Pages

Monday, March 23, 2015

2.TOUR de ASIA_GOWES KE BARELANG

20 Oktober 14.
Ratusan unit dormitori dikomplek tempat kami menginap di muka kuning terlihat kosong tidak berpenghuni.
Menurut kawan kawan yang sudah lama tinggal disitu,dulunya perumahan yang dibangun oleh otorita Batam tersebut penuh oleh para pekerja sehingga muda muda sehingga geliat kehidupan jelas terlihat waktu itu,tapi sejak 5 tahun terakhir beberapa investor menarik diri dari Batam akibatnya terjadilah phk,pengurangan tenaga kerja ini berdampak menurunnya tingkat hunian ditambah lagi pekerja pekerja yang sudah berkeluarga pindah keluar komplek.
rsebut untuk posko kegiatan remaja seperti posko pencinta 

POSKO BATAM BIKE CAMPING


Otorita Batam memanfaatkan tempat tempat kosong tealam,posko pramuka,library dan posko bike camping Batam.
Di posko bike camping inilah kami menginap sebagaimana juga pernah menginap beberapa peturing local dan luar negri.
Tadi malam beberapa anggota komunitas berkumpul diposko dengan acara ramah tamah bersama team TdA,mereka sangat tertarik mendengar pengalaman pengalaman dari kami para tamu yang datang,kami juga merasa akrap sekali dengan anak anak muda pekerja dan energik tersebut.
Hampir jam 10malam mereka pamit karena besok mereka juga harus masuk kerja dan kami juga sudah kelihatan loyo sehabis perjalanan panjang dari pekanbaru.
Sayup sayup aku mendengar azan subuh berkumandang, aku lihat jam menunjukan jam 04.45 wib,aku bangun pelan agar vertigoku ngga kambuh,joker yang hobi tidur di bawah kipas angin masih belum bangun begitu juga opung "yosef situmorang" partner baruku dalam TdA  terlihat masih lelap.
Habis subuh kompor yang dibawa dongkrak aku nyalakan untuk merebus air panas untuk ngopi pagi.

ke Barelang

Sepeda kami sudah dipersiapkan untuk meluncur ke Barelang sejauh 47km dan pulang pergi menjadi 94km.
Fahrul 28tahun yang menemani kami hari itu sengaja minta izin kerja demi menemani kami,saya sangat kagum dengan keikhlasannya ini.
Dari muka kuning kami  menelusuri jalan kearah selatan menuju Rempang dan sebelum masuk jalan ke Rempang kami dibawa oleh Fahrul kerumah orang tuanya yang tinggal disuatu komplek.
Jalan raya sudah mulai dipenuhi kendaraan warga yang menuju ke tempat kerja di muka kuning sebagai kawasan industri.
Kendaraan roda dua lebih mendominasi saat itu lainnya roda empat,arus lalu lintas cukup laju jadi kami bisa juga mengikuti dengan leluasa dan cukup kencang. Menjelang jembatan 1 Kontur jalan cukup datar dan sekali sekali ada tanjakan dan turunan yang tidak begitu tinggi sehingga kami bisa bersepeda meliuk liuk dengan santai.
Pada km20 dikejauhan kami melihat jembatan 1 yakni jembatan Barelang yang merupakan rangkaian 6 buah jembatan yang terpisah menghubungkan Pulau Batam dengan pulau-pulau di selatannya yakni Pulau Tonton, Pulau Nipah, Pulau Setoko, Pulau Galang, dan Pulau Galang Baru.
Barelang itu sendiri adalah singkatan dari BAtam REmpang gaLANG, dua nama terakhir adalah nama dua pulau besar yang termasuk dihubungan oleh jembatan ini. Meskipun pada dasarnya tiap jembatan memiliki nama resmi, orang-orang lebih menamainya berdasarkan urutannya dari Pulau Batam yakni Jembatan 1, jembatan 2, dan seterusnya sampai dengan jembatan 6. Jembatan 1 adalah tempat yang paling banyak dikunjungi masyarakat dibandingkan dengan jembatan yang lain.
Jembatan yang lebih tepat disebut dengan Jembatan Tengku Fisabilillah ini adalah tempat favorit bersantai bagi masyarakat Batam, terutama di akhir pekan dan hari-hari libur. Di waktu-waktu seperti ini terutama menjelang sore hari, ruas kanan kiri jembatan dipenuhi oleh pengunjung yang datang beserta kendaraannya masing-masing baik mobil maupun motor. Tempat ini pun banyak didatangi para kawula muda, baik yang berpasang-pasangan maupun yang datang berkelompok. Sebagian pengunjung datang membawa alat pancing, berusaha menangkap ikan di sekitar kawasan jembatan.
Jembatan yang baru selesai dibangun pada tahun 1998 atas prakarsa B.J. Habibie ini memiliki arsitektur unik, sekilas mengingatkan kita akan jembatan terkenal yaitu Golden gate di san fransisco Amerika. Selain keindahan bentuk jembatan itu sendiri, memandang ke arah laut dari ketinggian puluhan meter sambil melihat pulau-pulau kecil di sekitarnya adalah pengalaman yang sangat membekas di hati. Air laut yang terhampar bersih tak tercemar, dengan arus yang relatif tenang tanpa ombak, beserta warna birunya laut yang sangat alami, apalagi turut dihiasi dengan warna-warni sinar mentari di pagi hari pasti akan membuat takjub siapa saja yang pernah berkunjung kesini.
Aku melihat joker dan opung Yosef begitu semangat nya mengambil semua sudut untuk berfoto saat itu,Fahrul teman muda kami ikut membantu pengambilan foto foto indah tersebut.
JEMBATAN1 BARELANG

Kami melanjutkan perjalanan sambil memandang pemandangan laut yang sangat menakjubkan.
Jika merasa haus dan lapar,kita tak perlu khawatir karena ada banyak makanan dan minuman tersedia di pinggir jalan. Di antara makanan yang dapat ditemukan antara lain jagung bakar, udang dan kepiting goreng, mie ayam, bakso, sate padang, pop mie dan berbagai snack-snack makanan ringan. Aneka minuman di antaranya, kelapa muda, teh, kopi, aneka minuman botol /kaleng, ataupun buah ciri khas Batam yaitu buah naga (dragon fruit) yang mungkin bisa dinikmati dalam bentuk jus. Selain warung-warung kecil di sisi jembatan, banyak juga diantara penjual makanan/minuman ini yang memakai sepeda motor bergerobak menjajakan makanannya. Bagi penikmat seafood, ada berbagai tempat makan seafood di sekitar jembatan Barelang ke-1 dan ke-2 baik berupa restoran modern maupun dalam bentuk tradisional yang bangunannya bisa menjorok sampai ke atas laut.
Jarak dari pusat kota Batam ke Jembatan 1 Barelang berkisar 20km. Sementara dari pusat kota ke pulau Galang lebih kurang 50 km. Walau terlihat jauh lebih dua kali lipat nya dibandingkan ke jembatan 1 Barelang, perjalanan menuju pulau Galang, dimana terdapat Ex CampVietnam, jauh lebih cepat dari yang diperkirakan dikarenakan kondisi jalan yang bagus, besar, dan relatif tak banyak kendaraan. Kami disuguhi pemandangan yang cukup memukau selama perjalanan karena dikanan kiri jalan pada dasarnya masih sangat asri. 
TEMPAT PEMUJAAN

Pemandangan pulau yang berbukit-bukit dengan tanahnya yang merah namun masih alami dan penuh dengan tumbuhan hijau, diselingi dengan ladang-ladang tradisional masyarakat ataupun perkebunan buah naga (dragon fruit), dan dari kejauhan tampak birunya air laut adalah suguhan yang bisa dinikmati dengan mudahnya. Aku terhanyut dalam suasana yang eksotis, membuat aku lupa dengan segala masalah yang membebani pikiran, dan mendapatkan semangat dan inspirasi baru dalam hidup. Kesemuanya bersumber dari keelokan alam yang masih sangat alami, jauh dari hiruk pikuk keramaian, dan udaranya yang bebas dari polusi.
Udara yang cukup panas membuat kami sedikit kepayahan tapi adanya pemandangan yang indah sepanjang jalan membuat kami tetap bertahan hingga akhirnya kami sampai di jembatan 5,dari sini kita memandang
Ex Camp Vietnam terletak di Pulau Galang, atau setelah jembatan ke-5 dari Pulau Batam. Kamp yang dibangun oleh Komisi Tinggi PBB untuk Urusan Pengungsi (UNHCR) dan Pemerintah Indonesia ini menurut sejarahnya sempat menjadi tempat tinggal sementara 250.000 pengungsi dari daerah Vietnam dan sekitarnya mulai pertengahan tahun 70 an hingga pertengahan tahun 90 an.
Selesai sholat dzuhur di mesjid desa yang ada kemudian kami langsung memasuki kawasan camp seluas sebuah desa ini para pengungsi dahulunya tinggal, bermain,beribadah dan melakukanaktivitas keseharian lainnya. Anda akan dengan mudah melihat bangunan-bangunan kosong bekas tempat tinggal mereka, baik yang nyaris masih utuh maupun yang sudah berupa puing-puing.

PUING KAPAL VIETNAM
Ada juga bekas kapal yang mereka gunakan untuk berlayar, bangunan bekas rumah sakit, gereja, kuil, dan kuburan umum. Di antara bangunan tersebut, ada gereja dan pagoda yang masih aktif digunakan hingga saat ini, dan kita bisa masuk dan berkunjung kesana. Terdapat juga museum yang berisikan berbagai peninggalan, hasil kerajinan dan ketrampilan tangan mereka, foto-foto dokumentasi kehidupan mereka, dan lain sebagainya.sedang asyik menyaksikan berbagai fakta sejarah ini, monyet-monyet kecil dan lucu muncul mengagetkan dan menghibur,mereka bisa  ditemukan bebas berkeliaran di pinggir-pinggir jalan. Mereka pada dasarnya menunggu pengunjung untuk memberi mereka makanan, terutama pisang. Terdapat juga beberapa ekor rusa yang bisa disaksikan tak jauh dari lokasi monyet-monyet itu berada dan museum.
Puas mengelilingi pemukiman Vietnam tersebut kami langsung mengarah pulang,perjalanan pulang rasanya lebih santai karena kondisi jalannya banyak yang menurun. Sebelum jembatan 1 kami mampir disebuah warung yang menghadap pantai untuk memcicipi jus buah naga (dragon fruit),suasana yang indah dan asri membuat rasa jus makin terasa sejuk dan nyaman di krongkongan.
Sekitar jam 5 sore sepeda kami kembali melewati jembatan 1 yang semakin ramai kiri kanannya dengan pengunjung,hari sudah mulai gelap kami memasuki komplek muka kuning dengan perasaan puas.



KUIL BUDHA VIET NAM

Selesai mandi,malamnya kami didatangi oleh teman teman Batam Bike Camping diajak nite riding ke kota,tawaran yang cukup menarik ini kami terima,sekitar 10 sepeda kami menuju daerah Nagoya lalu disuatu cafe angkringan Ontel yang cukup nyaman dengan live music kami istirahat disitu untuk makan malam,suasananya sangat istimewa tenang diiringi musik rege sambil duduk lesehan,untuk menghormati teman teman batam,kami trio tasman,joker dan opung Yosef menyumbangkan sebuah lagu "Lisoi" yang menjadi icon kami nanti selama pengembaraan.



cafe angkringan Ontel Batam

Pagi 22 Oktober diantar oleh fahrul dan Arif Gumai yang ternyata seorang TNI Marinir mengantar kami menuju dermaga ferry Sekupang untuk tujuan Singapore.
Seumur umur baru kali itu kami bersepeda yang di escort oleh seorang Marinir,hingga pemberangkatan kami baru Arif dan Fahrul hilang dari hadapan kami..sampai jumpa lagi sahabat..(Bersambung)

2 comments:

  1. Terimakasih sudah membaca pak Robet,salam satu pedal juga dari san francisco.

    ReplyDelete