Azan
subuh kali ini dikumandangkan lagi oleh Basket case,sehabis sholat subuh
kembali aku merebus air panas untuk minum pagi dan membuat sereal,semua barang
sudah di packing dan dinaikan ke rack sepeda,baju yang semalam dicuci masih
lembab namun tidak ada masaalah untuk dipakai.
Kami
pamitan pada jamaah mesjid dan jam 07.00 sudah mulai bersepeda menyusri jalan
raya Bengkulu Padang,target kami hari ini adalah kota Muko muko lebih kurang
98km .
Kami
langsung dihadakan dengan tanjakan dan gelombang lalu di desa gading jaya kami
berhenti di warung “Nia”untuk sarapan pagi dan mengisi botol botol air minum.
Makin
lama kami merasa jalan makin sulit naik turun seperti memotong bukit barisan
yang tak habis habisnya dengan pendakian,aku merasa jenuh kiri kanan selalu
terlihat kebun sawit kadang kadang kami bertemu desa dengan beberapa rumah
penduduk,lambaian dan sapaan penduduk sedikit mengurangi kejenuhanku.
Daerah
Putri hijau sudah kami lewati namun
pemandangan pantai yang mungkin bisa menghilangkan kejenuhanku masih belum
kelhatan.
Setiap
akhir dari tanjakan aku berharap akan melihat pantai namun rasanya ngga kunjung
ketemu,aku merasakan dayunganku sudah tidak bertenaga dan tanganku terasa
kesemutan sekali sekali aku kibaskan tangan untuk menghilangkan kesemutannya,seperti
hari hari sebelumnya,mungkin ini karena jenuh dan lelah.
Disuatu
tanjakan hujan lebat tiba tiba mengguyur kami dan rantai sepeda basket copot tadinya
dia mengira rantai putus sehingga kami mencari tempat untuk berhenti dan
berteduh agar bisa memperbaiki rantai tersebut tapi ternyata rantai hanya copot
saja.
Disuatu
penurunan yang panjang kami memasuki pantai abrasi Muko muko,terasa aku
menemukan dunia baru,dayungan ku semakin menggila seperti mendapat tenaga
tambahan. Kuhirup udaranya sejuk itu hingga
mengalir dingin ke seluruh poriku,Kurentangkan tanganku sejenak
terasa sejuk , tenang ,bahagia kurasakan membuatku seperti melayang kegirangan,pandangan lepas kearah laut,sepeda kami terasa seperti busur yang baru lepas,jalan sepanjang pantai abrasi berkabut karena percikan ombak,mukaku sedikit agak basah karena uap laut tersebut.
terasa sejuk , tenang ,bahagia kurasakan membuatku seperti melayang kegirangan,pandangan lepas kearah laut,sepeda kami terasa seperti busur yang baru lepas,jalan sepanjang pantai abrasi berkabut karena percikan ombak,mukaku sedikit agak basah karena uap laut tersebut.
Kami
istirahat untuk makan siang di warung pinggir pantai,beberapa kapal dagang terlihat
jelas di laut lepas,aku coba menerka nerka kalau kapal tersebut tentu dari
teluk bayur Padang tujuan Tanjung Priok
Jakarta,sebagaimana 37tahun yang silam saat aku menumpang kapal Pelni KM.Batang
hari dari Teluk Bayur ke Jakarta,pada posisi kapal di laut muko muko dan Ketaun ini terkenal gelombangnya
besar yang bisa menguras isi perut penumpang kapal karena mabuk laut.
Seporsi
nasi goreng dan beberapa botol minuman dingin tidak terasa sudah pindah ke
perutku,jam 14.00 di panas yang makin terik kami lanjutkan perjalanan menuju
Muko muko yang terlihat di batu pal 20km lagi.
Jalan
menyelusuri pantai abrasi lebih menyenangkan karean ada variasi dengan
pemandangan lautnya,kendaraan yang lewat disini kecepatan tinggi semua karena
jalannya bagus dan lurus,hanya saja kalo jalan lurus pantat sedikit tersiksa
karena tidak bisa istirahat berdiri melemaskan pantat.
Rumah
penduduk sudah semakin banyak kelihatan
dan tanda masuk kota Muko muko mulai terbaca,lalu kami menyelusuri kota yang
menurutku cukup nyaman karena lalu lintasnya sepi.
Dari
literatur bisa kita ketahui bahwa Penduduk
asli wilayah Mukomuko adalah Etnis Minang Mukomuko yang merupakan bagian dari Rumpun Minangkabau.
Secara adat, budaya, dan bahasa, dekat dengan serumpunnya di wilayah Pesisir selatan Provinsi Sumatra Barat. Pada masa lalu daerah Mukomuko ini termasuk salah satu
bagian dari Rantau Pesisir Barat (Pasisie Barek) Suku Minangkabau. Kerap
juga disebut daerah Riak nan Badabua yakni daerah sepanjang Pesisir Pantai Barat
dari Padang hingga Bengkulu Selatan. Namun wilayah Mukomuko sejak masa kolonial
Inggris telah dimasukkan ke dalam administratif Bengkulu (Bengkulen).
Sejak saat itu mereka telah terpisah dari serumpunnya di daerah Sumatera Barat
dan menjadi bagian integral dari wilayah Bengkulu. Hal ini berlangsung terus
pada masa penjajahan Belanda, penjajahan Jepang, hingga masa kemerdekaan.
Di Bank BRI kami berhenti ,Basket mengambil
uang di ATM untuk keperluan dijalan,sejak dari pulang dari Pagar alam Basket
adalah sebagai bendahara untuk setiap pembayaran,walaupun begitu aku tetap meminjam
uang dari basket sekadar mengisi kantongku yang sudah kosong untuk berjaga jaga
mana tahu nanti aku terpisah dari Basket harus bayar sesuatu menggadaikan
sepeda dulu..hehehe
Kami masuk ruangan berpendingin dibank
tersebut terasa nyaman sekali,kariawan bank yang saat itu sedang santai sehabis
jam kantor sempat berbincang bincang mengenai pejalanan kami.
Waktu masih jam 15.30 kami memutuskan
untuk melanjutkan perjalanan ,jam 17.00 kami sampai di Lubuk Gedang dan mampir
disebuah mesjid dekat pasar,Basket menemui petugas mesjid tersebut dan kami
disuruh untuk menemui Kades terlebih dahulu karena rumah kades tidak jelas
dimana maka kami menyimpulkan mesjid tersebut kurang baik untuk kami karena
terlalu birokrasi sekali untuk ditumpangi.
Tidak berapa jauh dari pasar Lubuk
Gedang kami berhenti di Mushala Nurulhuda Yang terletak dipinggir jalan,aku
minta izin menginap pada Imamnya yang tinggal dekat mushala itu,mengetahui kami
mushafir dari jauh dengan ramah Ustad Ucup yang alumni IAIN Imambonjol Padang memersilahkan
kami untuk istirahat dan member tahu fasilitas yang bisa kami gunakan.
Menjelang
Magrib hujan lebat turun dan kami sudah selesai mandi dan menunggu untuk sholat
Magrib, selesai magrib kami beramah tamah dengan para jemaah sampai waktu isya datang.
Dari
penuturan Pak Imam diceritakan daerah Lubuk Gedang adalah daerah yang termasuk
parah sewaktu kena gempa beberapa tahun lalu ,banyak rumah rumah yang hancur di
sekitar Mushala dan Mushala ini adalah yang selamat dari kehancuran dan
dijadikan tempat pengungsian sementara oleh penduduk,sejak kejadian itu jamaah
makin bertambah dan lebih aktif beribadah ke mushala ini,dibandingkan dengan
mesjid atau mushala didaerah itu, Mushala Nurulhuda
menurutku adalah yang
terbagus dan bersih.
Pak
Imam yang yang tamatan IAIN padang terlihat sangat disegani oleh jemaah aku
jadi tidak sampai hati sewaktu ditawarkannya untuk diantarkan membeli nasi ke warung yang berjarak 1km dalam keadaan hari yang masih hujan,tawaran yang
ikhlas itu aku terima dan berhujan hujan aku berboncengan di sepeda motor pak
Imam ke warung untuk membeli nasi bungkus buat makan malam kami,ternyata
warungnya lumayan jauh untuk berjalan kaki ataupun bersepeda dalam hujan,aku
sangat berterima kasih atas bantuan ini,semoga ini jadi amal sholeh buat
beliau..amiiin.
Jarak
tempuh hari ini 111km dalam waktu 9jam
cukup untuk membuat kami tertidur nyenyak di mesjid yang nyaman tersebut.
No comments:
Post a Comment