Pages

Saturday, July 20, 2013

CATATAN XPDC GUNUNG LATIMOJONG (SULSEL)



XPDC GUNUNG LATIMOJONG



Asww Hpc.
Salam sehat dari kami di Enrekang,Kali ini kami ingin berbagi cerita bukan lagi dengan sepeda tapi perjalanan bagageh ke gunung
Latimojong didaerah Enrekang sulawesi selatan,mudah mudahan bisa terhibur sebagaimana pengalaman baru yang belum kami ketahui dan akan kami telusuri dengan sepatu butut serta backpack tua yang setia menemani disetiap perjalanan.
Xpdc ke gunung
latimojong ketinggian 3478mdpl dirancang setelah pendakaian kami ke gunung Dempo di Sumatra selatan dan sepeda turing Tour d akap 1 pada november 2012.
Kawan dari kelompok Sepatu (sekelompok pendaki tua) yang terdiri dari pensiunan dan aktif di cpi sudah mematok waktu keberangkatan 1 minggu perjalanan,....
Tanggal 3 May adalah hari yang kami tetapkan untuk memulai xpdc.
Tiket pesawat promo yang sudah dibeli 3bulan yang lalu dan peralatan pendakian serta carrier sudah aku persiapkan jauh hari.
Diantara pendaki yang berjumlah 13 orang ada 4 orang dari hpc yaitu saya sendiri,Brahmanta,syafrizal mawardi dan Win ardiansyah dan yang lainya kawan kawan yang masih aktif di chevron.
Jumat 3 may jam 13.00 pesawat boing 737 menerbangkan kami dari bandara Ssk ke cengkareng transit kemudian lanjutkan penerbangan dan sampai di bandara Hasanuddin Makasar jam 20.00wita. Beberapa kawan sudah ada yang duluan sampai di Makasar menunggu kami di bandara

Hasanuddin,bandara international yang besar dan tertib mungkin karena kami nyampe malam jadi kelihatan tenang dan agak sepi.
bandara Hasanuddin

Dipintu keluar gedung bandara berjejer loket taxi dan disitu berjejer para agen taxi melambai lambai kami dari balik kaca untuk menawarkan taxinya,persis seperti melihat aquarium rasanya,kita bisa memilih dam menego taxi yang kita suka tanpa gangguan ditarik tarik ataupun dibuntuti para calo taxi.
2 unit avanza dengan ongkos 200ribu  mengantar kami ke hotel Sederhana di jalan Poso,baru berangkat mobil kami berhenti dan sopir memberi tahu bahwa dia mendengar tujuan kami sebelumnya  adalah jl yos sudarso dan bukan jl poso dan menimpali ngga apa apa kami akan antar tapi masing masing mobil nambah bayaran 10ribu...kawan kawan merasa dipermainkan semua bilang tidak mau nambah,akhirnya sopir mengalah dan tetap antar kami ke jl.poso dan sesampai di hotel Harapan tanpa di minta dan atas kerelaan kami memberi tip 20ribu.
 
nginap di hotel Harapan


Perjalanan Menuju dusun Karangan.
Sabtu pagi tanggal 4 may selesai sarapan pagi dihotel kami 14 orang sudah berkumpul di loby hotel dengan tumpukan barang barang yang cukup untuk satu mobil pick up.
Transit di Baraka
loading di Baraka

Tiga unit mobil inova membawa kami dengan tujuan desa Baraka di kabupaten Enrekang yaitu titik awal pendakian.
Makasar ke pare pare suasana kota masih terasa dengan trafic yang padat udara sedikit panas tapi cerah dengan.
Kontur jalan yang datar laju kendaraan bisa dipacu hingga 100km/jam,diselingi musik rock yang terasa menggedor dada sopir kami Andri yang kelahiran enrekang itu makin kencang menekan pedal gas tidak sampai 1,5 jam kami melihat hamparan laut di sebelah kiri jalan terlihat deretan toko toko dari pasar pare pare.aku yang duduk di bagian belakang kadang terlambung lambung dan terhuyung kiri kanan,segala macam doa terucap saat saat seperti itu...rasa takut seperti itu kadang berobah jadi nikmat kalau sudah capek mikir....hehehe..

Istirahat di rante lemo


Jam 12 kami memasuki desa Rapang
,Makan dan istirahat di Rapang
Dari Rapang menuju desa cake jalan sudah mulai mendaki dan menurun dan memasuki desa Baraka suasana pegunungan yang dingin mulai terasa,sampai di Baraka kami mampir ke pasar dan membeli beberapa perlengkapan dan logistik untuk digunung,di desa Baraka ini kami tukar kendaraan dengan 2unit toyota landcruiser 4x4.
Jam 19 malam kami melanjutkan perjalanan menuju desa Karangan yaitu desa terakhir untuk menuju puncak
Latimojong.
Satu mobil kami jejal dengan 9orang plus barang ditempatkan diatap dan depan cup mobil,kesan adventure  makin terasa,jalan yang berlumpur disertai tanjakan yang tinggi,dikiri menganga jurang yang dalam.

Mobil kami meraung raung dikeheningan hutan malam itu.
Sekali sekali bertemu rumah penduduk kemudian hutan lagi begitu seterusnya jarang kami menemui penduduk desa mungkin mereka tidak menampakan diri lagi karena dingin.dua kali mobil kami harus melewati sungai,aku lihat sopir tidak terlalu khawatir dengan hal semacam itu,hanya saja setiap kali kondisi yang sulit itu akan dilalui nyaliku.agak kecut juga membayangkan kalau terpeleset ke jurang,kawan lain semua diam setiap kali acara akrobat itu dilalui.
Pada suatu tanjakan yang cukup terjal kami harus turun karena jalan menanjak yang harus dilalui terlalu sempit,licin dan berlobang.
Sopir mencoba melewati jalan tersebut kami hanya bisa menonton dimalam yang gelap itu dengan perasaan tegang.sewaktu lewat roda hanya berputar dan jalan ditempat sampai beberapa kali coba
Dari ketinggian kadang kelihatan didasar jurang sana cahaya lampu dari rumah penduduk.
Satu kilo menjelang dusun karangan mobil kami terpuruk di parit,lebih kurang setengah jam mencoba keluar baru berhasil.

terpuruk di parit

Mobil jalan lagi sambil terangguk angguk menuju pendakian yang tak kelihatan di dalam gelap,kami berpegangan ke bagian yang bisa dipegang dan diam dalam lamununan masing masing.
Jam 21.00wita mobil memasuki desa Karangan disambut lolongan anjing yang bersahut sahutan,udara dingin terasa menusuk tulang dan disekeliling dusun bukit bukit seakan akan kita berada di tengah kawah besar,bunyi aliran sungai dan jangkrik jangkrik malam menambah sahdunya suasana yang betul betul alami.



rumah panggung dari kayu

Pak Sinu kepala dusun mempersilahkan kami kerumahnya
yang cukup bagus dibanding rumah yang ada di desa tersebut.rumah panggung dari kayu dilengkapi listrik yang cukup untuk hidupkan tv dan charge bateray hp.

Selesai makan malam kami mulai mengambil kaplingan untuk istirahat setelah menempuh perjalanan lebih kurang 8jam,udara yang dingin mengantarkan kami pada mimpi mimpi untuk esok hari ...sampai ketemu di puncak latimojong...
Mulai pendakian Gunung Latimojong
Rumah panggung dari bahan kayu sedikit menambah kehangatan di udara malam yang menusuk tulang,dari sela sela papan yang disusun kadang kadang terasa tiupan dingin angin luar seperti tiupan udara kulkas,dua kali aku pindah tempat tidur menghindar dari tiupan angin tersebut.
 
menghindar dari tiupan angin



Bunyi aliran sungai dan jangkrik jangkrik hutan membawaku tertidur hingga jam 04.30,sementara teman lain sebagiannya masih segan untuk keluar dari sleeping bag.
KB refileisa yang lebih dulu bangun mengumandangkan azan subuh Dari mesjid yang terletak persis di samping rumah,kami sholat subuh berjamaah dengan beberapa penduduk.
Dirumah para pendaki sibuk dengan packing barang barang yang akan dibawa kegunung.

packing barang

Jam 08 selesai sarapan kami berkumpul di halaman rumah,dengan ransel dipunggung. Penduduk yang baru keluar dari rumah juga ikut berkumpul sambil nongkrong berselimutkan sarung diudara yang dingin tersebut.
sepertinya kami jadi tontonan yang sangat menarik bagi mereka,bagiku suasana pagi di Dusun Karangan di ketinggian 1600mdpl diramaikan penduduk yang lugu dan murah senyum itu mengingatkanku ke desa desa zaman dulu yang bersahaja tanpa polesan aroma kota. 
suasana pagi di Dusun Karangan

14orang pendaki,10orang porter dan 1orang guide menyatu dan diberi wajangan yang super singkat dan padat oleh pak Sinu kepala dusun yaitu "di jalan jangan terkabur" lalu ditutup dengan berdoa untuk keselamatan dan kekuatan diperjalanan.

pak Sinu kepala dusun
Aku tidak menggunakan porter jadi beban yang aku bawa lumayan berat lebih kurang 5kg termasuk didalamnya nasi,pakaian serta air minum 2x600ml.
Jalan dari posko diawali dengan jalan berkerikil dan tanah padat.

 
beberapa aliran sungai kecil

Kami menyelusuri kebon kopi penduduk diantara lereng lereng kaki gunung yang sedikit terjal,beberapa aliran sungai kecil dan jernih mengalir dari atas gunung kami lewati dengan 
mudah,memasuki pos 1 kemiringan makin curam,disuatu pondok petani kopi yang terletak dipinggir jurang kami istirahat dari situ kita bisa memandang view desa karangan yang terletak jauh dibawah kaki gunung.
dipinggir jurang kami istirahat

Di Pos 1,Buntu Kaciling  1800mdpl,jam 10.00 tiga orang pendaki Sikumbang,Budiman dan Rammang rammang teringgal dan salah jalan  dibelakang dan harus di pandu dengan radio hingga bisa berkumpul ke team lagi.
10menit istirahat di pos 1 sudah membuat badan kedinginan,kami lanjutkan perjalanan yang mulai menelusuri punggiran punggiran tebing.

Tanganku meraih akar akar kayu yang agak besar dan menonjol keluar tebing cukup aman berpegangan  menahan badan dan pelan pelan kaki menapak di tanah tebing yang agak licin kadang kadang kami menapak dari akar pohon ke akar pohon.
Vegitasinya masih di dominan pohon pohon besar,suara serangga jangkrik hutan sekali sekali kicauan burung berbaur dengan derap langkah kami sewaktu melompat dari satu ketinggian ke posisi lebih rendah.
Pada suatu cadas dengan kemiringan lebih kurang 60 derjat disitu sudah tidak ada jalan yang datar,dibawah mengganga jurang yang ditumbuhi semak pohon  kami berhenti istirahat beberapa menit sambil mengamati posisi yang terbaik untuk bisa meniti cadas miring campur sedikit tanah tersebut.
Sakai,Kb,cilukbra,paranormal dan beberapa orang porter sudah melewati cadas tersebut.
Kini giliranku meniti,nyaliku agak ciut membayangkan kalau terpleset ke bawah,dengan segala keberanian yang tersisa aku coba menapak diding cadas tersebut dengan posisi menghadap dinding,aku cari cari pegang kayu kayu semak yang ukuran besar dan cukup kuat tertanam ketanah lalu ku pegang erat selangkah kaki kiri ku geser ke samping terlihat kerikil bekas injakanku jatuh ke jurang,lututku terasa lemas dan gemetar karena takut dan jantungku berdebar keras menahan stres,aku geser pegangan ke kayu sebelahnya dan kaki digeser lagi begitu seterusnya hingga cadas miring sejauh 4meter terlewati dan  berakhir pada tebing tanah yang disambut lekukan  datar jalan setapak.
Aku duduk istirahat sambil merenung dan menyadari tenaga dan reflek ku yang makin berkurang seiring bertambahnya usia, tapi aku sangat menikmati dan bersukur masih diberi Allah kesempatan dalam aktifitas alam seperti sekarang.Aku lihat teman teman lain melanjutkan perjalanan,kayaknya mereka lebih tenang dari aku...hhuuh...
istirahat sambil merenung

Pada satu turunan jalan tanah yang licin tiba tiba aku mendengar sesuatu yang jatuh ke semak dekat ke pinggir sungaiternyata Dumshit terperosok menginjak pinggir tebing dan terguling kebawah masuk semak,tapi tidak ada cidera.Jam 11.15wita menyeberangi titian kayu diatas sungai di pos2 yang sangat jernih airnya,pada sisi lain dekat air terjun ada gua alam menambah complitnya keindahan sekitarnya. Titian yang terdiri dari dua bilah kayu lumayan licin untuk di injak,aku tidak mau mengambil resiko jatuh ke sungai yang cukup deras airnya ,ngeri
membayankan apabila jatuh langsung ikut terjun bersama air terjun ke jurang,aku merangkak jalan menyamping sambil beringsut ingsut hingga ke pinggir sungai.
      jatuh langsung ikut air terjun
Di pos 2 dekat gua batu yang bernama Goa Sarung Pak pak di ketinggian 1890mdpl terlihat sakai dan beberapa orang duduk istirahat tapi aku langsung melanjutkan perjalanan karena terlalu dingin untuk duduk duduk disitu.
Pendakian dari pos 2 ke pos tiga masih menelusuri pnggiran tebing yang menanjak adakalanya jalannya putus tapi disitu ada jembatan kayu yang dibikinkan oleh pendaki sebelum kami,jalan pinggir menanjak menelusuri tebing akan lebih enak apabila ada akar akar kayu untuk tempat pegangan atau bergelantungan pindah dari satu sisi ke sisi lain.
 
pos 2

Vegitasi pada ketinggian ini masih dipenuhi pohon pohon besar
Lebih kurang 1 jam kami jalan naik turun tebing mengelilingi bukit dan lembah sepertinya ketinggian tidak habis habisnya,aku berjalan sudah mulai pelan dan menapak satu satu,pada ketinggian 1940mdpl kami sampai di pos 3 Lantang nase pada ketinggian 1940mdpl.
pos 3 Lantang nase

Beberapa orang pendaki cilukbra,paranormal dan KB duduk santai di tanah menyantap makan siangnya,aku bergabung disitu untuk istirahat dan membuka nasi bungkus yang sudah dipersiapkan Ibu kades sewaktu mau berangkat tadi.
Jam 12.35 kami mulai bergerak lagi menuju pos 4,aku berjalan sendiri sementara didepan ada beberapa kawan yang sudah duluan begitu juga di belakang masih ada yang tertinggal,medannya masih tetap menanjak pada satu dataran yang cukup terbuka di pos 4 Buntu Lebu ketinggian 2670mdpl kami bertemu beberapa teman dan aku bergabung disitu untuk sholat jamak qoshar Dzuhur Ashar dan menunggu teman lainnya yang masih tertinggal dibelakang.


Pendakian ke gunung memang memerluan endurance yang bagus karena terlalu lama berhenti istirahat dengan alasan pemulihan tenaga juga akan berakibat kedinginan dan gampang dapat kram.
Aku melanjut perjalanan dari pos 4 ke pos 5 saat itu sudah jam14.00,guide meberi tahu bahwa kita akan akan camping di pos 7 dengan pertimbangan pada posisi itu ada sumber air bersih untuk minum dan lebih dekat untuk menuju puncak hanya 1 jam perjalanan tapi kalau kita camping di pos 5 kita butuh waktu lebih kurang 4jam lagi untuk menuju puncak dan tidak ada sumber air bersih.
Tarikan nafas kelelahan dan sekali sekali bunyi ranting patah terinjak kaki mengiringi perjalanan ini,kami berjalan diam tanpa suara karena kelelahan beriiringan berempat aku,Hernia,Sikumbang dan Buah Jantan,medan ke pos lima tidak terlalu terjal cukup buat kami untuk santai setelah terkuras dengan medan yang terjal sampai pos 4 tadi,dalam keheningan tiba tiba radio HT yang dipegang Sikumbang memberi tahu bahwa Budiman yang masih berada di pos 3 dapat gangguan kram di paha dan minta supaya disiapkan satu tenda untuk dia yang akan camping di pos 5 saja karena merasa tidak sanggup untuk melanjutkan ke pos 7.
Jam 15.19 kami sampai di pos 5 Soloh Tama pada ketinggian 2780mdpl,kami bergabung dengan Cilukbra dan Paranormal yang sudah lebih dulu duduk istirahat disitu dan beberapa orang melanjutkan jalan menuju pos 7.
 
pos 5 Soloh Tama pada ketinggian 2780mdpl


Pos 5 mempunyai dataran agak luas dan bagus untuk camping tapi sayangnya disitu tidak ada sumber air untuk minum.Satu pohon besar yang tumbang kami gunakan untuk duduk santai sambil menunggu teman yang masih tertinggal dibelakang,nyaman sekali rasanya duduk istirahat dialam terbuka dari celah kerimbunan kayu terpancar sinar matahari yang cukup menghangatkan tubuh dari tiupan angin yang dingin,keheningan gunung dan kadang kadang bunyi tiupan angin menambah keterasingan kita dengan alam tetapi makin mendekatkan kita dengan Allah sang pencipta,terucap dari mulutku Subhanallah....
Air minum mineral yang ku bawa 2 botol 600ml sekarang hanya tinggal setengah botol,aku minum satu tenggak sekedar membasahi kerongkongan yang kering,kami berusaha mengelola miuman tersebut supaya tidak kehabisan sampai di pos 7 yang masih diperkirakan 2jam perjalanan lagi,disaat inilah terasa nikmatnya air dan perlunya kesabaran untuk mencapai puncak dari mimpi kita,kelelahan ini adalah sementara,kami berdamai dengan alam karena ketidak nyamanan adalah guru yang mengajarkan kita supaya jangan hanya mengeluh tapi berbuatlah supaya jadi nyaman.
 
berdamai dengan alam

Tidak berapa lama Budiman dan Ramang ramang dan Chandra si Guide akhirnya muncul di pos 5 tempat kami istirahat,kami berikan obat gosok untuk mengatasi kram Budiman yang sudah menjalari kedua pahanya.
Kami berempat melanjutkan perjalanan menuju pos 6 dan 7,vegetasi sudah berobah perdu perdu dan batu batu cadas mulai mendominasi sepanjang jalan,tanjakan mulai terasa terjal,kami berusaha percepat jalan,terasa sekali kabut mulai menyelimuti sekitar dan aku harus memastikan pijakan kaki jangan sampai terperosok ke jurang,tiupan angin gunung mendesir seperti bunyi hujan lebat didalam rumah yang beratap seng,langkah ku tetap pelan pendek berusaha tidak berhenti agar suhu badan tetap panas,cahaya matahari mulai terasa berkurang dan sudah mendekati gelap,aku lihat jam menunjukan jam 18.10,aku berhenti untuk mengambil senter penerangan,saat itu aku mendengar sayup sayup suara dari ketinggian,semangatku bangkit lagi aku lanjutkan jalan tanpa senter karena perkiraanku pos 7 (3300mdpl) yang kami tuju sudah dekat,beberapa menit perjalanan kami sampai disuatu ketinggian dan terlihat beberapa tenda dan kawan kawan porter sudah berkumpul di lapangan terbuka.
dikeheningan gunung
Aku turunkan carrier yang sudah hampir 8jam bertengger dipunggung itu ke tanah,lalu aku duduk menghabiskan minuman yang hanya tinggal 2 tenggakan,kawan kawan sebagian ada yang sudah didalam tenda bersembunyi dari dinginnya tiupan angin dan beberapa orang ada yang sedang memasang tenda,ada yang berusaha memasak air,percakapan yang sibuk itu terdengar jernih dikeheningan gunung,kabut awan putih seperti kapas menyelimuti daerah camping tersebut,bajuku terasa basah oleh embun lalu aku bergerak lagi untuk memasang tenda,sayangnya peralatan tenda yang akan dipasang sangat sulit dicari karena semua peralatan tenda dicampur jadi satu,tanganku mulai terasa kaku kedinginan dan tubuhku menggigil aku tidak sanggup bertahan diluar tenda lalu pergi numpang di tenda teman yang masih kosong,didalam tenda semua pakaian basah aku ganti,lumayan badanku sudah tidak menggigil lagi,diluar masih terdengar kesibukan porter mempersiapkan makanan.
Buah Jantan dan Hernia menyusulku masuk tenda dan jadilah kami tiga orang dalam satu tenda,susunan personel untuk masing masing tenda memang susah untuk disesuaikan dengan rencana karena ketibaan masing masing pada waktu yang berbeda. kami sholat magrib dalam tenda dengan cara tayamum dan sholat duduk. 
tanganku mulai terasa kaku kedinginan

Diular masih terdengar kedatangan Sikumbang dan Budiman yang dikhawatirkan dengan kramnya tapi alhamdulillah bisa menyusul juga ke pos 7 ini.Ridwan sang porter sungguh sangat membantu disaat kami tidak sanggup lagi menahan dinginnya udara luar untuk mengambil makanan,disaat itu dia datang membantu kami mengantarkan minuman hangat dan pop mie panas.Yang lebih istimewa lagi ibu Ridwan (38tahun) juga ikut sebagai porter,tadinya kami agak mengkhawatirkan kemampuannya sebagai porter,tapi karena keinginannya yang besar setengah memaksa untuk ikut jadi porter dengan alasan sudah pernah naik satu kali dan juga dia butuh pekerjaan untuk biaya anaknya masuk sekolah SMP,akhirnya kami mengabulkan,di pos 7 inilah terlihat kemampuannya melebihi kami para pendaki,dia seperti tidak ada kelelahan dan juga tahan diudara sedingin itu untuk memasak ditempat terbuka,aku jadi malu pada diri sendiri.
Sleeping bag yang kupakai terasa masih belum nyaman karena kakiku masih saja dingin aku ambil suiter,kaus kaki cadangan yang teronggok di ransel kumal,lalu dipasang double,kepala pakai kupluk serta cadar supaya hangat sekarang sedikit nyaman,ransel kumal kutarok di kepala sebagai bantal rasanya cukup mewah keadaanku saat itu,tapi masaalah lain muncul lagi karena pas sebatas pinggulku tanah tempat tidur agak menurun dan ada cekungan sehingga kalau tidur telentang kaki agak tergantung jadi terasa pegal juga kalau kelamaan,diluar masih terdengar percakapan para porter,suara dengkur dari beberapa tenda bersahut sahutan Grrrr...grrrrr...siiiit....bruuu...seperti mesin mesin gergaji sedang bekerja,aku tidak bisa mengelak dari bunyi tersebut hingga akhirnya tertidur sudah hampir subuh.
Jam menunjukan jam 4.30 pagi, beberapa ciloteh diluar mulai terdengar sibuk dengan permintaan air panas untuk membuat kopi dan mie,aku intip keluar tenda terasa dingin menusuk dan cuaca berkabut tapi sudah agak terang,Indah sekali suasana pagi yang dingin dan berkabut ini,bulir bulir embun pagi bertenger di alis mata dan muka,aku nikmati perjalanan menuju sungai yang berada di lembah agak jauh kebawah menyusuri tebing yang sedikit licin,perlu sedikit perjuangan ntuk sekedar melakukan ritual boker dan sikat gigi serta ambil udhuk.Gemercik bunyi aliran air sungai kecil yang begitu bening menambah keindahan pagi di lembah yang sunyi itu.
 Terlalu dingin rasanya untuk mandi dan berlama lama pada air sedingin es tersebut,selesai sholat subuh semua peralatan sudah dikemas,menunggu beberapa saat sambil minum kopi hangat dan sepotong kue kering lalu kami berangkat menuju puncak.Berbekal sebotol air yang diambil tadi pagi disungai aku mulai mendaki sementara beberap teman sudah jauh didepan,wind breaker serta kupluk yang bertengger dari malam dikepala tetap terpasang untuk menahan tiupan dingin udara gunung. hidung kututupi dengan sal karena dinginnya,aku jalan pelan berusaha mengatur nafas yang mulai tersengal sengal karena oksigen yang mulai menipis di ketinggian tersebut,jalan berbatu batu cadas dan tanaman sudah mulai jarang,beberapa kali kami menuruni bukit lalu naik lagi kesebuah dataran,memang kontur gunung Latimojong ini sedikit unik dibandingkan gunung lain karena jarak tempuhnya yang agak panjang dan memutar mutar beberapa bukit,smbil tertatih tatih kelelahan aku diberi tahu kawan dari belakang "ayo semangat...sedikit lagi sudah di puncak".....
Aku duduk sejenak sambil mengeluarkan kerikil kecil yang dari tadi nyempil di dalam sepatuku,aku bangkit lagi dengan semangat yang masih tersisa,tidak berapa lama terdengar teriakan "Allahuakbar,kita sudah nyampe" aku terbengong memandang disuatu dataran yang disitu tidak ada lagi yang melebihi ketinggian puncaknya.
              Rantemario 3478MDPL

Kami melihat sebuah monumen dengan tulisan Rantemario 3478MDPL,aku sujud syukur ditanah,bahagia atas nikmat Allah yang sudah memberikan kesempatan meraih keinginanku untuk mencapai puncak tertnggi di Sulawesi itu.Kelelahan phisic rasa nya sudah terbayar dengan melihat keindahan alam ciptaan Allah dari ketinggian itu.Perjuangan satu hari satu malam untuk menuju puncak yang sangat melelahkan kami rayakan dengan Lebih kurang 15 menit untuk menikmati suasana puncak sambil berfoto foto.
Kami mulai turun lagi menuju pos 7,jalan yang menurun tantangannya berbeda lagi dari pendakian,gaya grafitasi dan kaki yang sudah kelelahan sungguh sulit untuk menahan luncurannya,aku terpeleset dan terduduk beberapa kali,beberapa orang menyusul dan mendahuluiku,terasa sekali staminaku sudah mulai menurun jauh dan pahaku sudah terasa kaku sehingga reflek juga menurun,aku sangat menyadari ini adalah suatu proses penuaan yang harus kita terima.
Diperjalanan dekat pos 5 aku disusul porter ibu Ridwan dari belakang,dia mengikuti aku beberapa saat lalu aku mempersilahkan dia untuk mendahuliku karena tak mungkin dia yang masih kuat harus membuntutiku yang jalannya sudah diseret seret,sambil lewat dia memberikan tongkat untukku agar lebh mudah dipenurunan,jadilah perjalanank saat itu pakai tongkat.
Terasa lama waktu menurun ini apalagi sewaktu menurun dari pos 3 ke pos 2 kadang kadang aku harus plosotan agar tidak jatuh karena tinggi dan licin,celana yang aku pakai sedikit sobek di bahagian paha kanan lalu setiap aku jongkok hendak turun maka bertambahlah sobeknya lama lama sobek sampai kebagian atas paha hingga kelihatan celana dalam yang juga sudah ngga keruan warna nya.
sobek sampai kebagian atas paha
Kembali nyaliku ciut dan lututku menggigil saat saat menyeberangi cadas miring berpasir yang menambah licin untuk diinjak dan terjal karena menahan capek dan perasaan jenuh yang sangat menyiksa saat itu,aku berhenti di ketinggian, tidak berapa lama menyusul Sikumbang yang juga berkomentar bahwa terasa makin jauh diwaktu pulang.Kami lanjutkan menuruni  tebing menapak dari satu akar kayu ke akar kayu lainnya pelan pelan akhirnya bunyi aliran air di pos 2 mulai terdengar dan kami sampai di pos 2 jam 14.00.
Botol air mineral yang sudah kosong aku isi lagi dengan air sungai untuk persiapan minum dan celana yang sobek aku buang dan diganti dengan celana lain.
Mulai dari pos 2 ke pos 1 aku berjalan bersamaan dengan Sikumbang,di pos 1 kami sempat ragu untuk mengambil jalur yang menuju ke desa karena ada dua opsi,yaitu lurus melalui jalan yang agak terjal atau melewati di sela sela jalan kebun kopi penduduk. Kami menunggu dan mengikuti porter melalui jalan di kebon penduduk yang tidak terjal tapi sedikit licin.
Diperjalanan kami mulai bertemu beberapa petani dan kuda beban yang menambang dari desa Rante lemo ke daerah Karangan,ini sedikit membesarkan hati karena berarti dusun yang kami tuju sudah dekat.
           kuda beban dari Rante lemo
Disuatu pinggang bukit yang agak terbuka kami melihat jelas di kejauhan desa Karangan yang terletak dikelilingi lembah,sebelum memasuki dusun Karangan aku berhenti di sungai yang sangat jernih,aku tergoda untuk mandi lalu pada sisi yang agak dangkal aku menceburkan diri berendam beberapa saat mulai terasa dingin aku kembali keatas dan memakai pakaian yang bersih dan beruduk ntuk sholat ashar di rumah nanti.
Jam 17.00 wita kami sampai diposko Karangan rumah kepala dusun,beberapa orang kawan Sakai,Cilukba,Sabunmira terlihat sudah duduk santai berbenah benah dan packing barang untuk perjalanan berikutnya ke Toraja.
Jam 18.00 rombongan terakhir Buah jantan dan Guide sampai di posko,Alahamdulillah kami semua sudah kembali dari XPDC Gunung Latimojong  dengan selamat sampai di dusun Karangan. Sehabis magrib jam 19.00 kami pamitan dengan kepala dusun sambil memberikan infak untuk pembangunan mesjid yang dikumpulkan dari pendaki.
Jam 19.30, dimalam yang semakin dingin diterangi taburi cahaya bintang kami meninggalkan desa karangan yang indah dan damai.
Kami kembali duduk terperangah di Land cruiser butut yang menghempas hempaskan tubuh kian kemari di jalan yang tidak pernah tersentuh aspal itu,Capek,pegal saat ini rasanya sudah terbayar dengan segala kenangan yang didapat dalam perjalanan,entah kapan akan bisa kami kunjungi lagi,akhirnya kantuk yang tak tertahankan telah mengantar kami di tanah Toraja.
Sampai ketemu di perjalanan berikutnya…



1 comment:

  1. Mantap sekali perjalanan mendaki gunungnya.....seakan-akan awakpun ikut serta dalam membaca ceritanya.

    ReplyDelete