Pages

Saturday, August 31, 2019

1.Rahasia gunung Argopuro


1.Bismillah
Pertanyaan demi pertanyaan mengenai perjalanan begitu menggugahku untuk lebih dalam memahami dan menguak rahasia semesta raya ini.  Konon, setiap manusia ditakdirkan menjadi pengembara dalam hidupnya yang tak pernah berhenti pada satu titik perhentian.
Gunung Argapura menggelitikku untuk mendaki dan lebih mengenalnya meskipun hanya memiliki ketinggian sekitar 3.088 mdpl, namun jalur pendakiannya cukup panjang. Tak heran jika disebut trek pendakian terpanjang di Pulau Jawa yaitu sekitar 63 Km.
Gunung ini berada dalam wilayah Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Jember, Kabupaten Bondowoso, dan Kabupaten Situbondo, dengan puncak Rengganis ada di wilayah Kabupaten Jember. Di kawasan Puncak Rengganis konon menurut cerita masyarakat sekitar bermukim Dewi Rengganis, adik dari Nyi Roro Kidul.
Ikuti perjalanan ku.

24 Agus 2019 (H1)
Bandara juanda ke Basecamp Baderan.
Setelah menempuh penerbangan dari pekanbaru selama 2jam akhirnya Jam 09 pagi kami sampai di bandara Juanda Surabaya.






Aku dan tiga teman lainnya dari Pekanbaru,Parno, Sakai dan Hernia berjalan santai keluar terminal sambil mendorong trolly berisi carrier yang akan kami bawa dalam xpdc ini.
Bandara Juanda yang rapi dan bersih dipadati pengunjung,udara terasa sedikit panas mungkin karena aku baru turun dari pesawat yang cukup dingin.
Kami bergabung lagi dengan rombongan dari jakarta,Eka, Muchdi, sikumbang,cilukbra dan pak Muchdi kemudian satu orang pendaki wanita yaitu Wallet yang datang dari solo.
Jam 12 siang rombongan yang berjumlah 12 orang menuju basecamp pendakian yaitu desa Baderan kecamatan sumbermalang kabupaten Situbondo. Mobil hiace yang cukup nyaman membawa kami melewati kota situbondo,Besuki kemudian masuk ke barat melewati desa desa kecil di gugusan pegunungan.
Dalam perjalanan aku sangat menikmati Keindahan alam pegunungan serta desa desa kecil yang kami lewati,hingga tak terasa jam 19.00 sore kami sampai di desa Barderan. Ari seorang Guide yang akan memandu kami sudah menyongsong kedatangan rombongan ini. Dalam kegelapan malam dan suhu dingin pegunungan kami turun dari bus lalu menuju basecamp ukuran 6x6meter yang terletak di pinggir jalan yang menanjak.
Ada beberapa rumah penduduk disekitarnya terlihat dengan penerangan listrik yang temaram,dan tidak aku lihat penduduk diluar waktu itu.
Ari Guide memberi tahuku bahwa tidak jauh kearah atas tanjakan ada Surau lalu kami coba berjalan kearah tanjakan jalan dengan beberapa kawan yang akan sholat. Dari satu surau kecil kami mendengar lantunan ayat ayat suci Alquran dari anak anak desa. Dua orang guru mengaji laki laki separuh baya menyimak bacaan muridnya  bergiliran. Sungguh suasana ini mengingatkanku kehidupan masa kecil didesaku dulu,namun sejak adanya media telivisi keluarga keluarga mengabaikan tradisi mengaji sehabis magrib itu. Malam ini kami yang laki laki tidur di posko dengan menggelar matras dan dua orang pendaki putri Walet dan Ayu dapat tumpangan di rumah petugas perhutani. 

Agak sulit mataku terpejam,sewaktu hampir tertidur bantal tiupku meletup bocor setelah itu sulit tidur,tengah malam suhu udara melorot dingin dan sleeping bag terpaksa aku keluarkan,terasa sedikit nyaman hingga dibangunkan azan subuh berkumandang lalu buru buru ke surau.
25 agus Ahad, (H2)
Basecamp Baderan ke Cisentor  camping ground 9 jam.
Guide mengumpulkan kartu identitas kami untuk petugas perhutani lalu sedikit briefing dan berdoa maka Jam 6.30 pagi 12 orang pendaki diantaranya ada dua wanita diantar naik motor sampai portal Rimba sejauh 4.2km. 
beberapa ojek untuk ke Pintu rimba

Aku duduk dibelakang pengemudi dengan ransel kecil dipunggung dan dua matras ditangan,mas Ahmad 25thn sang pengemudi ojek mengempit ransel 60literku dengan kakinya. jalan tanah yang rusak,hampir sepanjang jalan ada alur alur aliran air sedalam hampir 30cm,sehingga jalan motor harus selalu mengikuti alur ini atau sepeda motor bisa jatuh. Rasanya jalan ini tidak layak untuk pakai sepeda motor tapi hal ini tetap dilakukan untuk menyingkat waktu ke pintu rimba.
Motor melaju meraung menembus kesunyian hutan pegunungan Argopuro,masing ojek lari kencang ingin mendahului untuk mengelakan semburan debu dari kendaraan didepan.
Debu beterbangan memaksa aku sekali kali menahan nafas.
Perasaanku yang tadinya tenang sekarang nyaliku terasa ciut melihat tanjakan yang terjal,pengemudi menggeber gas yang dalam agar motor mampu naik tanjakan sekaligus mampu mengendalikan motor dijalur yang berlobang lobang.
Aku bertanya pada Ahmad apakah aku perlu turun ditanjakan ini,dengan santai Ahmad menjawan dengan logat maduranya "nang tenang saja pak,biasa ini pak". Diturunan sepeda motornya kembali laju meliuk dijalur tanah berdebu tersebut. Dikejauhan aku melihat satu tanjakan menjulang,aku cari akal agar bisa turun dari sepeda motor lalu beritahu Ahmad agar Aku turun dulu mau ambil video dan dia naik duluan keatas. Perasaanku lega bisa turun di tanjakan "gila"tersebut,Ahmad melesat keatas meliuk kiri kanan tanpa penumpang,aku menyusul jalan kaki pelan terengah engah. Apabila ada ojek Yang akan berpapasan dari arah berlawanan kami mencari tempat lapang.
Setelah keluar masuk jalan sempit selebar 0.8 meter yang pas untuk satu motor kami sampai di Pintu Rimba/Makadam jam 8.30 pagi. Perasaanku terasa lega bisa lolos dari ancaman jatuh dimotor atau lutut tersrempet tebing pinggir jalan namun dari Hernia aku ketahui dia sempat jatuh dari motor dan Alhamdulillah tidak ada yang cidera.
Mulai dari pintu masuk ini sepeda motor tidak diizinkan masuk kehutan dan Kami mulai murni berjalan kaki sini.
hutan dan jurang

Dari Pintu masuk/Makadam kami berjalan kaki menuju Mata Air I/ KM 4,2 (2jam)
Jalan sedikit licin dan ilalang menjulang tinggi. Pada perjalanan aku perhatikan banyak tumbuhan gatal dan berduri. 
Pos Mata Air 1 kita bisa camping menampung 3-5 tenda. Di sini juga terdapat sumber air tapi kami tetap lanjutkan perjalanan.
Mata Air I – Mata Air II (2jam)
Perjalanan selanjutnya agak santai dan mudah. Kita akan berjalan menyusuri punggung bukit naik dan turun dengan dikelilingi vegetasi rumput ilalang.
Matahari mulai menyengat kulit namun semua ini terbayar dengan kecerahan udara dan langit membiru.
semangat seperti serdadu 

Awan putih menutupi beberapa bagian kaki bukit,aku menghirup udara segar pegunungan yang selalu menggodaku untuk datang.
Kami berjalan beriringan dengan semangat seperti serdadu yang siap tempur.
Suasana yang berbeda dengan gunung lain saya rasakan saat mendekati Pos Mata Air 2. Kanan kiri adalah jurang dengan pepohonan yang rindang namun tidak terlalu lebat. Mataku mulai tidak fokus dengan jalur, melihat ke kanan dan ke kiri sampai kaki terantuk-antuk rerumputan.
Rombongan mulai terpecah menjadi beberapa kelompok,Sakai, Sikumbang,Parno,walet dan Torpedo melaju didepan sementara aku Cilukbra di tengah dan joker,Pemboker,Ayu dan Salon berada di rombongan belakangan.
Ari dan yuda guide kami berjalan mengapit rombongan dari depan dan belakang. Beberapa padang savana sudah terlewati
savana pertama

Langkah kaki kami mulai mengecil menapak jalan jalan kecil selebar 30cm dan berlekuk kedalam sehingga kadang bisa membuat kaki tertekuk sewaktu menapakannya.
Pos Mata Air II ini kita juga bisa menjumpai sumber air
Mata Air II – Cikasur (1jam)
Perjalanan menuju Cikasur adalah perjalanan yang akan sangat menyenangkan. Kita akan berjalan melewati savana yang luas.
Harapanku saat itu ingin melihat burung merak atau macan kumbang. Mataku awas melihat ke hutan kalau beruntung bisa melihat hewan tersebut dialam liar,namun yang aku temukan hanya rontokan bulu bulu burung yang aku kurang pasti jenisnya. 
kadang ada tanjakan berdebu
Sekali kali aku dengar bunyi merak merak di hutan. Beberapa saat aku melihat jurang yang dibawahnya  dialiri air sungai yang jernih dan diseberang jurang sana ada savana yang luas dan terlihat dikejauhan kawanku yang sedang berjalan di savana. 
Salon yang berjalan ber-iringan denganku turun kejurang sungai mengambil air minum,ada keinginanku untuk turun juga mengambil air minum tapi rasa capek dan panas yang menyengat aku urungkan niat tersebut dan aku lanjut mengikuti jalan datar menuju savana. Ini lah savana Cikasur yang luas.
memasuki padang Savana Cikasur

Di padang rumput ini ada bangunan yang sudah runtuh dan konon kabarnya dulu disini lapangan terbang yang sudah tidak beroperasi lagi, dan dibangun sejak tahun 1940 oleh AJM Ledeboer sebagai kegiatan pembudidayaan rusa yang di datangkan dari luar negeri,cerita lainnya untuk pembangunan lapangan terbang ini dilakukan oleh penduduk lokal lalu mereka dibunuh agar lapangan terbang tersebut bisa dirahasiakan penjajah belanda.
Kami istirahat dibawah pohon besar yang rindang ditengah savana ini,selesai makan siang dan sholat dzuhur,kami melanjutkan perjalan menuju Cisentor.
Cikasur - Cisentor
Ditengah  savana Cikasur ada petunjuk jalan  ke arah kanan menuju Cisentor. Trek tidak terlalu menanjak dan hanya melintasi bukit dengan savana yang rapat sebelum masuk ke dalam hutan yang tidak terlalu rapat. Kemudian kami  mendaki dua bukit yang banyak terdapat pohon pinus bekas kebakaran terlihat menghitam dibagian bawahnya namun tetap hidup.
Aku berjalan bertiga beriringan dengan Torpedo dan Parno,diperjalanan terlihat beberapa monyet yang memperhatikan kami dan bunyi ayam hutan terdengar dikejauhan.
Disuatu lereng bukit yang penuh belukar,parno terkena jelatang atau di jawa timur menyebut tumbuhan Jiancuk,apabila kena kulit akan terasa perih sekali.
daun jelatang
Setelah sampai di puncak bukit, aku menyusuri lereng gunung di sisi jurang yang sangat dalam. Sampai di ujung bukit, harus menuruni tebing yang curam dan licin,akhirnya sampai di sungai yang jernih,lebih Keatas sedikit ada shelter dari kayu. Akhirnya sampai cisentor 2050 mdpl jam 15.35  dengan waktu tempuh 9jam.
Cisentor tempat yang cocok untuk mendirikan tenda karena ada sumber air dan tempat bermalam yang teduh. Terdapat juga shelter yang bisa digunakan untuk beristirahat maupun bermalam sebelum melanjutkan pendakian Gunung Argopuro selanjutnya. Kami mendirikan lima tenda dekat shelter dan logistik ditempatkan di shelter sekalian tempat memasak. Sebelum magrib aku buru buru mandi disungai,mandi "pisang goreng" rasanya lebih afdol karena tempat nya tersembunyi. Begitu masuk air Subhanallah.... terasa seperti mandi dengan air es,aku buru buru pakai sabun dan berendam lagi,terasa agak hangat kalau berendam tapi begitu keluar dinginnya bukan main apalagi ditiup angin makin menggigil badan ini.
basecamp cisentor

Magrib terasa makin dingin tapi kami tetap sholat jemaah di luar tenda,sambil menunggu makan malam ,Torpedo memberikan tausiah pendek. Makan malam kami ngumpul dishelter dan disuguhi sup Rawon tak lupa kerupuk palembang dan cemilan menjelang tidur pisang goreng. Satu persatu kawan kawan masuk tenda karena tidak tahan rasa dingin malam. (bersambung)
















3 comments:

  1. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  3. mari gabung bersama kami di Aj0QQ*com x-)
    BONUS CASHBACK 0.3% setiap senin
    BONUS REFERAL 20% seumur hidup. ;-)

    ReplyDelete