Rantai
sepedaku yang kemarin sedikit agak berbunyi kering,pagi ini selesai kulumasi
dengan oli,barang barang bawaan semua sudah dimuat,si Marine mulai menelusuri
jalanan kota Bengkulu.
Terlebih
dahulu kami mengunjungi Gapari karena Basket akan membayar rekening kartu
Halonya dan aku minta ganti kartu simpati yang hilang di Gunung dempo dulu,ternyata penggantian
kartu simpati ku tidak berhasil karena dianjurkan untuk meminta penggantian harus
ke kantor pusatnya kami melanjutkan perjalanan karena sudah tidak punya waktu.
Sebelum
keluar kota kami mampir di rumah ibu Fatmawati tempat presiden Sukarno tinggal
sewaktu pembuangannya oleh Belanda ke Bengkulu.
RUMAH BU FAT DI BENGKULU |
DISINI BUNG KARNO PERNAH TINGGAL |
SURAT BUAT BU FAT |
Rumah
ibu fatmawati sudah dijadika museum sejarah dan dikelola oleh pemda,sewaktu
kami datang jam 08.00 pagi kerumah tersebut kami tidak menemukan petugas
jaganya,kami mencoba memanggil dengan member salammelongok kearah dalam tapi
tidak ada jawaban,keinginan kami untuk masuk akhirnya mengabaikan perizinan,aku
coba duduk dikursi tamu rumah itu dan membayangkan pak Karno dan ibu Fat ada
disitu,aku merasakan spirit Sukarno saat itu,ditempat itu berpuluh tahun yang
silam merupakan tempat yang sepi bagi seorang Sukarno tapi disitulah beliau
menemukan Ibu Fat tempat curahan hatinya dipengasingan dan disitulah terlahirnya
ide ide cemerlang untuk sebuah negeri yang makmur.
Kami
mulai keluar kota agak siang dan panas mulai menyengat tubuh,aku memandang ke
langit biru dan bersih kelihatan sangat cerah,disebelah kiri kami disuguhi
pemandangan pantai yang mempesona,deburan ombak dan tiupan anginnya cukup berikan
kesegaran di siang itu.
Suasana
alam yang begtu indah rasanya menambah energiku,kami mendayung begitu
bersemangat jalan sepanjang pantai umumnya datar dan sekali sekali ada tanjakan
yang tidak begitu tinggi dan pada turunan kami gunakan untuk istirahat sambil
meliuk liuk melemaskan badan dan bokong yang mulai nyeri.
Di
desa Pekik nyaring kami berhenti di bengkel mobil untuk memperbaiki rack panier
Basket yang patah sejak dari Padang Ulak Tanding Curup,sementara memperbaiki
Rack sepeda tersebut aku bincang bincang dengan pak Ali yang punya
bengkel,ternyata beliau berasal dari Painan Sumatra barat dan beliau member
informasi daerah daerah yang rawan dan tempat tempat makan yang bagus untuk perhentian
sewaktu istirahat nanti.
tidak
mau menerima uang jasa dari Basket,
Kira
kira 20menit perbaikan rack sepeda selesai dan sudah kembali normal ,sewaktu
Basket akan bayar uang perbaikan Pak Ali yang punya bengkel tidak mau
menerimanya,kami sangat terkesan dengan sikap pak Ali yang begitu perhatian dan
bersimpati terhadap kami yang akan melanjutkan perjalanan yang masih terhitung
jauh tersebut,semoga Allah akan membalasnya..amiiin.
Mulai
dari desa Pekik nyaring sampai ke Ketaun sekali sekali kami bertemu pantai dan
jalannya mulai bergelombang tapi tidak terlalu tinggi seperti jalan lintas
tengah Sumatra.
Anak
anak sekolah yang kami temui begitu antusias dan melihat kami begitu juga kami
diatas sepeda lambaian persahabatan mereka menjadi penyemangat buat kami.
Disuatu
tanjakan yang agak panjang tiba tiba disatu ketinggian kami dihadapakan
pemandangan laut yang sangat indah disebelah kiri kami,sebuah warung yang
terletak persis di ketinggian dan menghadapa ke lautan lepas kami berhenti untuk makan siang.
Aku
duduk berselonjor melepas penat sambil memandang laut lepas angin sepoi sepoi
bertiup ke mukaku yang sudah gosong berjemur matahari,dua botol pocari 450ml
langsung habis ku tenggak,panas dan capek yang mendera tubuh berangsur sirna.
DI BENGKULU JUGA ADA TANAH LOT..? |
MAKAN SIANG DENGAN NYANYIAN OMBAK DAN ANGIN |
Kepala
kakap merah yang digulai serta lalap dan kerupuk emping mulai ku santap,
Subhanallah terasa menu sederhana ini sangat kunikmat saat itu, mungkin kalau
dikota menu ini biasa biasa saja tapi di saat kita didera lapar menu
sesedarhana apapun akan menjadi istimewa.
Aku
biarkan tubuh ku terkulai lemas di tiup angin pantai di pondokan warung
tersebut hingga tak terasa aku terlelap lebih kurang 15menit hingga terbangun
oleh dua orang anak kecil yang ingin melihat lihat kami yang kelihatan lusuh ,dari
mereka kami tahu nama desa tersebut adalah Desa Balik.
Kami
melanjutkan perjalanan setelah solat dzuhur di mesjd terdekat,jalan mulai
rusak,beberapa ruas jalan aspalnya terukpas dan debu beterbangan serta batu
batu jalan sebesar tinju berserakan.Pada satu ruas jalan kami temui pertigaan
dan kami pilih jalan yang beraspal,ternyata jalan beraspal ini sebagiannya
longsor dan terlihat tebing yang tinggi memagar pantai,kami berhenti disitu
untuk istirahat.
PANASNYA PANTAI BARAT SUMATRA |
Aku
melihat keturunan yang terjal dan tidak berani untuk memacu kecepatan seperti
biasa tapi berjalan dengan pelan supaya tidak terpeleset kemudian pada akhir
penurunan aku menengadah keatas terlihat tanjakan yang menjulang dengan batu
batu yang berserakan,Astagfirullah kuucapkan dalam hati,aku kayuh sepeda dengan
berat napasku terasa putus,lalu aku berhenti dan menuntun sepeda sampai puncak
pendakian,mulutku tak henti istigfar dan minta kekuatan pada Allah.
Kali
ini kami merasakan ketidak nyamanan perjalanan, sementara debu beterbangan
menyesakan pernapasan.
Beberapa
kali aku terpaksa turun dari sepeda karena tidak kuat mengikuti truck membawa
sawit yang merayap dan meraung raung di pendakian asapnya sangat menyesakan
nafasku.
Dipuncak
tanjakan masih di pesawangan yang sepi kami
berhenti di sebuah warung dan terasa kenyamana yang luar biasa.
Aku
memesan teh es dingin,ada beberapa mobil yang parkir diwarung tersebut dan salah satunya adalah rombongan dari
Sumedang dengan plat polisi Z.
Bertemu
dan mengobrol dengan orang asing di daerah terpencil seperti ini sesuatu yang
mengasikan juga,mereka adalah anak anak muda yang mencari sesuatu baru dengan
bersafari keluar masuk desa pakai mobil di Sumatra,mereka juga mencari sumber
sumber sarang wallet,sepertinya mereka adalah pebisnis sarang walet,aku kagum
melihat mereka sebagai anak muda yang vonturir dan energik.
Pemilik
warung ibu ibu separoh baya terkaget mendengar kami dari Pekanbaru dan
menyatakan bahwa beberapa tahun yang lalu mereka juga pernah tinggal di lipat
kain Pekanbaru dan sejak pisah dengan suaminya mereka sekeluarga pindah dan
menetap di desa antah berantah tersebut.
Waktu
sudah menunjukan jam 15.00 sore,kami melanjutkan perjalanan yang cukup
melelahkan ini pada kondisi jalan yang masih jelek dan berbatu batu,sepanjang
jalan menjelang desa Ketaun sepi dan jarang rumah penduduk apalagi mesjid atau
mushola yang kami harapan untuk tempat menginap malam nanti.
Jam
17.15wib kami mulai melihat perkampungan dan rumah rumah penduduk.perasaanku
mulai lega dan sebelum memasuki daerah pasar Ketaun kami melihat Losmen Lestari
di sebelah kiri jalan,kelihatan cukup bagus kami langsung berhenti dan melihat
kondisi kamar cukup bagus dengan kipas angin dan harga RP100,000 semalam.
Petugas
hotel membantu kami menurunkan barang bawaan kami, aku duduk melepas penat
beberapa saat kemudian mandi untuk siap siap sholat Magrib.
Losmen
Lestari sepertinya tempat transit para sopir pedagang keliling dari satu desa
ke desa lainnya di daerah perkebunan sawit ini terlihat dengan ramainya mobil
van dan mobil pickup yang parkir diwaktu malam,menurut petugas losmen,losmen
tersebut juga sering di singgahi oleh turis manca Negara yang berkelana pakai
sepeda atau juga sepeda motor.
Total
perjalanan kami hari ini 92km dengan waktu tempuh 9jam 30menit termasuk
istirahat,jarak tempuh yang cukup bagus dibandingkan kondisi jalan yang amat
jelek.
Seperti
malam sebelumnya,malam ini aku menulis perjalanan di notebook dan tidak lagi di
HP ku yang sudah lenyap,ternyata menulis dengan tangan yang sudah lama tidak ku
lakukan mengasikan juga dan tidak terasa sudah jam 23.30 malam,terlihat basket
sudah lelap dengan mimpi mimpi indahnya,aku mau tidur juga untuk merajut mimpi
mimpi yang indah agar besok jadi hari yang lebih indah..Sampai ketemu hari esok..
No comments:
Post a Comment