Pages

Wednesday, July 10, 2013

Blusukan di Brunai Darusallam




Lebih kurang satu setengah jam penerbangan dari kualalumpur ke Brunai dari ketinggian aku melihat hutan diujung kalimantan itu seperti hutan riau di tahun 80an dulu masih rimbun tapi makin ke kota makin kelihatan "gundul"nya.
Di Brunai international airport aku mendapatkan kesan yang sangat bersahabat dari para petugas,para petugas imigrasi dan custom menyapa kami dengan ramah,kesan pertamaku negara ini sangat santun pada pendatang.
Sambil menyodorkan pasporku yang sudah di cap petugas imigrasi tersebut mengucapkan "silahkan dan selamat berlibur di Brunai",aku buru buru keluar untuk segera menemui anak cucu yang dari tadi melambai lambai kami dari balik dinding kaca.
Sesampai diluar istriku msngingatkan satu packetku tertinggal..ouup aku kaget spontan kembali kedalam  dan minta izin petugas custom untuk mengambil backpack yang tertingal.
Aku memasuki Bandar sri begawan pada saat hari sudah mulai gelap semaraknya lampu bandar dan kilauan kubah mesjid Hassanah Bolkiah menambah keindahan malam itu,kami menuju perumahan Armada Tungku eksekutif housing di daerah Kampong Tungku daerahnya lebih kurang 12km dari pusat Bandar,jalan free way yang dilalui tidak dipungut bayaran,lalu lintas tidak begitu banyak malah terasa agak sepi dibanding jalannya yang lebar 3jalur.
Sepeda yang dipersiapkan bayu sepertinya lebih bagus dari sepeda turingku yang di pekanbaru,sedikit tune up aku siap untuk blusukan di Brunai area,google map sudah dipersiapkan untuk penentuan tujuan supaya ngga mutar mutar tanpa arah di daerah yang masih asing bagiku....namun hal semacam itu menambah keinginanku untuk bertualang.

Pagi selesai sarapan aku pamitan pada anak yang masih khawatir dengan penguasaan orientasiku di Brunai ini. Jam 07.30 sepertinya jalanan di Brunai ini belum ramai aku masuk dijalan Rakyat Jati Rimba cuaca pagi masih segar tetapi matahari sudah mulai memanasi hutan dengan pohon pohon akasia dan dipinngir jalannya dilindungi dengan pohon mahoni yang rindang,hanya sekali sekali aku berpapasan dengan kendaraan yang ada juga beberapa pengemudi yang menyapa dengan lambaian tangannya. sewaktu memasuki jalan Tungku terasa sedikit berbeda dengan adanya sedikit tanjakan dan turunan kiri kanan jalan juga sudah ada rumah penduduknya,aku perhatikan nama nama tempat usaha disitu menarik perhatianku misalnya ada Kedai Jahit yang maksutnya penjahit/taylor,gedung beraneka jimat hebat yang satu ini membuat aku harus turun sepeda untuk memastikannya,ternyata disitu dijual bermacam alat alat rumah tangga sampai ke pecah belah, ada lagi kedai Dobi yang ternyata adalah Laundry.Berangkat dari nama nama yang mirip dengan bahasa minang itu,malamnya aku mencoba lihat di wikipedia tentang Brunai Darusalam,ternyata banyak sekali bahasa melayu Brunai yang mirip bahasa Minang seperti: Inda'=tidak,Inda' Usah=tidak perlu,Takanang=takana=
teringat,Basuh=cuci,Labuh=jalan,Pergi ke Gadong(brunai)=pai ka gaduang (minang)=pergi ke pasar. Tidak hanya di Negeri Sembilan perantau Minangkabau mendirikan kerajaan, pada akhir abad ke 14 seorang perantau Minang lainnya Raja Bagindo juga mendirikan Kesultanan Sulu di Filipina Selatan. Awang Alak Betatar pendiri Kesultanan Brunei disebutkan berasal dari Minangkabau juga, bahkan saat acara peresmian replika Istana Pagaruyung di tahun 80 an Sultan Brunei Hassanal Bolkiah juga ikut hadir dan sempat mengatakan bahwa leluhurnya berasal dari Pagaruyung Minangkabau....

Memasuki jalan Gadong


Memasuki jalan Gadong baru terasa suasana kota besar,beberapa pusat perbelanjaan dan Mall ditemui,jalan mulai ramai tapi aku tetap menggunakan jalan utama karena tidak ada pilihan jalan lain. Walaupun itu dijalan utama tapi pengendara mobil sangat santun dan selalu memberikan peluang untukku apabila berpapasan di bundaran atau akan pindah jalur,aku mengayuh sepeda dengan perasaan aman dan nyaman.Sewaktu stop di suatu lampu merah salah seorang pengemudi dari dalam mobil ferarynya menyapaku kelihatannya etnis Melayu

driver: "Hallo Sir,where are you from?"

saya:Halo juga saya dari Indonesia

driver:are you cycling from Indonesia?

saya: tidak,hanya bersepeda di Brunai saja

Driver: okay...take care haah..bye

lampu merah menutup pembicaraan dua bahasa...rupanya remaja di Brunei sudah tidak menggunakan bahasa ibu mereka lagi karena disekolah juga sudah memakai bahasa inggris,tapi dikantor kantor atau birokrat wajib berbahasa Melayu.

Aku mendayung terus dengan santai kearah sungai Kedayan dan melewati taman Jubli perak,jalannya datar datar saja, trafik lebih ramai dan laju laju di daerah ini,dari tadi aku amati tidak satu sepeda motorpun yang ada di jalan raya apalagi sepeda.

Aku istirahat sebentar di pinggir sungai Kianggeh disitu ada pasar tradisional dan dermaga untuk naik boat ke Kampung laut,segelas air kelapa yang ku pesan dengan harga 1bnd=RP7800 cukup menghilangkan dahaga waktu itu

sungai Kianggeh

Sekarang masuk kedaerah Bandar Seri begawan disini tempat perkantoran pemerintah dan kota tuanya dengan mesjid sultan omar ali saifuddien ini adalah mesjid pertama di bandar seri begawan.
mesjid pertama di bandar seri begawan

menjelang zuhur aku mengarahkan sepeda pulang,tapi aku kehilangan arah karena google map yang aku hidupkan tidak menunjukan direction line tadi lagi,map yang ku pakai sekarang adalah bertanya disetiap persimpangan,aku telusuri jalan utama Sultan Hasanal bolkiah supaya bertemu simpang menuju rumah kami di Jalan Rakyat jati Rimba,disatu bundaran aku melihat dikejauhan kubah mesjid Sultan Hasanal Bolkiah,sepeda aku arahkan ke mesjid dengan melewati jalan pintas menyebrang jalan jalan raya yang penuh kendaraan,alhamdulillah kendaraan semua memberi jalan untuk ku lewati.

Kesempatan untuk mengambil foto di mesjid yang spectakuler ini tidak kusia siakan,mimbar dan bagian dalam mesjid yang dilapis emas sempat juga aku foto walaupun belakangan ku ketahui bahwa hal tersebut dilarang,tapi aku sudah terlanjur berarti itu rejeki mungkin ya..??Beberapa turis asing dari Australia,jepang dan Korea ikut melihat ornamen mesjid yang bergaya persia tersebut kayaknya mesjid tersebut terbatas pada ruang ruang tertentu juga terbuka buat turis.
Kampong air


Puas berfoto foto dan beramah tamah dengan jemaah yang ada aku lanjutkan bersepeda mencari jalan pulang,panas jam 13 siang sungguh menyengat seperti lebih  panas dari Pekanbaru rasanya.disetiap bundaran apalagi di jalan bebas hambatan aku hati hati sekali menentukan arah karena pernah satu kali aku terlanjur belok seharusnya lurus saja,akibatnya harus mutar jauh untuk kembali ke jalur yang betul.

Jalan raya tungku mengingatkanku ke jalur pulang yang pernah di tempuh tadi,arah yang sudah jelas ini menguntungkanku untuk menggenjot sepeda lebih kencang karena aku tidak mau berlama lama di udara panas dan perut yang mulai lapar .Jam 14.30 aku sampai dirumah dengan terengah engah,2 botol pocari dingin yang dihadiahkan MR kutenggak sampai titik akhir,kuselonjorkan kaki sambil bermimpi lagi untuk rute besok yang lebih menarik....

Aku bilang sama anak,
saya mau kelilingi negeri dong lagi,kemarin belum lengkap dong nya...
Anak: lha dimana tuh..?
Saya: ke Gadong,Tutong,Jurong,jerudong,Pelumpong dan Sengkurong dooong..dan kalau sempat mau cari kedondong..heheee
Nama nama daerah di Negeri Brunai memang banyak memakai akhiran Dong,umumnya nama nama tempat setingkat kabupaten di indonesia memakai akhiran dong.

Daerah Brunai seluas 5765km2 sangat kecil,hanya 1/7  jawa barat,tapi penduduknya sepertinya sangat seimbang dengan daerahnya,malah terasa sepi seperti daerah kecil Mobil alabama atau New orleans di tahun 76an serba teratur tidak ada macet,tidak ada bunyi klakson mobil yang pernah kudengar,tidak ada disrobot angkot jalannya nyaris tak berdebu apalagi lobang yang bisa ditanami pohon pisang,tanda penunjuk jalan sangat informatif dan tidak khawatir akan hilang arah,hanya saja aku harus hati hati bersepeda jangan salah jalur bisa jauh mutarnya.
Tanjakan yang tinggi jarang sekali ditemui jadi untuk bersepeda tantangannya hanya panas yang ruaar biasa 34deg C,kulit tanganku sempat melepuh karena kelupaan pakai sarung tangan,pantas kuperhatikan biker di Brunai ini banyak yang gowes di sore atau malam hari mereka berkelompok menelusuri jalan jalan kota.
Suatu kali aku bersepeda dari rumah di daerah Tungku ke daerah Muara melewati Lebuh raya Tutong-Muara dengan jarak 32km,udara  pagi jam 09.00 sudah terasa menyengat,aku mengayuh santai di jalur paling kiri sambil mengamati hutan yang masih asri,kendaraan melewatiku hanya satu satu sepertinya aku sendiri mahluk disitu saking sepinya,Dikejauhan aku lihat ada tanda Taman rekreasi Hutan Berakas,naluriku untuk masuk hutan muncul..hehe kayak orang hutan aja..Sepeda kuarahkan ke hutan tersebut pos jaga yang ada disitu terlihat kosong,dan ada satu shelter lagi namanya Tongkat Ali (kayak nama obat kuat..?),tapi masih juga ngga ada orang mikir beli tiketnya dimana..? aku masuk terus pengen tahu juga kayak apa hutan rekreasi tersebut dan beberapa meter didalam hutan ada pos lagi disitu ada petugas menunggu,lalu aku tanya "beli tiket dimana pak?" sambil senyum dijawab "Free laa,..masuk saja,kalo awak nak berbasikal disitu lebih bagus" dia menunjuk ke hutan berbukit.

Hutan Berakas


Aku terusuluri dulu jalan aspal ditaman tersebut yang akhirnya ternyata tiba di pinggir tebing yang tidak begitu curam dan dibawahnya terlihat pantai yang bersih dan lingkungannya sangat terawat,tidak ada orang disitu hanya ada aku dan beberapa ekor monyet...unik juga satwanya disitu paduan satwa laut dan hutan,didekat laut ada camar camar laut dan di pinggir hutan dekat aku duduk ada kicauan enggang dan teriakan monyet monyet kecil sedang bercanda seperti konser alam yang enak didengar....
Aku masuk Treck sepeda yang diberi tahu petugas tadi ternyata treck tersebut adalah treck untuk down hill,naik jauh ke bukit yang cukup rimbun hutannya lalu di beberapa diberi jumping ground,aku tidak siap untuk mencoba jumping tersebut..mendingan dituntun saja dari pada di evakuasi...treck yang ada betul betul alami dan diisetiap persimpangan di hutan tersebut ada tanda tanda  arah untuk keluar/exit.
Menjelang dzuhur aku keluar hutan Berakas dan masuk ke jalan raya Muara sesuai tujuan awalku,2 potong pisang raja Brunai ukuran besar yang sangat enak dan beda rasanya mengenyangkan perutku dan dua botol air mineral mengembalikan tenagaku untuk memacu ke arah Muara yang masih 20km lagi.
Distrik Muara adalah kota paling utara dari Brunai dan disitu terletak pelabuhan laut dan markas Mariner kerajaan Brunai yang ,sepeda aku arahkan ke pantai muara.Pantainya bersih dan dilengkapi fasilitas olah raga pantai serta jogging track dan sepeda.dari monumen yang ada disitu terbaca taman tersebut adalah tempat pendaratan tentara Australia dan sebagai tanda persahabatan Australia dan Brunai.
Tidak berapa lama duduk dipantai lalu aku mendatangi food court dan memesan makanan "nasi katok" yang sangat populer di Brunai,dimana ada kedai makan umumnya ada nasi katoknya.Nasinya sangat gurih dengan satu potong goreng Ayam yang kripsi serta sambal yang sedikit manis,harganya hanya $1 brunai (=rp 7800).
Sebelum Dzuhur aku menuju ke mesjid Setia Ali yang terletak di Pekan Muara,mesjid di Brunai ini pada umumnya besar bagus ber ac dan diberi nama dengan nama keluarga Raja (istri atau anak),dananya dari kerajaan. Sulitnya di Brunai mesjid mesjid jarang  di pemukiman penduduk,sehingga kalau waktu sholat datang kita agak jauh untuk mendatangi mesjid.
Puas bermalas malas di mesjid aku lanjut menuju pulang ke rumah melalui jalur Tutong highway lagi,jam 15.00 sore dengan tubuh yang basah berkeringat aku sampai di rumah lagi......mimpi ke Kampong air....?

 


1 comment: