Pagi
itu sehabis sholat subuh kami pamitan pada pak Imam untuk melanjutkan
perjalanan ke Painan dengan perkiraan akan bermalam di Lengayang Sumbar yang
berjarak lebih kurang 110km.
Tidak
berapa jauh dari mushala kami berhenti di desa Lubuk Pinang untuk makan
pagi,kemudian dilanjutkan dengan menulusuri jalan bergelombang lagi hingga di
masuk perbatasan Bengkulu Sumbar.
Suasana
Sumbar sangat terasa begitu kami memasuki pasar Silaut di Lunang Pesisir
Selatan,bahasa minang terdengar dimana mana,plat nomor kendaraan didominasi BA
jalan aspal memasuki Sumbar sedikit kurang bagus dibandingkan Bengkulu,aku agak
kecewa juga apakah karena daerah ini jauh dari kota kabupaten atau kah karena
kurangnya income daerah tersebut sehingga dilupakan.
Di
desa Tapan kami bertemu pertigaan,lurus adalah ke Kerinci Jambi dan belok kiri
adalah jalan kearah Padang,hujan mulai turun
tapi kami tetap mendayung dengan target nanti bertemu mesjid baru berhenti
untuk sholat jumat.
Laju
sepeda membuat percikan hujan terasa seperti mencubit cubit mukaku,aku
menikmati hujan saat itu dibandingkan panas yang membakar kami siang tadi,roda
sepeda membelah dan memercikan air ke kiri kanan,sekali sekali kami berpapasan
dengan mobil yang juga memercikan air kearah ku.
Disatu
mesjid kami berhenti untuk sholat jumat,hujan yang membadai masih tetap
turun,seluruh tubuh kami basah kuyup dan perasaanku kurang nyaman dengan
keaadaan basah dan kotor seperti saat
itu akan mengganggu jemaah lain,akhirnya kami memutuskan untuk sholat
dzuhur saja nanti berdua.
Jam
12.30 hujan badai masih belum kelihatan tanda tanda untuk berhenti,akhirnya
kami berhenti di sebuah warung di desa Kudo kudo Indopuro,dari literature di
winkipedia aku pernah membaca bahwa orang tua dari ibu Fatmawati sukarno
berasal dari daerah Indopuro ini.
Sewaktu
makan siang Basket memberi tahu bahwa anaknya yang saat itu sedang berada di
Pekanbaru akan kembali ke Jogya pada Minggu pagi jadi kalau bisa dia ingin
ketemu anaknya pada sabtu besok dengan pertimbangan itu kami ingin mempercepat
perjalanan ini dan akhirnya kami memutuskan untuk mencarter kendaraan saja ke
Painan,kemudian dari Painan ke Padang kami bersepeda lagi setelah itu baru di
Padang perjalanan ini berakhir.
MANDI HUJAN |
Selesai
makan dan sholat dzuhur dan ashar yang dijamak lalu kami mencari kemungkinan
kendaraan yang bisa di carter ke Painan yang berjarak 90km lagi cukup sulit mencari kendaraan yang
mau di carter ke Painan saat itu,ada empat angkot yang kami tanyakan tapi tidak
ada yang bersedia membawa kami karena hari sudah mulai sore dan hujan hujan
pula.
Tukang
warung prihatin melihat kekecewaan kami karena tidak ada kendaraan yang
bersedia mengangkut,akhirnya dia menawarkan kami untuk menginap saja di
rumahnya tersebut sampai pagi katanya kalau pagi lebih banyak kendaraan yang
bisa di carter.
Baju
kami yang tadi basah kena hujan sudah mulai mengering kami tetap duduk di
warung dan berjaga jaga kalau ada mobil lewat akan kami stop untuk di
carter,akhirnya ada satu mobil omprengan yang bersedia mengantar kami ke Painan
dengan ongkos RP250000,- dan kami menyetujui .
Sepeda
diletakan di bak belakang sebuah mobil pickup Suzuki carry yang sudah di
modifikasi menjadi tempat penumpang dan
kami berdua duduk di depan samping sopir.
Aku
mengamati jalan yang kami lalui sementara sopir “Apuak” bercerita dengan bersemangat bahwa dia baru
membeli mobl Suzuli pickup tersebut untuk usaha,dulunya dia sudah pernah ke
Batam dan pekanbaru kemudian sejak istrinya meninggal dia kembali ke kampung Painan
dan sampai sekarang saya merasa lebih enak tinggal di kampung.
Hari
berangsur gelap,mobil Apuak yang kami tumpangi mulai menyelusuri pantai Carocok
yang berkelap kelip kelihatan dari ketinggian.
Kota
Painan yang pernah kami kunjungi beberapa bulan yang lalu tidak jauh
berbeda,kota sudah mulai sepi mungkin karena habis hujan dan penduduk lebih
memilih tinggal dirumah dari pada diluar yang udaranya cukup dingin.
Jam
19.00 Kami berhenti dan menginap di hotel Aroma dipinggir jalan besar,hotelnya
cukup bagus dan pakai kipas angin dengan harga RP80000 semalam.
Sehabis
mandi dan mencuci pakaian untuk besok kami pergi makan malam ke warung pecal
lele dekat pasar yang tidak jauh dari hotel.
Dari
speedo meter terlihat jarak tempuh kami dari Lubuk gedang ke Indopura 76km dan
Indopura ke Painan 90km kami tempuh
dengan angkot,kami merasa bersukur bisa lolos dari kesulitan perjalanan dalam
hujan badai di Indopura tadi sehingga bisa mendapatkan angkot untuk membawa
kami ke kota Painan.
Aku
sedikit merasa haru karena besok harus mengakhiri perjalanan panjang yang penuh
suka dan duka serta banyak pelajaran yang didapat, juga ada rasa bahagia karena
bisa berkumpul keluarga lagi mudah mudahan dalam keadaan sehat.
Dari
cermin aku perhatikan mukaku sudah agak gelap dan kulit tanganku yang melepuh
sekarang sudah mulai terkelupas serta menghitam dan bersih,aku selalu bersukur
karena warna kulit gelap terbakar ini bagiku melambangkan persahabatanku dengan
alam.
Sesuai
rencana besok kami ke Padang dengan jarak 82km dan merupakan hari terakhir kami
bersepeda dan apakah kami sanggup untuk sampai di padang sekitar jam 14.00 agar
Basket bisa mendapatkan travel kembali
ke Pekanbaru,sedangkan aku akan bergabung dengan keluarga di Bukittinggi yang
baru saja kutelpon...Sampai ketemu besok...
No comments:
Post a Comment