katakan"lai nampak dek waang urang babaju sarupo iko lalu kasiko? (apakah kamu melihat orang berbaju seperti ini lewat kesini?" lalu si Thailand tersebut nyengir nyengir sambil acungkan jempol "good..good" dipikirnya saya menunjuk baju sendiri minta pujian dari dia.....
aduuuh...."capeee deh" aku bilang ke dia sambil senyum dan dia pun ketawa sambil acungkan HP minta foto bersama....kami pergi ke gelian dan tanpa hasil.
Sekitar jam 17 sore masih  belum temukan opung,beberapa pertanyaan datang dari posting FB diantaranya dari Cak Didit di KBRI Bangkok mengkonfirmasika kalau berita dari kami sampai malam nanti masih belum ada kabar positif keberadaan opung yosef maka dia akan melapor secara resmi ke Pak Dubes Thailand,hal inilah yang membuat aku khawatir terjadi heboh di media karena apabila berita kehilangan ini sudah sampai ke Dubes Indonesia tentu melibatkan komunikasi pemerintah Thailand dan Laos yang pasti akan diberitakan di media Indonesia juga.
Bermacam dugaan jelek yang aku perkirakan terhadap opung kemungkinan terjadi kecelakaan jalan raya atau dia nyasar ke jalan yang salah dan alat komunikasi dirampas atau hilang tapi aku terus berdoa dan berharap segera ketemu opung dengan selamat,semua pertanyaan dari komunikasi elektronik sengaja tidak ku jawab karena khawatir respon yang kurang baik seandainya belum ada hasil pencariannya. 
Hari mulai gelap kami mendayaung sambil mencari tempat nginap tidak ada pemukiman atau tanda tanda ada gas stasion di depan kami,kiri kanan jalan hanya hutan dan belukar. 
Disuatu pertigaan kami melihat tanda dalam tulisan latin bertuliskan masjid Darul Mutaqien yang terletak didaerah Nongkhai atau10km sebelum memasuki kota Nongkhai. 
masjid Darul Mutaqien

Saya rasa tidak percaya karena selama perjalanan dari Bangkok belum pernah ketemu orang muslim apalagi masjid. Keterasingan Masjid ini membuat aku makin tertarik,aku dan joker mengayuh ikut petunjuk arah mesjid,jalannya masih tanah merah dan kering berkerikil,kiri kanan ditumbuhi hutan tanpa ada tanda tanda pemukiman penduduk disitu,bunyi binatang malam bercampur dengan bunyi ban sepeda kami dijalan tanah yang kering tersebut,aku sedikit khawatir kalau nyasar karena hari sudah mulai gelap,setelah kira kira 400meter bersepeda menembus kerimbunan hutan kami melihat kubah mesjid sedikit muncul dari sela sela pohon.
Sunyi sekali suasananya hanya bunyi  binatang malam tidak ada satu orangpun yang terlihat disitu,kami masuk pekarangan masjid sudah mendekati magrib,beberapa meter disebelah masjid ada kira kira empat rumah penduduk tapi juga kelihatan sunyi tidak ada orang disitu,kami berharap ada seseorang yang bisa bertanya dan mengetahui keberadaan kami disitu supaya nanti tidak terjadi salah sangka terhadap kami. Aku mencoba melongok kedalam masjid dan sekitarnya terasa pintu masih terkunci,sudah jadi standard kami sebelum memutuskan menginap di masjid terlebih dahulu kami cek keberadaan fasilitas mandi dan toiletnya,tanpa menunggu aku langsung mandi supaya segar untuk sholat magrib nanti.
Kami duduk duduk menunggu di teras masjid udara terasa makin dingin,aku mendengar ada bunyi mobil lewat didepan masjid sepetinya menuju sebuah desa dekat disitu kemudian sunyi lagi,terasa sunyi dan terasing sekali perasaanku saat itu.
Hari sudah agak gelap kira kira jam 19.15 datang pak Muhammad beri salam pada kami,kami bicara bahasa tubuh dan tangan minta izin tidur di masjid "sambil menarok telapak tangan di pipi mata dipejam" beliau bilang "oke..oke Alhamdulillah" ada enam orang yang jamaah termasuk kami yang sholat magrib saat itu,kami berkenalan dengan saudara saudara muslim yang tinggal disekitar masjid tersebut.
Imam Abd Kadir

Selesai sholat isa,jamaah sudah kembali pulang kerumah mereka,tinggal kami berdua sambil mikir mau nyari makan kemana karena daerah tersebut betul betul desa yang tidak ada warung apalagi pasar.
Selagi mikir mikir untuk keluarkan kurma emergency khusus malam itu,tiba tiba datang ibu separoh baya memanggil kami dengan mengatakan "kin..kin" sambil mengangkat tangan kemulut kemudian menunjuk ke depan rumahnya,aku melihat kearah yang ditunjukan,benar saja disitu terlihat beberapa orang sedang memasak ditungku kemudian beberapa orang lesehan di tikar yang dibentang diudara terbuka ..aku teriak pada joker sambil bercanda kesenangan...Joker ada yang manggil,kayaknya rejeki datang nih...wkwkk.
Kami bergegas ikuti ibu tersebut sampai di halaman rumah disamping masjid,disitu sudah berkumpul para tetangga beberapa bapak bapak dan  ibu ibu serta anak anak remajanya sedang membakar daging atau barbeque ,Masya Allah..Allah maha mengetahui apa yang aku butuhkan saat itu.....aku sedikit kikuk menghadapi mereka yang sudah ramai berkumpul,mereka memandang kami dengan ramah sambil bersahut sahutan sepertinya bercanda dalam bahasa mereka yang tidak aku mengerti artinya,tapi dari bahasa tubuh dan sorot matanya aku yakin mereka sangat senang dengan kunjungan kami,dengan bahasa seadanya mereka bertanya "Indonesia..?" "muslim..?"

Aku ucapkan assalamualaikum pada mereka lalu mendatangi dan menyalami mereka satu persatu.Kami berkenalan dengan pak Adit seorang muslim thai dan kawin dengan istri vietnam seorang Budhis,mereka punya dua putra dan dua putri Fatimah dan Aminah yang Muslimah yang mirip orang timur tengah. Dari cara orang melayaninya sepertinya Pak Adit orang yang terpandang dikomunitas tersebut.
Fatimah dan Aminah


pak Adit seorang muslim thai

Suasana malam itu unik sekali,diudara terbuka dan dingin kami duduk dekat perapian ditengah tengah orang orang yang sama sekali baru kami kenal dan susah sekali untuk berkomunikasi tapi perasaanku saat itu sangat akrap sekali dengan mereka dan akupun merasakan keakrapan itu dari mereka.
Aku tanya pak Adit yang bisa sedikit bhs Inggris,ini acara apa? Dia bilang "ini acara untuk kamu sebagai tamu kami" Alhamdulillah... rasanya sudah terasa berat perut ini dengan daging bakar sebanyak itu,api unggun tungku memasak menghangatkan tubuh dari udara dingin malam,suara mereka riuh rendah berciloteh dalam bahas Thai yang tidak kami pahami,kadang kadang mereka bertanya dengan bahasa inggris yang terbatas dan kami menjawab dengan kira kira saja,aku kalau bertanya menggunakan google translete yang kubuat pertanyaan dari bahasa indonesia lalu keluar bahasa thailandnya,tapi hal ini kadang kadang sulit juga mereka mengerti.Setiap kami mengucapkan bahasa Thailan yang diajarkan mereka,selalu jadi kelucuan dimata mereka,Joker rajin sekali menghafal setiap kata kata dan dari seorang ibu ibu dia mengajari nya dengan bunyi dan cara yang lucu berulang ulang sehingga kami terbahak bahak mendengarnya.

suasana akrab ini menghilangkan ke penatan kami dan menambah keakrapan diantara kami,aku merasa dekat sekali dengan mereka saat itu.
Dinginnya malam mulai sudah menusuk ke pori pori,aku lihat Jam 22 malam mataku sudah tidak tahan lagi ngantuknya,sebelum kami  kembali tidur kemesjid dia pesan besok habis sholat isa jangan lupa kesini lagi...dan dengan menyesal ku jawab"Sorry brother,I have to leave thailand tommorow"..terimakasih pak Adit..sampai jumpa lagi,semoga Allah membalas segala kebaikan ini... see you in paradise,semoga Allah mempertemukan kita di sorganya,begitulah kata kata terakhir yang kami ucapkan.
Sehabis magrib telpon masuk dari pak Alex yang katanya dari kbri Vientiene mengabarkan opung sudah selamat sampai di kbri vientiene..Alhamdulillah...hati ini jadi tenang dan hal ini segera ku beritakan pada kawan kawan melalui FB,terasa beban pikiran selama dua hari ini sudah terlepas,malamnya aku bisa tidur dengan pulas.
Paginya sehabis subuh pak imam Abdul Kadir membawakan sarapan pagi berupa roti canai dan kopi susu,kembali kami duduk bersama diteras sambil ngobrol diantara kami sebisanya. Kebiasaan jemaah ngopi bareng sehabis subuh ternyata sudah menjadi tradisi di masjid ini,dari informasi yang aku dapat mereka umumnya dari daerah Patani dan ada juga yang mengatakan moyang mereka dari tanah jawa,aku merasa beruntung sekali bisa bertemu mereka yang minoritas di perbatasan Thailand dan Laos yan umumnya beragama Budha ini.

jamaah masjid Nongkhai

Jam 7 pagi setelah pamitan dengan para jamaah kami langsung gowes kearah Nongkhai
Provinsi ini terletak di lembah Mae Nam Kong (Sungai Mekong), yang juga menjadi perbatasan dengan Laos. Terdapat dataran tinggi di selatan. Ibu kota Laos, Vientiane, hanya terpisah 25 kilometer dari ibu kota Provinsi Nong Khai.
Sebelum memasuki kota Nongkhai kita dihadapkan persimpangan dengan jalur kiri langsung ke friendship bridge ke Laos dan jalan lurus masuk kota NongKhai.

Gerbang kota Nongkai


ke keri Vientien Laos

Aku dan joker ambil jalur kekota dan kami lihat kotanya besar dan bersih,saya kagum dengan Thailan kota perbatasan sejauh itu semua sarananya lengkap dan jalannya pun mulus seperti di ibu kota Bangkok bagaimana dengan negriku yang di perbatasan...?sedih rasanya kalau membandingkan itu.
Beragam perasaan saat itu,berdebar Gembira melihat gerbang immigration Thailan,aku menyodorkan paspor dalam beberapa menit dicap tanda keluar Thailan,lalu kami lanjutkan bersepeda didaerah netral menuju gerbang immegration Laos melalui friendship bridge yang di tengahnya ada rel kereta api,jembatan ini dibangun oleh laos,Thailand dan Australi pada 1974 yang melintasi sungai mekong dan menghubungkan dua negara Thailan dan Laos,

Sungai mekong adalah garis batas kedua negara,dipertengahan jembatan ada titik pemisah kedua negara dibagian selatan wilayah Thailand jembatannya dihiasi dengan bendera thailand kemudian dibagian selatan wilayah Laos dihiasi denga bendera Laos dan diantara kedua bendera ada piagam persahabatan kedua negara tersebut.
friendship bridge 

Hatiku berbunga bunga karena sebentar lagi bisa mempunyai pengalaman baru di negri baru.
Sepeda aku parkir di luar lalu kami mengisi personal form dan menyodorkan pasport lagi ke petugas imigrasi,kami ikut antrian dengan beberpa orang turis dan orang lokal pelintas batas,aku ditatap ramah oleh petugas,dalam hati aku berkata rupanya petugas di negri komunis cukup ramah tidak seperti yang di gambarkan di film film barat yang menggambarkan wajah wajah dingin orang komunis yang sulit tersenyum. "Plog"...aku dengar stempel petugas imigrasi laos,aku lega berarti pintu negara komunis Laos sudah terbuka untukku,kemudian sepeda kami dorong masuk gerbang custom,tiba tiba aku dipanggil seorang petugas berseragam,aduh ada apa ini....? aku berhenti dan dengan sedikit berdebar debar aku mendatangi petugas tersebut,lalu dia mengatakan "ticket ticket..." aku bengong mendengarnya lalu dia menunjuk nunjuk ke loket diseberang jalan,lho...koq ada beli tiket segala dalam hati,akhirnya aku dan joker membeli dua tiket masuk,sampai sekarang bingung ticket apa sebetulnya itu harganya sih murah 10ribu Kip atau kira kira sama dengan US$1.


Sabadee...!! Aku dengar teriakan warga yang melihat kami dipinggir jalan,Kami melambai dan terus mengayuh...
Teriakan joker mengagetkanku "awas mobil..Pindah jalur kanan..!!" Aku baru sadar setting diotakku arus lalu lintas masih dikiri dan sekarang di laos harus dirobah ke jalur kanan.

Udara panas sudah biasa kami alami tapi berdebu baru kami alami lagi saat masuk Laos ini. Perasaanku rasanya seperti di daerah daerah Indonesia jalan berdebu dan panas kadang kadang kendaraan juga suka menyerobot,bedanya di Laos tidak macet dan lalu lintasnya lancar mungkin karena kendaraannya yang sedikit serta jalannya yang lebar.Tulisan di Laos memakai tulisan laos kemudian ditambah tulisan latin dengan bahasa Perancis,secara emosional rakyat laos dekat dengan Perancis mungkin dulu pernah jadi daerah koloni perancis.
Disuatu pertigaan selepas Imigration,kami celingak celinguk dengan joker mencari petunjuk arah ke pusat kota,apakah belok kiri atau ke kanan tidak ada kepastian,google map yang biasa kami gunakan tidak bisa berfungsi karena kami belum punya sim card Laos,kami bertanya arah pusat kota pada sopir kendaraan yang sedang berhenti,mereka menunjukan kearah kiri lalu kami ikuti,tapi setelah beberapa lama koq semakin sepi lalu aku coba menanyakan lagi akhirnya dari sumber yang lebih bisa dipercaya diberi tahu bahwa kearah kiri itu juga bisa ke pusat kota tapi lebih jauh dan sebaiknya kearah kanan saja lebih dekat,akhirnya kami berbelok keara berlawanan walaupun sudah agak jauh. Udara panas dan penuh debu membuat kami tergoda untuk berhenti disebuah warung pinggir jalan. aku pesan minuman dingin,lalu seseorang menanyakan asal kami dan orang lokal tersebut ternyata seorang penggemar sepeda juga dari dia kami diberi tahu arah menuju ke KBRI.
Dari kejauhan aku melihat Victory monument yang mirip Monumen Triump de Arc nya di Paris,kendaraan mulai ramai aku sedikit ragi setiap akan berbelok arah karena pemakaian jalur kanan ini kemudian lanjut beberapa meter lagi keutara sampai Indonesia Ambassy jl. Ave Kaysone phovihane.Petugas security langsung membukakan kami pintu dan menunjukan mess,rupanya disitu sudah parkir sepedanya opung yosef. Tiba tiba opung keluar dari pintu mess dan menyidori kami minuman dingin sambil teriak "sorry bro aku duluan masuk laos karena hp aku bermasaalah dan  ngga bisa hubungi kalian.
Alhamdulillah..ngga apa ,yang penting opung sehat,lalu kami ngobrol pengalaman masing masing setelah terpisah selama dua hari.


KBRI vientiane

KBRI vientiane menyediakan kami penginapan gratis yang menurut ukuran kami sangat mewah,full AC dan 3 spring bad yang sangat nyaman.Pak Arief seorang staff di KBRI Vientiene melayani kami segala sesuatunya untuk kebutuhan kami,dia bercerita banyak bahwa setiap ada pesepeda dari Indonesia pasti dia yang melayani.
Malamnya kami di bawa pak Supardi dari atase militer ke rumahnya untuk berkaraoke,beliau berasal dari jawa kerinci dan sudah bertugas 30tahun di Laos sekarang memiliki istri orang Laos dengan 4 anak yang sudah remaja,kemudian ada lagi pak Dedi yang berasal dari Banyumas beristrikan perempuan Laos dan sudah menetap di Vientiene selam 28 tahun,banyak lagi pegawai di KBRI vientene ini yang beristrikan warga Laos.

Pak Supriadi walaupun sudah tidak pernah pulang ke Indonesia tapi logat jawanya tetap ada dan dari koleksi lagu lagu karaokenya semua nyanyi daerah dan indonesia yang kita minta dia punya dan beliaupun membawakan nyanyi nyanyi daerah tersebut dengan fasih,saya jadi terkagum kagum melihat caranya mencintai budaya Indonesia itu.
dijamu pak Supardi 

Kami memutuskan untuk istirahat 3hari di vientiane untuk pemulihan tenaga dan bersih bersih pakaian.

Kharleez teman Malaysia kami yang berjanji ketemu kami di Vientiene akhirnya bergabung lagi setelah berpisah di Bangkok dulu sewaktu dia mengadakan solo turing ke Chiang May sedangkan kami melalui Udon thani.
Kota vientiane adalah kota yang ramah orangnya,dan lalu lintas tidak macet tapi agak semrawut karena kurangnya tanda tanda lalu lintas,kami sempat menyusuri tepian sungai Mekong yang terkenal dan disitu banyak kita temui para turis eropah dan banyak homestay murah didaerah itu dengan harga berkisar 45.000kip sekamar atau kira kira 60.000rupiah. Malam sepanjang sungai Mekong yang membatasi Laos dengan Thailand ini dipenuhi cafe yang menghadap Thailand diseberang sungai mekong ,nyaman sekali suasana disini.

sungai mekong,

Kami juga mengunjungi victory monument yang terkenal itu dan thatlaung park serta objek wisata lainnya dengan bersepeda,dilokasi ini kita akan bertemu dengan turis turis manca negara,mungkin ini bisa jadi ukuran bahwa Laos yang komunis tersebut sudah sangat terbuka bagi kunjungan turis asing.

victory monument

Kami menemukan banyak expatriet yang mengayuh sepeda dikota ini dan ternyata disamping mereka memiliki sepeda sendiri dikota ini juga banyak rental sepeda dengan harga 49.000kip per hari.
Pagi hari kedua ini kami diundang jamuan sarapan pagi oleh dubes RI di vientien bpk/ibu Irmawan emir di kediamannya yang bersebelahan dengan kantor KBRI Vien tiene Laos.

bpk/ibu Irmawan emir

Pak Irmawan dan Ibu menyatakan kegembiraannya mendengar kedatangan kami yang sudah berumur lanjut datang bersepeda ke Laos,beliau menyatakan sebetulnya moment ini tepat sekali untuk publikasi Asean global 2015 dan kami juga menyampaikan salam atas nama walikota atau pemda Pekanbaru yang sudah melepaskan waktu keberangkatan dulu,selanjutnya ibu dubes juga meminta Riau atau pekanbaru untuk datang ke Laos memperkenalkan kesenian melayunya.
Hari ketiga kami di vientiane yaitu tanggal 28 november seharusnya kami sudah menuju Luang Prabang tapi karena permasaalahan kekurangan masing masing sepeda kami dan harus di service guna menghadapi medan yang berat nanti maka kami memutuskan untuk menservice sepeda hari itu dan mengundur keberangkatan sampai besok sabtu.

Sewaktu cek velg roda belakang yang baling or not true, jadi perlu perbaikan sebelum masuk medan berat.
Dari informasi yang didapat Kharleez kami bertiga menuju bengkel mr.Kamdai di sebuah bike shop di jalan Rue Thaduea membantu tune up sepeda kami.
Bike shop ini sudah jadi langganan setiap peturing manca negara,Kami banyak menerima informasi yang sangat berguna untuk menghadapi medan yang berat ke Luang prabang,Mr Kamdai yang juga seorang peturing ini memberi nasihat dan semangat pada kami. tak lupa dia memberikan nomor teleponnya untuk dihubungi apabila ada kesulitan di jalan,kelak ternyata sangat berguna waktu kami Joker mengalami kesulitan didaerah terpencil sebelum Vang vieng roda sepeda nya yang baling lagi (bersambung)



mr.Kamdai

bike shop di jalan Rue Thaduea

Note:Foto lihat di fb


No comments:

Post a Comment