Pages

Thursday, November 10, 2011

HARI KE DUA 17 OKTOBER 2011,MALANG/SAWOJAJAR MENUJU TUMPANG,RANU PANI



Semeru,nampak Puncak Mahameru yang kerucut ideal. Garis merah adalah rute pendakian, yang diawali dari desa Ranu Pani, lalu Watu Rejeng, Ranu Kumbolo, Oro-Oro Ombo, Cemoro Kandang, Jambangan, Kalimati, Arcopodo, Cemoro Tunggal, dan terakhir puncak Mahameru. Panjang jalur pendakian ini sekitar 17-18 kilometer.

Gunung Semeru dipercayai sebagaian penduduk sebagai gunung suci dan kediaman para Dewa, Sumeru gunung tertinggi di pulau Jawa dengan ketinggian 3.676 Mdpl (puncak Mahameru). 
Dari beberap literature diketahui pada tahun 1913 dan 1946 Kawah Jonggring Saloka memiliki kubah dengan ketinggian 3.744,8 M hingga akhir Nopember 1973. 

Gunung ini masuk dalam kawasan Taman nasional Bromo Tengger Semeru. Taman Nasional ini terdiri dari pegunungan dan lembah seluas 50.273,3 Hektar. Terdapat beberapa gunung di dalam Kaldera Gn.Tengger antara lain; Gn.Bromo (2.392m) Gn. Batok (2.470m) Gn.Kursi (2,581m) Gn.Watangan (2.662m) Gn.Widodaren (2.650m). Terdapat empat buah danau (ranu): Ranu Pani, Ranu Regulo, Ranu Kumbolo, Ranu Darungan. 


 foto gunung Sumeru 3.676 Mdpl                    
Aku terbangun dengan suara kawan kawan yang bersiap siap untuk sholat Subuh  dan sedikit kaget dengan keberadaanku saat itu jam menunjukan 04.20wib udara tidak begitu dingin,segera aku bangkit dan menuju kamar mandi untuk ambil udhuk dan ikut sholat subuh berjamaah dengan kawan kawan.

Suasana sehabis sholat sangat akrab dan menyenangkan karena baru bertemu dengan beberapa kawan yang masih tidur ketika kami sampai malam tadi.Auful dan Anton dari Samarinda,Anak Ayam,Mas Yudi dan yudi kecil dari Jakarta serta Sakai putih,Simanto dan Lenggok Uni dari Duri yang duluan 1hari dari kami berangkatnya .

Aku segera recheck perlengkapan yang akan dibawa dan yang akan ditinggal dan setelah ditimbang ransel yang akan ku bawa seberat 3.5kg,beban yang sedang untuk perjalanan ke gunung.

Jam 06.00wib team berkumpul untuk dapat briefing dari guide Mas PraData seorang activis/penasehat club YEPE yaitu club pencinta alam yang cukup dikenal di Malang.
Kami di pandu oleh Mas Data dan 8 orang porter yang ikut mendukung XPDC ini,kami diberitahu tempat tempat yang akan disinggahi berikut perkiraan waktu yang pencapaiannya.

Jam 07.30wib 3 mobil  angkot yang akan membawa kami ke Desa Tumpang sudah dimuat dengan barang barang bawaan dan juga logistic selama XPDC nanti.

Didepan angkot yang akan membawa kami desa Tumpang
                  
Udara pagi itu sangat cerah,kami berkumpul di luar rumah dan mas Data memperkenalkan masng masing porter yang akan ikut dalam expdc ini,lalu ditutupdengan pembacaan doa oleh Mas Data.

“Ya Allah bentuklah kami menjadi manusia yang berani,berani untuk sadar akan kelemahannya,berani hadapi diri sendiri manakala takut,bentuklah kami menjadi manusia yang teguh,teguh dalam kekalahan,tapi jujur,rendah hati serta berbudi halus dalam kemenanga.Bentuklah kami jadi manusia yang cita citanya tak pernah padam dan sanggup mewujudkan dalam tindakan.Berilah kami keinsyafan bahwa mengenal diri sendiri adalah landasan pengetahuan.

Ya Allah pimpinlah kami diatas jalan yang sukardan keras dan tumbuh dalam desakan dan tantangan agar kami dapat berdiri kokoh ditengah badai kehidupan maupun petualangan.Pimpinlah kami untuk memenangkan haridepan dan tak lupa untuk belajar dari masa lampau.Beri kami perasaan jenaka agar dapat bersungguh sungguh dengan hati riang.Berikan kami kerendahan hati dan selalu ingat Engkau sebagai sumber kesederhanaan dan keagungan yang asli,sumber kearifan dan kekuatan yang asli.Dengan demikian kami team pendaki Gunung dan penjelajah alam dapat memberanikan diri untuk berbisik perlahan hidup kami tidaklah sia sia”

Briefing dan doa sebelum berangkat                  

Setelah acara foto foto,maka jam 08.10wib 3 Mobil mobil angkot sarat dengan penumpang didalamnya serta diatas atap dijejal dengan muatan carrier para pendaki meluncur menuju desa Tumpang,jalan menuju Tumpang lancar leih kurang jam 08.50wib kami sudah sampai di desa terminal Tumpang,sebetulnya terminal ini hanya tempat inapan beberpa unit mobil Toyota land cruiser double gardan yang akan membawa kami ke desa Ranu pani.

Muatan dari angkot Suzuki carry di pindah ke 3 unit Mobil Toyota Land cruiser,dua diantaranya tidak beratap dan satu beratap,melihat mobil yang seadanya,kotor,plat nomor nyaris tidak terlihat,dalam hati aku berkata petualangan baru akan dimulai.

Porter kami cukup cekatan memuat barang dan jam 09.15 tiga mobil land cruiser meluncur Ranu pani.


Kebahagian dengan keterbatasan
                          
Sebelumnya kita mampir di Gubugklakah untuk memperoleh surat ijin, untuk umum dikenakan biaya Rp.6.500,- per orang, sedangkan untuk pelajar dan mahasiswa dikenakan biaya Rp.5.500,- per orang.

Kami sedikit menemui kendala untuk perizinan karena beberapa document belum ada copy pertinggalnya sehingga satu mobil harus kembali ke arah Sawo jajar untuk menari foto copy,akhirnya jam 10.00 wib kami baru bisa berangkat menuju Ranu pani.

Aku tepuk tepuk kursi depan yang dilapisi debu dengan harapan debu yang ada dikursi tidak terlalu mengotori celanaku,kami didepan bertiga dengan sopir dan dibangku belakang ada empat orang,sepertinya posisi ini adalah yang ternyaman dan terbersih menurut kami,semua menikmati kondisi ini dan canda kami makin kreatif…Toyota hardtop yang ku tumpangi menggambarkan kesederhanaannya,kotor dan kelihatan gagah dan tak pernah menyerah seberat apapun medan yang ditempuhnya ,dibawah kursi ada jerigen plastic berisi bensin dan aroma bensin menjadi pewangi kami dalam perjalanan.

melapor di pos Gubukklakah                              
Perjalanan menuju Ranu Pani sangat jelek sekali dan memang kalau mobil dengan single gardan sulit untuk menerobosnya,sekali-sekali mobil masuk lobang yang agak dalam dan terdengaran deru mobil yang berusaha keluar lobang di kuti badan kami yang juga ikut miring kiri dan kanan yang cukup ekstrim,kelihatan penumpang pada diam dan sekali sekali bersuara uuuugh…,yang mungkin mempunyai arti selamat deh gue…!! jalan sebelum desa Ranu Pani sempit.berdebu dan sebagian ada jurang dan hutan.

Beberapa kali mobil kami papasan dengan mobil lain dan salah satu harus berhenti supaya bisa lewat,beberapa mobil dengan berpenumpang orang orang yang baru turun gunung yang bisa diketahui dari tubuhnya yang penuh debu dan bergelantungan diatas dan pinggir mobil tak obahnya seperti para Mujahidin Afganistan dari medan tempur…mereka menyapa kami sambil berteriak halooo….hati hati rek…



Sapa dan senyum Sahabatku

Lebih kurang dua jam perjalanan yang cukup menegangkan,kami berhenti disuatu bukit,dingin udara pegunungan sudah terasa, sekeliling kelihatan lembah dan bukit dan beberapa bagian lereng bukit  kelihatan ladang penduduk  yang diliputi kabut awan. Sopir memeriksa sumber datangnya aroma bensin yang akhirnya diketahui dari slang bensin yang ada di tempat dudukku.


 Istirahat di bukit sambil menunggu perbaikan mobil

Sebelum memasuki desa Ranu Pani ada persimpangan kekiri untk menuju Gunung Bromo,beberapa jauh dari persimpangan disebelah kiri kita melihat pemandangan yang begitu eksotik yaitu dataran rendah dan berpasir ke Gunung Bromo,kelihatan dari atas jalan yang seperti dilukis dan ada dua kendaraan yang menuju kearah kaki Bromo



Foto kearah kaki bromo dengan lautan pasir.

Dari atas pebukitan kami melihat kebawah terlihat desa Ranupani seakan akan kami memasuki lembah kemudian terlihat beberpa rumah yang cukup modern.beberapa rmah sudah ada parabolanya. Majoritas penghuni Ranupani adalah suku Tengger,mereka adalah petani petani kentang,wortel,tomat dan lain-lain.Mereka sangat setia, tangguh dan ramah ramah sayangnya kami kesulitan untuk berkomunikasi karena mereka memakai bahasa tengger dan hanya sedikit sedit bahasa Indonesia.

Kami sampai di danau Pani atau Ranu Pani,terlihat permukaannya danau penuh ditutupi oleh enceng gondok,konon menurut porter kami yang berasal dari situ mengatakan bahwa enceng gondok tersebut terlalu cepat untuk berkembang sehingga paling lama satu bulan setelah dibersihkan maka permukaan danau akan tertutupi oleh enceng gondok lagi.tidak jauh dari danau kami berhenti sejenak disatu rumah yang kebetulan porter kami akan mengambil logistic di rumah tersebut,aku ikut masuk kerumah dan uniknya rumah tersebut dibagian depan atau ruang tamu selalu ada dapurnya,jadi kalau kita bertamu berarti kita harus duduk didapur,mungkin hal ini disebabkan suhu Yang dingin sehingga dapur lebih pantas untuk bertamu dari pada ruang lain .

Ruang tamu Suku Tengger                                       

Akhirnya jam 13.10 wib kami rombongan terakhir memasuki desa Ranupani dan kami berkumpul di Posko pendakian pada ketinggian 2400mdpl.Kabut tebal mulai turun dan dinginnya udara mengharuskan aku untuk memakai wind breaker supaya lebih hangat,barang diturunkan dari mobil dan kami pergi untuk sholat ke Mushola yang ada,rasanya berat sekali untuk berudhuk dengan air seolah olah dari kulkas dinginnya. 



 Benahi perlengkapan dan sholat di Ranupani.                 

Diposko ketemu beberapa pendaki asing yang baru turun gunung,muka dan baju mereka juga kelihatan penuh debu,debu vulkanik berwarna hitam ada dimana mana konon menurut penduduk hujan sudah beberapa minggu tidak turun..
Selesai sholat zuhur dan ashar yang ku jamak,aku diingatkan supaya bersiap siap untuk mulai perjalanan ke Ranu kumbolo,kami berkumpul dan menghitung jumlah team,lalu mulai berjalan kaki dengan carrier dipunggungku seberat 7kg.



Tundukan hati dan Berdoa sebelum pemberangkatan dari Ranupani
Perut mulai terasa untuk diisi sayangnya sewakt pembagian nasi brum dan aqua aku masih sholat dan porter yang membawa logistic juga sudah jalan duluan maka terpaksa perut kujejal dengan air dan permen saja untuk sementara ini,tapi koq rasanya makin lemas aku ya…

Aku makin ketinggalan sendiri dibelakang,aku mulai memasuki pintu hutan sendirian ,perut terasa lapar,waktu tempuh ke Ranu kumbolo lebih kurang empat atau lima jam,kalau jalan lebih cepat kemungkinan bisa empat jam….tapi kuat ngga ya…….? Tunggu yah ntar disambung…..

Sekeliling api,mau jalan kemana..?
  • Yang ku perlukan adalah kaki yang berjalan lebih jauh dari biasanya agar Allah berikan segala pembelajaran untukku,
  • dan yang kuinginkan mata yang menatap keindahan ciptaan Nya agar kesombonganku sirna karena Nya,
  • dan yang kuperlukan hati yang keras tak pernah menyerah agar qalbu ini selalu berzikir berharap kasih dan PerlindunganNya.....Subhanallah

2 comments:

  1. Fotonya keren-keren om, benar-benar indah.... Super iri nih fitri sama TJ. Yang paling fitri suka adalah kata-kata dalam doa sebelum berangkat yang diucapkan, membuat fitri sadar bahwa kita sebagai manusia emank ga ada apa-apanya. Di alam terbuka, barehanded, cuma padaNyalah kita berharap. Thank you for the story TJ, ga sabar neh untuk baca yang berikutnya...

    ReplyDelete
  2. Terimakasih fit,doa dengan kerendahan hati banyak menolong saat di alam liar

    ReplyDelete