Pages

Wednesday, February 24, 2016

11.Tour de km0_Nangro Aceh Darusalam

Jumat 5 februari 16.
Berangkat dari masjid Amaliah Jl Air bersih Sidikalang,jamaah tablig yang sangat ramah melepas keberangkatan kami.
Jalan propinsi menuju aceh pagi ini dilewati beberapa kendaraan angkot dan sekali sekali truck besar antar propinsi yang berjalan lambat dan meraung raung di tanjakan Desa Sibande,sebagian kawan sudah duluan tinggal aku dibelakang sambil mengekor truck sambil menikmati asap knalpotnya yang nauzubillah menyesakan nafasku yang tersengal sengal di tanjakan itu.
Desa Sibande di kabupaten pakpak Sumut terlihat beda dengan kabupaten Dairi yang didominasi gereja dan kuburan suku batak yang besar hampir disepanjang jalan tapi begitu masuk kabupaten pakpak terlihat beberapa masjid dan penduduk wanitanya berpakaian muslim,aku mampir istirahat di lapak pak Manik penjual pisang yang berbahasa pakpak,terdengar seperti bahasa batak tapi menurut opung dia tidak bisa mengerti karena jauh berbeda dengan bahasa batak.
Sepeda aku pacu lagi mengejar opung dan Abasri yang sudah tidak kelihatan didepan,jalan mulus melintasi bukit barisan seperti roller coster di punggung naga yang tak habis habisnya.
Di desa terakhir Tanjung Mulia Kabupaten pakpak Sumut aku melihat sebuah gapura selamat datang di propinsi Aceh sementara di spanduk yang melintang terbaca selamat datang di provinsi Alabas aku belum paham provinsi mana harus disebut saat ini. Gozy yang terakhir muncul bercerita bahwa ban luar sepedanya robek dan bocor sehingga dia harus mengganti ban dalam baru dijalan.
Kelima teman berkumpul mengambil foto di batas aceh dan sumut ini,lima orang TNI ikut bagian dengan kami.
Opung yosef terus melanjutkan ke subilussalam dengan harapan tidak kemalaman dan bisa membelikan ban luar nya gozy,sedang aku berempat sholat jumat di Masjid perbatasan yang ada di desa Lae Ikan ini.
Dalam perjalanan dari perbatasan desa Lae ikan menuju sabulussalam masih dalam kondisi jalan yang bergelombang dan menanjak mendayung di hutan dimana  tidak ada perkampungan sempat diguyur hujan lebat,aku bersepeda paling belakang,pada posisi 20km sebelum kota sabulusalam ban sepeda Gozy kembali bocor,dalam hujan lebat saya dan Gozy mengganti ban lebih kurang 15menit lalu lanjut hingga sampai di desa penanggalan,hujan masih belum berhenti lalu kami menuju rumah makan sederhana sebagaimana diinfokan opung di sms,disitu sudah menunggu opung yosef,Abasri dan ucub.
Jam 15 sore kami baru bisa makan siang di Rumah makan sederhana kepunyaan ajo Rudi asal Pariaman.
Rasanya tubuh sudah minta istirahat sehabis perjalanan yang lumayan berat hari ini ditambah hujan yang seperti enggan untuk berhenti,aku bertanya pada Ajo Rudi(28thn) apakah kami bisa numpang bermalam di warungnya,ternyata beliau sangat senang kalau kami bermalam di situ,satu ruangan dari kayu dibelakang warung sederhananya terasa seperti hotel bintang lima bagi kami saat ini,kalau mau makan atau ngopi tinggal pesan,sambil ngopi aku menulis laporan ini dan terimakasih buat Bang haji Mohan yang sudah menelpon memberikan kebahagiaan dan semangat buat ku hari ini,juga terimakasih buat bapak bapak HPC yang sudah berikan doa dan komentar yang bisa jadi pengobat lelah kami di perjalanan ini.
Sabtu 6 Februari 16
Berangkat jam 7 diikuti hujan rintik rintik sepanjang jalan,keluar dari kota madia Subulusalam jalan bergelombang dan menerobos belantara bukit barisan?kami istirahat di desa singgersing aceh Singkil menumpang duduk di teras tetangga,kiri kanan jalan mulai kelihatan ladang sawit,lalu tidak berapa jauh kami mendayung bertemu mobil sawit yang terbalik dan lalu lintas jadi macet total hanya seoeda kami yang bisa lewat.
Hujan mulai berhenti kami mampir di sebuah warung makan di desa Jambi baru kecamatan Sultan Daulat pemko Subusalam,baju yang masih basah sudah mulai mengering,kami masing masing pesan makan siang di warung yang ada,selesai makan dan sholat kembali hujan turun lagi,hari yang masih siang kami lanjut lagi mengayuh hingga di desa Jambo dalem aceh selatan,hujan turun makin lebat lalu kami berhenti disebuah warung dan memesan teh panas dan mie rebus.
Hujan masih belum reda sampai jam 16.30,lalu aku bertanya pada bapak yang punya warung apakah diizinkan kami menginap di warungnya,bapak Yusuf yang punya warung mengizinkan kami untuk tidur di pelatarannya.
Ahad 7 februari 16.
Pagi melewati Padang rimba Trumon tengah,dikejauhan terlihat Gunung kapur yang melintang dengan jalan menusuk tajam ke puncak bukit,mentalku agak tertekan melihat tinggi nya tanjakan kemiringan 40derjat dengan dua gelombang sejauh lebih kurang 1km.
Mendekati tanjakan aku kayuh sekencang kencangnya dengan speed 30km/jam makin keatas kecepatan makin turun hingga 4km/jam pada gear yang paling rendah,hembusan nafasku lebih kencang dari dayungan pedal,terasa jantung berdegup berirama dan disatu belokan yang agak datar aku berhenti istirahat dengan keringat yang bercucuran diudara panas aku mengambil foto foto kearah kawan yang sedang berjuang naik ke jalan yang tadi aku lalui,kami melanjutkan pendakian sekitar 300meter lagi hingga sampai di Gunung kapur tersa tenagaku sudah terkuras habis namun aku tidak berhenti karena didepan menunggu turunan yang cukup terjal,aku dan ucup meliuk kencang kebawah dan disatu belokan aku melihat kebawah dikejauhan laut lepas dengan batas pantai Lok Jamin yang  berbuih putih,rasa capekku saat itu terbayar dengan indahnya panorama saat itu.
Aku meliuk kencang melewati beberapa rumah penduduk hingga sampai di desa selkalt dan tidak berapa lama disebelah kiri ada pantai Lok Jamin,disebuah depot pengisian air mineral kami berhenti menunggu opung yosef dan Gozy tapi hampir setengah jam tidak muncul juga akhirnya kami berangkat.
Kami mengayuh dijalan yang mulus dan datar,angin pantai menghembus wajahku yang sudah gosong dibakar matahari selama perjalanan,sepanjang jalan sebelah kiri kami terhampar pantai dengan ombak ombak samudra hindia yang bergulung memutih, sungguh terbayar rasa capek kami selama ini melihat pemandangan alam yang mempesona ini,kami berhenti lagi di sebuah pondok diujung pantai lok Jamin menghadap pulau duo.
Jam 13 sehabis makan siang di sebuah cafee lalu kami melanjutkan perjalanan sampai di kecamatan Kluet Selatan dan numpang istirahat di masjid Al Muqaramah
Anak anak desa yang waktu itu mendekati kami terdengar berbicara dengan bahasa minang tapi logatnya asing bagi telingaku,aku mencoba mencari tahu dan menurut literatur yang aku baca ternyata bahasa tersebut adalah bahasa suku anak jamee atau orang datang.
Suku Aneuk Jamee adalah sebuah suku yang tersebar di sepanjang pesisir barat Nanggroe Aceh Darussalam. Dari segi bahasa, Aneuk Jamee diperkirakan masih merupakan dialek dari bahasa Minangkabau dan menurut cerita, mereka memang berasal dari Ranah Minang. Orang Aceh menyebut mereka sebagai Aneuk Jamee yang berarti tamu atau pendatang. bahasa yang digunakan bukan bahasa padang lagi tapi Bahasa Jamee.. mirip tapi tidak persis sama..tapi kalau di Daerah Kluet selatan, Tapaktuan, Blangpidie dan Susoh hampir semua masyarakat bisa berbahasa jamee dan Aceh…bahkan terkadang kadang berkomunikasi sudah bercampur dalam penggunaan bahasanya dengan bahasa Aceh.
Umumnya berkonsentrasi di kabupaten Aceh Selatan, Aceh Barat Daya, Nagan Raya dan sebagian kecil di sekitar Meulaboh, Aceh Barat. Namun sebagian besar diantaranya berdiam di sepanjang pesisir selatan Aceh, meliputi Aceh Selatan yakni Kecamatan Kluet Selatan hingga ke Aceh Barat Daya.
Konon ceritanya, ketika perang paderi berlangsung, para pejuang paderi mulai terjepit oleh serangan kolonial Belanda. Minangkabau pada saat itu adalah bagian dari kerajaan Aceh mengirim bantuan balatentara. ketika keadaan makin kritis rakyat terpaksa di eksoduskan, pada saat itu mulailah Rakyat Minangkabau bertebaran di pantai Barat Selatan Aceh. Bahasa minang tetap digunakan dengan berasimilasi dengan bahasa Aceh jadilah bahasa “jamee”. tidak banyak perubahan cuma beberapa konsonan dan vokal dan sedikit dialeknya yang berubah.
Versi lain yang saya dapat dari obrolan orang orang tua yang ketemu di masjid tempat kami nginap mengatakan,
Aneuk Jamee di Aceh Selatan menempati di daerah-daerah pesisir yang dekat dengan laut. mungkin jalur perpindahan nenek moyang dulu adalah dari jalur ini.
Senin 8 februari 16
Hari ini adalah libur Imlek,kami mengayuh dijalanan yang masih sepi,kantor dan sekolah libur Imlek.
Keluar dari kota fajar kembali kami dapat tanjakan yang lumayan untuk memeras keringat pagi,jalan beton yang menelusuri pinggang bukit disebelah kanan dan pantai disebelah kiri kami,dari satu ketinggian terlihat kota Tapak tuan di sepanjang teluk,sayangnya aku tidak bisa abadikan keindahan ini karena smart phone ku yang bermasaalah dan dari kemarin,aku memacu sepeda lagi ke kota Tapak tuan untuk cek smartphone yang tidak bisa difungsikan,tanpa benda itu rasanya perjalanan ini jadi hambar.
Di desa Batu hitam jalan sudah datar dan suasana kota mulai terasa,kiri kanan jalan mulai ada toko dan perkantoran,kemudian disebelah kiri sebelum memasuki kota ada sebuah tugu yang menggambarkan naga dan telapak kaki besar konon tugu ini menceritakan terjadinya kota Tapak tuan. Disatu bundaran kami belok kiri ke jalan yang kiri kanannya ruko aku masuk ke toko phonecell dan menanyakan masaalah phonecell ku yang tidak bisa berfungsi,lalu aku dengar mereka berbicara dalam bahasa minang,aku langsung menanyakan,kedengarannya bapak berbahasa minang,kalau boleh tahu,dari mana asal bapak ?,pak Zein yang punya toko mengatakan bahwa dia orang kelahiran aceh,mungkin moyangnya dulu dari minang katanya tapi dia juga ngga tahu sudah generasi keberapa dia berada diaceh,begitu juga waktu kami makan siang di warung nasi,penjualnya berbahasa minang yang mirip logat pariaman sedangkan dia kelahiran pulau simelu dan belum pernah berkunjung ke negri Minang.
Phonecell ku sekarang sudah normal lagi setelah battray di ganti baru.
Penasaran tentang sejarah Tapak tuan kami melakukan kunjungan ke tempat jejak telapak tuan dipinggir laut,kita berjalan sejauh 200meter disisi bukit lalu bertemu pantai karang,disuatu dataran yang agak ceper kita akan melihat cetakan telapak kaki seukuran 1x3meter,ini dipercaya sebagai tapak tuan atau Teuku Tuan. Teuku tuan ini di ceritakan sebagai orang suci yang menyelamatkan penduduk tapak tuan zaman dulu dari amukan dua ekor naga,dengan kesaktiannya teuku tuan berhasil membunuh satu naga dan satu lagi lari ke tengah samudra,dari cerita rakyat tersebut kota Tapak tuan dikenal juga dengan  kota Naga.
Jam 14.00 dari tapak tuan kami melanjutkan perjalanan sampai ke Labuhan Haji dengan jarak 35km dan jalan yang masih ada yang menanjak,lalu di batas kota Labuhan Haji kami berhenti untuk istirahat di sebuah masjid Ahlusunah wal jamaah.
Selasa 9 februari 16
Pak Zakir anak angkat pak Haji Agus adjam sudah ku telpon memberitakan bahwa kami sudah bergerak menuju Blang Pidie,jam 6 pagi jalanan masih gelap dan sepi kami mengayuh pelan sambil mencari warung untuk sarapan pagi,baru di pasar Manggin kami menemui warung satu satunya yang buka,sewaktu melanjutkan perjalanan ke Blang pidie kami diikuti oleh sepasang suami istri dengan memakai  sepeda motor sambil bertanya tanya asal dan tujuan kami bersepeda lalu di suatu mini market bapak ibu tadi menyetop kami dan  menyerah sebotol minuman pada kami berlima.
Pak Zakir yang dari tadi memonitor posisi kami akhirnya menjemput kami dekat pasar B9lang pidie,beliau membekali kami dengan nasi bungkus yang dipersiapkan istrinya untuk kami.
Pak zakir menawarkan kami untuk kerumahnya tapi karena tempatnya cukup jauh kami menolaknya halus dan terakhir beliau berpesan kalau perlu penginapan di Meulanoh nanti bisa memakai rukonya.
Tenggorokanku sejak dua hari ini terasa gatal dan batuk berlendir dan opung yosef juga dapat influensa sejak dua hari terkhir walaupun begitu aku dan opung yosef tidak mengeluhkan masaalah tersebut pada kawan kawan agar semangat team tetap terjaga.
Jalan yang datar dan mulus sangat beda dengan jalan yang kami lalui selama ini terutama dijalan deretan bukit barisan yang melelahkan,jam 11 siang kami sudah bisa menempuh jarak sejauh 52km kemudian sepeda kami arahkan kehalaman masjid Al hidayah di daerah Babahrot disitu ada air kolamnya yang amat jernih,kawan kawan menyelesaikan cucian pakaian kotor dan jam 13.30 kami lanjut mendayung hingga sampai di Darul makmur Kabupaten Nagan raya,hujan lebat menyergapkami lalu kami berteduh disebuah warung kopi Ulee Jembatan namanya,di warung ini kami menunggu hujan reda hingga jam 18 sore lalu kami lanjut mencari masjid untuk nginap malam itu.
Disaat hujan masih turun kami lanjutkan perjalanan mencari masjid untuk tempat bermalam,disatu belokan kami menemukan masjid jamik,waktu menjelang magrib be berapa jamaah perhatikan kedatangan kami yang basah kuyup,pertanyaan standard keluar dari beberapa jamaah.
Selesai sholat isa aku minta izin pada imam untuk menginap di masjid,pertamanya kami diiInkan nginap dalam masjid yang amat bersih tersebut tapi setelah beberapa saat sesudah sholat isya aku didatangi seseorang pengurus masjid mengatakan agar kami pindah ke TPA disebelah masjid, tempatnya agak terbuka dan mungkin sedikit kurang nyaman tapi kami sangat menghormati putusan pengurus tersebut. Malam sedang santai beberapa orang anak muda mendatangi untuk sekadar ngobrol dan mendengarkan cerita perjalanan kami,aku sangat sulit melayaninya karena terlalu capek dan ngantuk.
Rabu 10februari16.
Sehabis subuh kami langsung mendayung menuju Meulaboh,di kecamatan Tripa ada dua pilihan jalan ke Meulaboh yaitu melalui kota Nagan raya dengan jalan baru tapi banyak tanjakan dan kiri kanan ladang sawit atau melalui kecamatan Lamie jalan lama yang melewati desa desa lama serta mengikuti sungai Lamie hingga ke Kuala Trang.
Opung yang duluan didepan kami masuk di jalur kota Nagan raya sedangkan aku dan Gozy lewat jalur Lamie kami melewati jalan desa yang saat itu diramaikan beberapa kendaraan sepeda motor pelajar  dan pegawai negri melewati daerah ini terasa sekali suasana desanya sapaan ramah warganya dengan sekali sekali menelusuri aliran sungai sampai ke muara sungai. Memasuki Kuala trang dipinggir muara yang teduh dan jauh dari desa aku melihat sepasang suami istri sedang memisah misah hasil tangkapan udangnya,kelihatan harmonis sekali dengan kesederhanaan,kecintaannya pada pekerjaannya dan kerjasamanya,aku berhenti ingin beramah tamah dengan mereka, kedatanganku agak mengganggu kesibukan bapak dan ibu tadi tapi hal ini tidak mengurangi keramahannya pada ku,dia bercerita bahwa bagan atau perangkap perangkap udang tadi dipasangnya pada sore hari lalu esok paginya di cek hasilnya. Menurut si bapak daerah kuala trang ini termasuk korban tsunami yang besar yaitu hampir 90% dan si bapak dan ibu waktu itu sedang pergi ke desa lamie jadi bisa selamat tapi anaknya 4 orang jadi korban dan hilang,sekarang dia punya satu anak lahir setelah tsunami.
Aku terus mengayuh ke kota Meulaboh yang dulu pernah disapu habis oleh terjangan tsunami kota yang sempat terisolir beberapa hari setelah tsunami.
Jalan kota yang bersih dan lebar,rumah rumah penduduk yang seragam,mungkin ini hasil bantuan pemerintah atau donatur swasta. Sepeda Ucup dan Abasri diantar ke bengkel untuk pébaikan spoke yang putus setelah itu kawan kawan tadi melanjutkan perjalanan menuju Calang, jam menunjukan pukul 17 lalu kami mulai melirik masjid untuk menginap,didaeah Arongan Lambalek kami diikuti seseorang dari belakang,kesempatan ini aku a6mbil untuk menanyakan masjid terdekaYg sambil menanya nanya,j

No comments:

Post a Comment