Pages

Tuesday, April 7, 2015

7.TOUR de ASIA_NGINAP DI MASJID MELAKA

Jam 07 Bang Acid sudah menunggu kami di luar kamar hotel,kali ini beban pannier opung yosef sudah berkurang dibagian depan dan barang beserta pannier depan tersebut dititip di rumah Bang Acid.
Jam 7 lewat kami meninggalkan hotel mengayuh pedal lagi menuju Malaka. Jalan belum terlalu ramai kami melewati jembatan sungai Muar menuju utara,tidak terlalu sulit buat kami keluar kota karena ada Bang Acid yang jadi escort.
Disuatu warung pinggir jalan kami berhenti untuk sarapan,menu disini hanya ada roti canai dengan minuman teh tarik atau kopi. 
Diantar Bang Acid sampai perbatasan Muar
Di sungai Rambai perbatasan Muar dengan Malaka ditandai dengan monumen becak raksasa kami berpisahan dengan pak Acid yang kembali pulang ke Muar.
Becak raksasa di perbatasan Muar Melaka

Kami meneruskan perjalanan.panas terik memang jadi tantangan tapi jalan yang datar sedikit mengurangi rasa penat ditambah lagi lambaian penduduk juga jadi penyemangat kami. 
Sewaktu kami istirahat di serkam pantai 10km sebelum Kota Melaka,datang seorang bapak memakai sepeda motor mendekati kami,beliau bertanya "dari mana dan hendak kemanakah" aku menjawab "kami dari pekanbaru Indonesia hendak ke utara semenanjung" beliau memperhatikan kami satu persatu,lalu merogoh kantongnya dan menyodorkan uang 10 ringgit,...aku kaget..apa ini pak?..buat minum bapak bapak di jalan....Subhanallah..Alhamdulillah...semoga Allah menambah rizki pak Maslan dan di beri kesehatan..amiin


Pak Maslan yang baik hati.
Dalam kayuhanku pikiranku kembali pada orang orang baru yang kutemui,mereka tidak mengenal kami sebelumnya tapi mereka begitu ikhlas memberikan segala kebaikan,aku jadi malu pada diriku sendiri yang ada kalanya tidak peduli pada lingkungan dan orang lain,aku berigstifar dalam hati..dan mengucapkan syukur dengan segala contoh dan pelajaran kebaikan yang seharusnya aku tiru.
Kami sampai di kota Melaka,kami belum pasti mau kemana,seperti biasa setiap sampai di satu kota kami pasti mencari tempat bernaung dan bermalam, lalu menuju mesjid Pulau Melaka untuk sholat.
mesjid Pulau Melaka 

Selesai sholat kami seakan enggan meninggalkan masjid yang indah dan menyejukan itu,masjid ini termasuk salah satu objec wisata yang banyak dikunjungi para pelancong mungkin karena posisinya yang sangat indah di pinggir laut selat Melaka dan juga arsitekturnya yang modern,sehingga setiap pengunjung ingin berlama lama menikmati udara laut nya yang segar. Beberapa orang Indonesia yang menetap di Malaysia sempat ngobrol dengan kami di masjid ini,bahagia rasanya bertemu dengan saudara saudara sebangsa di rantau orang,mereka ramah ramah dan awalnya menyapa kami dengan logat local tapi begitu mereka tahu kami dari Indonesia mereka langsung memakai logat Indonesia,kadang kadang mereka ajak aku berbahasa Jawa,untung ada joker yang dengan senang hati melayaninya ngobrol..rono rene...hehe.
Kami masih belum tahu akan menginap dimana di Bandar Melaka ini,aku tertarik untuk nginap di masjid Pulau Melaka ini tapi aku agak pesimis untuk diizinkan kalau dilihat dari securitynya yang ketat,sewaktu aku coba menanyakan ke security,ternyata benar tidak boleh ada tamu nginap di Masjid. Aku mengajak kawan untuk makan siang di restoran Bukittinggi dikota,aku kenal Pak Azwir pemilik restoran tersebut sewaktu berkunjung ke Melaka beberapa tahun yang lalu,mudah mudahan kami dapat tumpangan murah begitu harapan kami..
Dari hand phone aku baca pesan di inbox Tumenggung Melaka menanyakan keberadaan posisi kami,aku belum mengenal siapa yang mengirim pesan ini tapi aku yakin ini adalah sahabat baru kami pesepeda di Malaka dan aku menulis posisi kami yang saat itu sedang makan di restoran Bukittinggi dekat dengan pelabuhan ferry .
Pak Azwir orang Piangkek
Pak Azwir yang berdarah minang dan juga sebagai keta orang Minang di Melaka menolong telponkan Tumenggung Melaka tentang posisi kami saat itu,tak lama berselang seorang muda mengendarai sepeda motor menyalamiku sambil bertanya"pak tasmankah?" Aku mengangguk mengiyakan. Beliau memperkenalkan nama yg sebenarnya  "yazid"
Pak yazid dapat berita dari FB yang dikirim oleh pak Abdul Razak di johorbaru,beliau selalu memantau perjalanan kami sejak dari johorbaru hingga pertemuan ini. Rumah beliau 15km dari pusat kota dan terletak antara Muar dan Malaka yang tadi kami lewati.
Kami menanyakan Pak Yazid masjid mana yang bisa untuk kami nginap malam ini dan kami utarakan juga keinginan kami untuk nginap di Masjid Pulau yang tidak dapat izin dari security,lalu Pak Yazid minta izin sesaat untuk menanyakan lagi langsung ke pengurus apakah kami bisa diberi izin untuk nginap. Alhamdulillah Pak Yazid membawa berita bahwa kami boleh nginap di teras menara yang cukup menarik dan bagus menurutku.
Kami memutuskan tidur di masjid pulau Malaka malam ini karena tawaran nginap kerumah pak Yazid berarti kami surut lagi kebelakang.
Malamnya kami di traktir pak yazid disatu restoran dekat kota tua,kami dijemput dengan mobil,sepeda dan barang lainnya dititip dan ditinggal di masjid yang di jaga security.
Kota Melaka ini terkenal dengan masakan asam pedasnya kata Pak Yazid,beliau membawa kami ke pusat jajan Asam pedas yang disitu banyak sekali restoran asam pedasnya. 


Restoran asam pedas

Pak yazid yang sudah berkeluarga mempunyai putra 2 orang adalah seorang polisi diraja Malaysia sangat perhatian pada kami,beliau membawa kami jalan dengan mobilnya ke tempat tempat bersejarah seperti makam Hang jebat,Hang lekir di satu sudut kota tua yang penuh dengan etnis cina. 
Menyusuri sepanjang sungai Melaka sangat menyenangkan dengan kelap kelip lampu di Pirate Park akhirnya pada
Jam 10.30 kami diantar kembali ke mesjid pulau malaka untuk numpang istirahat.
Kami tidur di teras menara depan Masjid yang beratap dan kami memilih teras arah ke jalan karena tidak terlalu kencang tiupan anginnya dibandingkan yang mengarah ke laut,
Tiupan angin makin terasa dingin dan aku memutuskan untuk mengembangkan tenda agar tidak kedinginan dan bisa tidur.


teras masjid pulau Melaka
Pagi selesai sholat subuh kami berangkat ke kota yang berjarak sekitar empat kilometer lalu direstoran India kami makan roci canai dan secangkir teh tarik yang terasa nikmat sekali dikerongkongan.
Kayuhan kami mengarah ke Kampung Morten yaitu pasar lama Melaka yang beroperasi sekitar 1960 hingga 1990 dan kini dipindah ke terminal, pasar dan bazar Melaka Sentral.
Di satu belokan,kami melihat Ferris Wheel dan Pirate Ship di Pirate Park Sungai Melaka iaitu taman tema yang dibuat dengan pembiayaan sebanyak RM3.3 juta.
Di sebelahnya kelihatan perkampungan china yang juga terdapat banyak kedai menjual berbagai jenis cenderamata serta barangan antik unik.
Selepas deretan kedai kami melihat kawasan menara jam. Ini adalah tarikan utama pelancong karena disitu ada Dutch Stadthuys ataupun bangunan merah yang antik dan masih terpelihara.
Kawasan Middleburg Bastion iaitu sebahagian daripada dinding benteng Melaka yang dibina pada abad ke-16 dapat dilihat setelah kawasan menara jam.

Kami terus ke Bastion dengan kincir air yang dibuat mengikut reka bentuk asal sebuah kincir air yang terkenal di Belanda.
dengan turis Indonesia
Bangunan di sebelah kincir air adalah sebuah Gudang lama yang dahulunya pernah digunakan sebagai tempat menyimpan barang dagangan di Jeti Parameswara,ini salah satu daya tarik pelancong dan dibuat seperti bentuk asal serta menempatkan beberapa restoran dan kedai 
Yuuk berangkat...


cenderamata yang dikenali sebagai Quayside. Didaerah ini kami turun dan istirahat ambil foto,banyak turis turis lalu lalang di daerah itu dan ada diantaranya dari indonesia lalu menyapa untuk foto bersama serta menanyakan asal serta daerah tujuan kami.




Flora de La Mar

Di hujung bangunan Quayside, terletaknya replika ‘Flora De La Mar’ yaitu kapal portugis yang tenggelam di perairan Melaka ketika perjalanan balik ke Portugal.
Sampai di satu lagi jeti Melaka River Cruise iaitu Jeti Muara Sungai Melaka,kami melanjutkan kayuhan keluar kota dengan tujuan Sungai Pelek yaitu rumah Pakngah.





No comments:

Post a Comment