Pages

Saturday, December 21, 2013

2.MEMASUKI JATENG (TRANS JAVA BALI)

Tiba saatnya kami melanjutkan perjalanan dan meninggalkan keluarga kang Nana yang telah memberikan kebahagian selama 2hari keberadaan kami dirumahnya di kota Cianjur.
Pagi itu selesai sholat subuh aroma nasi goreng dan aroma kopi ginseng menggoda penciumanku,ternyata keluarga kang Nana maklum,hanya satu kali panggil aku langsung nyelusup kemeja makan menyantap hidangan yang disiakan.
Dipinggir jalan raya cianjur Bandung yang sudah mulai dipadati kendaraan kami dilepas oleh kang nana dan istrinya.
kami dilepas oleh kang nana
Disela sela kerumunan kendaraan kami meluncur kearah cipatat,dan dari cipatat sampai puncak citatah,dari arah yang berlawanan sering papasan dengan pesepeda lain,mereka meluncur turun dengan kencang.
Tanjakan citatah adalah tanjakan yang membuat hati kami kecut membayangkannya,tapi karena hanya jalan ini yang ada untuk ke Bandung maka kita harus menempuhnya. disamping tanjakan terjal juga sempit. Dua kali aku terpaksa turun dari bahu jalan kalau tidak turun tentu sudah disrempet bus besar tersebut,aku tidak sempat lagi memperhatikan joker dibelakang karena konsentrasi menyelesaikan akhir dari tanjakan. Sampai di puncak citatah aku istirahat  kesebuah warung lalu minta sebotol pocary dingin,bajuku basah keringat.
Dari puncak citatah hingga padalarang jalannya menurun terus,memasuki kota padalarang kemacetan mulai terasa,pada beberapa ruas jalan kami mencoba menelusup ketrotoar agar terhindar dari perangkap kemacetan,akhirnya kami makan siang dan sholat dzuhur di cimahi.
Dari cimahi masuk jalan sukarno hata,cibiru terus cicadas,untuk menghemat waktu sepeda sempat kami angkat untuk pindah ke jalan yang ke Garut. Jalan raya ke garut sangat mulus,kami mendayung sepeda sangat santai karena sudah terhindar dari kemacetan yang terus menerus.
Joker sudah beri aba aba untuk stop dan mencari penginapan atau mesjid untuk mabit.
Sebelah kiri jalan didaerah Rancaekek,aku melihat sebuah mesjid yang sangat bagus phisicnya dan facilitasnya.
Masjid PLN Rancaekek

Aku memasuki halaman mesjid yang ternyata bernama mesjid PLN dan bertanya pada satpam apakah boleh kami nginap malam nanti di mesjid tersebut,satpan itu mengatakan mengizinkan.
Kami dipersilahkan membuat copi atau teh yang sendiri sendiri dan bahan serta air panasnya disediakan oleh petugas mesjid.
Didepan pintu masuk mesjid juga ada tempat titipan barang barang jamaah.
Aku baru mengalami hal seperti itu,dalam hati aku mendoakan dermawan yang baik hati tersebut ditambah baroqah rezekinya.
Selesai sholat isha kami duduk di ubin pelataran mesjid yang luas tersebut sambil menyeruput kopi panas yang disediakan cuaca yang cerah membuat  perasaan saat itu seolah olah aku berada di pelataran mesjid Nabawi
Dari petugas mesjid aku dengar mesjid yang indah yersebut adalah wakaf pln konon itu adalah atas prakarsa pak DI.
Masuknya waktu subuh terasa lebih cepat dibanding di jakarta,jam 3.30 muazin mesjid sudah datang menghidupkan sound system dan bersalawat sampai dikumandangkan azan subuh jam 04.4wib.
Perjalanan dari Rancaekek ke arah ciamis pagi itu sangat menyenangkan,arus kendaraan tidak ramai ditambah jalan hotmix yang luas dan mulus,di daerah sesudah pasar Malagbon kami di guyur hujan lebat.
Pasar Malabong

Aku berteduh di sebuah warung sambil makan siang,perjalanan sempat tertunda 1jam lebih,dipenurunan menjelang mekarbakti aku melihat mobil sedan yang tetguling ke jurang yang dan memacetkan perjalanan karena dalam proses evakuasi korban.aku tidak berhenti walaupun saat itu agak sulit melewati kendaraan dan orang yang berhenti melhat kecelekaan tersebut.
Aku mencoba hubungi Joker karena masih belum muncul,ternyata posisi nya masih 15 km dibelakangku,sejam kemudian aku melihat joker di tanjakan menuntun sepedanya dalan keadaan basah kuyup kena hujan

Tanjakan Malabong

Sore sudah mulai gelap kami sampai di daerah Ciamis kami berhenti disebuah warung dan  disambut oleh pak Maman yang ternyata seorang penggemar sepeda juga.
Karena hari sudah mulai gelap dan hujan yang makin besar akhirnya Pak Maman menawarkan kami untuk menginap di rumahnya tapi kami menolaknya dengan halus karena sungkan merepotkan tuan rumah yang baru kami kenal itu,akhirnya kami dipersilahkan nginap dimasjid Al Rahmat Cihaurbeutik Ciamis sesuai permintaan kami sebelumnya.
Sebelum magrib kami berusaha untuk selesai mandi dan cuci pakaian agar tidak mengganggu jemaah yang akan berudhuk untuk sholat magrib nanti
Kamar mandi sempit yang digabung dengan wc pecah dan rusak agak sulit untukku  mandi ditambah lagi bolam lisrik yang mati,pintu yang sudah copot inilah salah satu tantangan hari ini,aku jalani ini dengan senang hati,karena musuh yang paling besar dalam perjalanan adalah selalu mengeluh yang tidak ada gunanya.
 Habis subuh istri pak maman menyuguhi kami kopi dan beberapa potong balabala,kemudian dibungkuskannya juga beberapa potong kue buat di jalan
Pak Maman

Pagi itu kami berharap jarak ciamis ke purwokerto 140km bisa selesai sampai sore.ternyata hal itu tidak bisa kami lakukan.
Dari ciamis sampai Banjar jalan bagus dan tanjakanya relatif tidak terlalu tinggi kendaraan tidak terlalu ramai,kami mendayung sepeda agak santai.

Kota Ciamis menurut pak Maman banyak artis yang berasal dari kota itu salah satunya penyanyi Nike ardila,aku diberi tahu nanti dalam perjalanan akan melihat makamnya,akibatnya sepanjang jalan mataku jelalatan mencari makamnya,akhirnya sampai ke alun alun ngga ketemu juga...aaakh cape deh,ngapain juga kalau ketemu,aku memarahi diri sendiri...hehehe...
Sampai di Banjar Batas propinsi Jawa barat dan Jawa tengah jam sudah menunjukan pukul 11.00wib aku berhenti istirahat menunggu Joker yang tertinggal di kira kira 5km dibelakang.
Selamat tinggal tanah Sunda

Kami memasuki Jateng
Sepanjang jalan antara banjar dan majenang banyak ditemui iklan rumah makan,kami memutuskan untuk makan siang di pringsewu karena pingin tau keistimewaannya lagi pula kali ini kami ingin memanjakan selera di tempat yang lebih nyaman dari biasanya.
Di km90 sebelum purwokerto kami berhenti dirumah makan pring sewu,terlihat fasilitasnya lebih lengkap dibanding warung lain yang ada disitu.
Kami memesan soup iga sapi yang harganya cukup untuk makan kami selama 2hari diwarung warung pinggir,aku berpandang pandangan dengan joker,aku mengerti kami sudah salah masuk tapi untuk mundur dan mengatakan ngga jadi bueraat sekali,soalnya air nya sudah diminum duluan..hehehe.....
Terlihat tamu tamu yang datang orang orang menengah atas yang sudah pasti golongan orang orang yang mementingkan kenyamanan,kami sempat bertemu sebuah klub sepeda motor gede dengan penampilan seperti black angles di amerika,jauh beda dengan tampang kami yang kucel terbakar mata hari.
Joker mengasih tahu aku kalau soupnya tidak ada istimewanya,jadi pengalaman yang kami dapat direstoran tersebut  adakah keistimewaan harganya.
Aku sampai di Majenang jawatengah jam 16.00wib aku telpon Joker yang masih 10km dibelakang,dia mengatakan begitu capeknya hingga sering tertinggal,aku menunggu joker lagi di satu pertigaan jalan di Majenang,sejam kemudian dia muncul dan sepertinya Joker kelihatan lemas sekali,akhirnya rencana kami untuk menuntaskan sampai Purwokerto tidak jadi dan kami memutuskan untuk istirahat di kota Majenang saja.

Menunggu Joker di Majenan
Aku bertanya lokasi mesjid terdekat ke tukang becak yang dari tadi menemani ku ngobrol  dan mereka memberi tahu di depan alun alun kota ada masjid Raya yang biasanya juga disinggahi para mushafir,kami langsung menuju ke mesjid yang diberitahu itu,kami menuju pusat kota yang jalannya agak sempit dan ramai dengan kendaraan termasuk bus bus umum juga melewati jalan tersebut,tidak berapa lama kami sampai disebuah mesjid Raya Al Mujahiddin cukup besar dan bertingkat dan didepannya ada lapangan luas yang disebut alun alun.
ternyata tempatnya sangat strategis karena di pusat kota dan gampang untuk mendapatkan makanan.dan bersantai bersama penduduk,
Kami masuk ke halaman mesjid bagian kiri dekat area udhuk jemaah laki laki dan duduk sambil melhat kalau kalau ada pengurus mesjid disitu,beberpa orang mendekati kami sambil menyapa ramah kami dari mana dan mau kemana,tidak lama kemudian Pak Mugio ikut ngobrol dan beliau memberi tahu kami bisa nginap di masjid tersebut yaitu di bagian teras sebagaimana mushafir yang sering mampir kesitu.
Waktu magrib makin dekat aku permisi untuk mandi dan cuci pakaian,kamar mandi cukup bagus dan lega,airnya bersih,rasanya puas sekali mandi hari ini.
Sehabis magrib kami jalan ke depan alun alun,kami menemukan dunia yang beda kali ini,keadaan pasar sekitar alun alun yang dipenuhi kuliner yang memancing selera untuk mencicipinya,penduduknya yang sederhana tapi kaya dengan keramah tamahan dibeberapa warung terdengar radio lokal sedang melantunkan nyanyian tradisional Jawa,kami sangat menikmati suasana malam ini...
(bersambung...aku tidur di teras mesjid disebelahku ada orang sinting..!)


No comments:

Post a Comment