Pages

Wednesday, February 24, 2016

8.Tour de km0_Kota tua Barus

Ahad 31 Januari 16
Barus kota yang terlupakan.
Deburan ombak pagi pantai Binasi seolah memberi energy untuk kami pada hari yang cerah ini. Kami melanjutkan perjalanan kearah Dolok sanggul yang berjarak +/- 100km dari pantai Binasi,jalan yang datar dan mulus sangat enak untuk memacu sepeda lebih laju. Opung yosef yang duluan didepan sudah tidak kelihatan lagi,dibelakangku beriringan Abasri,ucup dan gozy,dipertigaan kalau kita belok kanan berarti ke dolok sanggul sedangkan ke kiri adalah kota Barus lama. Aku tidak menyia nyiakan untuk melihat langsung kota bersejarah itu,abasri,Ucup dan Gozy ikut membelokan sepeda ke arah kota tersebut. Setengah jam perjalanan kami sampai di pasar Barus disitu ada bekas puing puing benteng pertahanan Belanda yang bersebelahan dengan ladang penduduk.kami berjalan kearah barat lagi menuju pelabuhan kapal yang sudah dipugar tapi terlihat kosong dan sepi hanya ada anak anak yang sedang bermain. Sungguh kontras dengan kejayaan masa lalunya.
Dari literatur yang aku baca  sesungguhnya Barus merupakan sebuah kota yang banyak menyimpan rahasia. Sejak awal abad pertama Masehi, kawasan Barus Raya, yang berada di Pantai Barat Sumatera (Sumatera Utara), diyakini menempati posisi penting dalam sejarah perdagangan internasional.
Hasil penelitian dengan pendekatan arkeologi-sejarah (historical archaelogy) di situs Lobu Tua menunjukkan, banyak fakta temuan akhirnya menuntun para ahli pada kesimpulan bahwa kawasan ini telah berperan sebagai pusat bandar niaga internasional selama berabad-abad. Berita tentang eksistensi Barus sebagai bandar niaga, ditandai oleh sebuah peta kuno abad ke-2 yang dibuat oleh Claudius Ptolemeus, seorang gubernur di Kerajaan Yunani yang berpusat di Alexandria, Mesir.
Di sana disebutkan bahwa di pesisir Barat Sumatera terdapat sebuah bandar niaga bernama Barossai yang menghasilkan parfum (wewangian), yang dikenal sebagai produsen kapur barus. Komoditas ini sangat disukai dan menjadi komoditas penting untuk kawasan Asia dan Eropa.
Kami kembali melanjutkan perjalanan kearah Dolok Sanggul,di desa Aek Daka persis di suatu tanjakan yang tinggi aku berhenti istirahat disitu aku melihat banyak penziarah ke kuburan Mahligai,keingin tahuanku makin besar untuk pergi berkunjung ketempat ziarah tersebut,sepeda aku titip di warung pinggir jalan lalu aku berjalan kaki kesuatu bukit lebih kurang setinggi 300meter,disebuah dataran terdapat satu pendopo diaitu berkumpul be erapa penziarah yang sedang duduk istirahat dana ada yang sedang makan dan ngobrol,aku didatangi pak Djamaluddin sepertinya penduduk lokal yang bersemangat memberikan informasi seperti guide padaku.
Sepintas tidak ada yang terlalu istimewa disitu hanya ada batu batu nisan dan kalau di perhatikan tulisannya disitu memakai huruf arab.
Perhitungan masuknya Islam di Barus itu didukung dengan temuan 44 batu nisan penyebar Islam di sekitar Barus bertuliskan aksara Arab dan Persia.  Misalnya batu nisan Syekh Mahmud di Papan Tinggi. Makam dengan ketinggian 200 meter di atas permukaan laut itu,hingga kini ada sebagian tulisannya tidak bisa diterjemahkan. Hal itu disebabkan tulisannya merupakan aksara Persia kuno yang bercampur dengan aksara Arab. Seorang arkeolog dan ahli kaligrafi kuno Arab dari Prancis Prof. Dr. Ludwig Kuvi mengakui Syekh Mahmud berasal dari Hadramaut, Yaman, merupakan ulama besar. (Wanti, 2007).
Berdasakan buku Nuchbatuddar karya Addimasqi, Barus juga dikenal sebagai daerah awal masuknya agama Islam di Nusantara sekitar abad 7 Masehi. Sebuah makam kuno di kompleks pemakaman Mahligai, Barus, di batu nisannya tertulis Syekh Rukunuddin wafat tahun 672 Masehi. Ini memperkuat dugaan bahwa komunitas Muslim di Barus sudah ada pada era itu (Kompas, 01/04-2005). Menurut literatur kuno Tiongkok, sekitar tahun 625 Masehi telah ada sebuah perkampungan Arab Islam di pesisir Sumatera (Barus). Jadi hanya 9 tahun sejak Nabi Muhammad SAW memproklamirkan dakwah Islam secara terbuka, di pesisir Sumatera sudah terdapat sebuah perkampungan Islam. Secara ringka dapat dipaparkan sebagai berikut: Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama di tahun 610 M, dua setengah tahun kemudian menerima wahyu kedua (kuartal pertama tahun 613 M), lalu tiga tahun lamanya berdakwah secara diam-diam—periode Arqam bin Abil Arqam (sampai sekitar kuartal pertama tahun 616 M), setelah itu baru melakukan dakwah secara terbuka dari Makkah ke seluruh Jazirah Arab.
Aku melanjutkan mendayung sepeda dengan perasaan kagum pada masa lalu dan beribu pertanyaan kenapa Barus saat ini seperti terlupakan,tapi begitulah cara Allah menata kehidupan ini,sesungguhnya kekuasaan itu akan dipergilirkan.
Jalan dari kota Barus hingga 30km menjelang kota Pakat tidak terlalu nanjak tapi sampai di pendakian si gorong gorong hingga km 7 sungguh menguras tenaga,kecepatan paling tinggi 6km/jam seperti kura kura mendaki sampai dipuncak aku berhenti disebuah warung mengatur nafas dan beli tambahan air aqua yang sudah tigggal sedikit.
Dari puncak sigura gura aku meluncur mulus,angin bertiup kencang mendinginkan tubuh hingga di pasar Pakat,aku berhenti diperempatan pasar menanyakan arah ke Dolok sanggul pada bapak bapak yang ada dekatku,beberapa orang mendekatiku ingin tahu dan bertanya asal dan mau kemana,mengetahui kami dari oekanbaru mau ke Aceh mereka kelihatan kaget,lalu minta foto foto,dari mereka aku ketahui ke dolok sanggul 48km lagi dan kondisi jalan datar datar saja  tidak separah tanjakan ke pakat,aku bersemangat mendengar ini karena perhitunganku dalam 3jam atau sekitar jam 18 sore kami sudah sampai di Dolok sanggul.
Aku sudah tidak melihat opung yosef didepan lagi dan juga Abasri,gozy dan Ucup masih belum muncul juga dibelakangku.
Di km 40 ke dolok sanggul mulai nanjak terus menerus,waktu sudah menunjukan jam 18 sudah mulai gelap sedangkan ke dolok sanggul masih 35km lagi,dalam kondisi capek aku agak ngomel dengan informasi yang salah dari orang di pasar pakat tadi,di satu tanjakan yang menanjak aku melihat opung yosef yang sedang terseok seok mendaki,sekarang kami berdua beriringan,tanjakan seakan akan tak habis habisnya hari semakin gelap lampu kami hidupkan,udara semakin dingin,rasa lapar,kantuk menjadi satu,aku coba menghubungi Abasri dengan dua orang lainnya dibelakang ternyata mereka masih 5km di belakang kami.
Aku beri tahu opung kalau ada warung kita makan dan istirahat diwarung itu saja malam ini,tapi opung mengasih tahu dari pengalamannya tidak ada warung atau rumah orang sampai km 10 nanti.
Kendaraan sudah jarang melewati kami Aku dan opung turun dari sepeda dan menuntun pelan di satu belokan nanjak terlihat diatas jalan ada cahaya seperti warung dan suara orang.
Makin dekat jelas terlihat warung disitu ada tertulis km31 dolok sanggul,aku dan opung masuk kewarung,beberapa orang menanya kami dengan bahasa batak,aku sudah tak tahan lapar lalu pesan ke opung untuk orderkan mie rebus yang halal alias tidak campur babi.
Aku perhatikan ada pengunjung disitu dengan pesanan makanan yang agak ganjil seperti goreng dada ayam yang dipotong melingkar,lalu aku tanya pada yang punya warung goreng apa itu,ternyata itu adalah goreng ular ..uuugh kemudian minumannya Tuak yang kelihatan seperti air beras.
Mie rebus pakai telor terasa agak sendat dikerongkonanku melihat goreng ular dan tuak didepan meja,aku paksakan menelan mie rebus itu agar perutku kenyang dan sekali sekali didorong dengan teh manis panas agar lancar.
Badanku sudah mulai hangat lagi dan opung yosef dapat kontek dan memberi tahu anaknya yang ada di dolok sanggul agar mengantar kami makanan ke km 31 tempat kami mangkal. Kawan yang tiga orang dibelakang masih belum muncul lalu kami kirim sms bahwa kami di km31 menunggunya,setengah jam kemudian abasri,ucup dan Gozy muncul dengan lesu,Aku lihat physic dan mental kawan sudah tidak siap untuk meneruskan  perjalanan malam ini,jarak tempuh yang 70km hari ini dengan tanjakan lintasan bukit barisan seakan akan tidak habis habisnya,hari ini betul betul menguras tenaga,aku mengambil putusan untuk loading Ke Dolok sanggul.
Pemilik warung tawarkan kami menginap diwarungnya saja atau dia akan carikan pick up untuk evakuasi kami ke rumah anak opung di dolok sambung,kawan kawan memilih untuk nail puckup saja dan disepakati ongkosnya rp80ribu per orang. Sepeda kami loading dipickup dan kami duduk berdua opung dicabin depan dan 3 orang di bak belakang pickup,dalam perjalanan dengan pickup itu kami berpapasan di jalan dengan mobil avanza anak opung dan akhirnya sama sama ke rumahnya di komplek RSUD,dalam perjalanan dengan mobil hujan turun aku perhatikan jalan yang makin lama nanjak terus hingga ke tinggian 2000mdpl,aku tidak bisa bayangkan tetap mendayung ditanjakan dimalam sedingin itu dihutan tanpa penduduk.
Jam 22.30 malam kami sampai dirumah dolok sanggul rasanya kami terbebas dan masuk peradaban lagi.

No comments:

Post a Comment