Akhirnya
Jumat yang di tunggu tunggu untuk pendakian gunung Dempo datang juga,pagi itu
cuaca cerah dan dingin pegunungan terasa sangat menyenangkan,terlihat gunung
Dempo dengan jelas tanpa ditutupi awan berdiri anggun, pepohonannya yang rimbun
serta puncaknya yang kokoh menyimpan rahasia yang mengundang kami untuk mendatanginya.
“Dialah yang
membentangkan bumi dan menciptakan gunung-gunung dan sungai-sungai disana. Dia
menjadikan semua jenis buah-buahan, masing-masing berpasangan. Dia pulalah yang
menutupkan malam pada siang. Sungguh, dalam semua itu terdapat ayat-ayat
kebesaranNya bagi kaum yang mau berpikir” (Al Quran Surat ar Ra’ad: 3)
Gunung
Dempo adalah gunung api dengan jenis gunung stratovolcano. Terletak di Kota
Pagar Alam, Propinsi Sumatera Selatan. Gunung Dempo mempunyai ketinggian
sekitar 3159 mdpl (meter di atas permukaan laut) dan memiliki dua puncak.
Puncak dempo (3159 mdpl) dengan keadaan yang tertutup oleh vegetasi perdu dan
semak dan puncak api/merapi dengan keadaan terbuka dengan kawah yang terisi air
pada bagian dasarnya.
Warna
kuning baju seragam para pendaki mendominasi warna pagi itu,terlihat dibeberapa
tempat mereka berkumpul untuk berfoto,canda ceria melambangkan persahabatan tanpa
ada jurang pemisah baik itu jabatan atau beda usia adalah ciri dari komunitas
ini,tua muda berbaur bercerita yang ringan ringan dan bebas dari beban pikiran serta rutinitas kerja yang
formal selama ini.Dua team tua dan muda bergabung menjadi satu yaitu Team Sepatu atau sekelompok pendaki tua dan Sempakmu atau sekelompok pendaki muda
TEAM SEPATU DAN SEMPAKMU |
Yang
unik adalah pertemuan pendaki gunung dari para pensiunan Caltex atau Chevron
dikenal dengan Gununger “Sepatu” atau sekelompok pendaki tua yang terdiri dari
kiri ke kanan ,Dumshit,Basket case,Elephant shit,Not in
stock,Simple,Joker,Torpedo dan Ci luk Bra.
GATHERING FOR NEW SPIRIT IN DEMPO |
Yang
paling tua berusia 64tahun “Joker” sang Hash father seorang inspirator kami
yang penuh semangat tak pernah menyerah disetiap petualangan,
Aku
merasa muda lagi kalau sudah bergabung dengan para sepuh bersemangat muda
tersebut “Tubuh kami boleh rapuh tapi semangat tak boleh padam”,Alahamdulillah
saat ini kami semua diberi nikmat sehat.
Ini
adalah pendakian gunungku yang ke 12 dan memunyai kesan yang lebih bagiku
karena untuk perginya aku bersepeda sejauh 800km,diusiaku yang 56tahun aku
sangat bersukur diberi kesehatan dan kesempatan untuk meraih mimpi yang sudah
lama ku pendam.
Sebuah
mobil truck mitsubisi yang biasa membawa barang hasil pertanian sudah stand by
untuk membawa kami ke titik pendakian,satu persatu carrier kami naikan dan
ditumuk dibagian depan kemudian kami menaiki truck tersebut dengan bergelayutan
dari belakang,kami berdiri bersusun paku,pas sekali muatannya,aku berdiri
dipagar truk samping kanan sementara yang berdiri ditengah saling berpegangan
supaya tidak jatuh.
YANG PENTING NYAMPE |
LEBIH NYAMAN NAIK TRUCK |
Jam
07.00wib truck yang berisi lebih kurang 40pendaki mulai bergerak menuju titik
pendakian kami di Kampung 4.
Truck
merayap dan meraung pendakian jalan
aspal yang compang camping dengan batu batu berserakan cukup besar membuat
tubuh kami terombang ambing ke kiri kanan,tanganku mencengkram kuat ke atas
dinding truck,sekali sekali terdengar teriakan uuup….mungkin kaget…..aku
membayangkan apabila truck miring sedikit lagi tentu akan berlanjut tumbang ke
jurang dan berguling di kebun teh,tapi itulah enaknya suatu XPDC dengan adanya
tantangan tersebut aku lebih dekat dengan Allah maha pengasih dan maha
pelindung.
Makin
ke atas gunung terasa udara makin dingin,aku menikmati pemandangan kearah bawah
gunung dan setiap moment dari perjalanan sangat mengesankan.
Lebih
kurang tiga per empat jam setelah naik truck kami sampai di Kampung 4 disini
adalah tempat terakhir perumahan buruh perkebunan PTP di perkampungan ini kami
turun truck dan menurunkan semua carrier dan perbekalan.
MENUJU KE KAMPUNG 4 |
SAMPAI DI KAMPUNG 4 |
BERAWAL DISINI DAN NAIK KE KANAN |
Pada
ketinggian 1613mdpl di kampung 4 ini tiupan angin terasa makin dingin dan
disini kami akan mulai perjalanan beberapa porter akan membantu kami membawa
logistic dan alat alat camping dan ada juga pendaki yang memakai porter pribadi.
Aku sendiri dari awal tidak ada rencana memakai
porter pribadi karena rasanya carrier yang aku bawa tidak terlalu berat hanya
7kg dan belakangan ternyata itu membawa manfaat
karena perlengkapan pakaian kering bisa aku pakai pengganti pakaian yang
basah sewaktu di puncak tetapi ada beberapa kawan yang memakai porter ternyata
porternya tersebut tidak sanggup sampai keatas sehingga pakaian penganti dan
logistic pribadinya tidak bisa digunakan.
Sebelum
memulai pendakian kami berkumpul untuk memanjatkan doa keselamatan dan dihindarkan
dari marabahaya serta diberi kesabaran dan kekuatan dalam setiap rintangan.
Jam
09.15 wib kami mulai berjalan menelusuri kebon teh beriring iringan,jalan tanah
tidak rata ditengahnya ada alur jalan air ketika hujan,kami harus hati hati
menapaknya karena salah menapak bisa terpeleset karena licin,nafas mulai
terengah engah dan cepat pertanda oxygen yang mulai menipis di ketinggian.
Matahari
mulai menyengat tapi tiupan anginnya tetap dingin,kira kira 1jam perjalanan kami
sampai di pintu rimba.
Pintu rimba adalah batas vegetasi
antara perkebunan teh dengan hutan.semak dan vegetasi mulai berubah lebih
rimbun dan hijau,keringat mulai membasahi tubuh,aku istirahat disatu dataran
terasa pergelangan kaki kananku nyeri lagi tapi masih bersukur tidak terlalu
mengganggu.
Jalan
dari pintu rimba ke pos satu agak landai serta semak dan bamboo mendominasi
sepanjang jalan,suara siamang yang bersahut sahutan mengiringi perjalanan,aku
jalan lebih berhati hati lagi karena kaki yang makin nyeri serta jalan licin
serta berlekuk yang pernah menyebabkan kakiku terpeleset dan terpuruk ke tengah
parit becek tersebut,aku bangkit lagi dan bersukur tidak ada yang cidera.
ISTIRAHAT DI POS 1 |
Sekitar
jam 10.20 wib aku dan beberapa orang teman memasuki pos1,hujan mulai turun beberapa
orang pendaki berhenti untuk memasang mantel hujan,tapi aku tetap melanjutkan
perjalanan tanpa mantel hujan karena kebiasaanku selama ini setiap pendakian
tidak pernah membawa mantel hujan karena menambah berat beban,sedangkan pakaian
yang basah nanti akan kering sendiri di badan,yang perlu kita harus tetap jalan
sehingga panas tubuh tetap terjaga dan tidak kedinginan,prinsip itulah yang aku
terapkan selama ini dan ternyata effektif juga.
Jalan
dari pos satu ke pos dua di penuhi pohon pohon besar ada beberapa orang kawan
yang berlindung dari guyuran hujan yang semakin besar di satu pohon yang agak
condong dan membentuk seperti shelter mereka duduk diakar pohon tersebut dan
menggelar nasi bungkus untuk makan siang.
FOTO
Pos
dua sudah terlewati waktu menunjukan jam
12.00,aku tetap berjalan supaya tubuh tidak kedinginan dalam hujan lebat
tersebut dan berharap sebentar lagi hujan berhenti atau paling lambat jam 13.00
kalau hujan tidak teduh aku akan istirahat saja untuk makan siang,ternyata
sudah jam 12.45 hujan masih belum reda,tenagaku mulai terkuras dan aku putuskan
untuk istirahat dan makan di tengah hujan tersebut.
Pada
satu pohon tumbang dengan kerimbunan pohon lainnya aku berteduh seadanya dan
duduk mengeluarkan nasi bungkus yang sudah dipersiapkan waktu dibawah tadi.
Nasi
yang dari pagi sudah dingin sedingin hidung kucing bercampur dengan tetesan
hujan dan tetesan air dari topiku aku lahap sampai butir butir terakhir,rasanya
lumayan hambar karena bercampur kuah hujan tapi kupaksakan supaya habis,yang
penting carbohidrat dan kalori bertambah untuk menghangatkan tubuh.
Tidak
lebih dari sepuluh menit istirahat makan tubuhku mulai menggigil kedinginan
lalu aku lanjutkan perjalanan yang mulai menanjak tebing tebing yang terjal
dengan kemiringan 90derjat,kami merayap didinding tebing mengandalkan pegangan
pada akar akar kayu,aku menggapai akar pohon yang cukup kuat menahan
tubuhku,tanganku agak kaku kedinginan,sekali sekali aku berhenti meniup telapak
tangan agar hangat,biasanya aku selalu bawa sarung tangan khusus untuk setiap
pendakian tapi kali ini aku lupa.
FOTO
Setelah melewati tebing dinding lemari,
medan yang dilalui semakin terjal. Terkadang saya dan rekan-rekan sampai
merangkak untuk melewati suatu rintangan agar tidak terpleset ke jurang. Banyak
pohon yang tumbang, yang terkadang menghalangi jalur pendakian.
Kiri
kanan ada akar akar kayu yang menonjol yang cukup kuat kami pegang untuk
bergantungan supaya badan terangkat keatas,terasa jari kaki kanan ku ada gejala
akan kram dan jari tangan juga terasa mau kram hal ini mungkin terlalu
dingin.aku berusaha tidak salah langkah supaya tidak memicu kram yang
berlebihan dijari kaki dan meniup jari tanganku supaya agak hangat dari udara
mulut,didalam sepatu aku merasa ada sesuatu yang menggelitik seperti pacet tapi
tidak kupedulikan karena capek dan malas membuka sepatu,biarlah dia lepas
sendiri setelah kenyang.
Aku
lihat dibelakang ada Basket case yang menyusul ternyata dia juga sudah makan
siang,sejak itu kami jalan beriiringan terus.
Kami
mulai memasuki daerah cadas dengan tanaman
semak belukar, dan perdu khas ketinggian 2500-an ke atas.
Hujan
sudah mulai reda,dua orang porter melewati ku yang berjalan lebih pelan,jalan
yang dilewati berbatuan cadas dan curam,disuatu tikungan aku melihat seorang
porter sedang mengadakan ritual bersih bersih rumput di suatu tanah yang ada
batu nisannya mirip kuburan,pada bagian pohon terdekat ada tulisan kalau tidak
salah bunyinya “kalau tidak bisa jadi pohon di puncak jangan menginjakan kaki
di disemak bawah” yang maknanya aku sendiri juga tidak paham,dari porter aku
dapat informasi bahwa kuburan tersebut adalah kuburan salah satu pendaki yang
meninggal waktu pendakian.
Beberapa
menelusuri tanjakan cadas akhirnya sekitar jam 16.30wib kami sampai di puncak
Dempo dengan ketinggian 3159mdpl,aku sujud sukur,Alahamdulillah diumurku yang
sudah lanjut ini Tuhan masih memberi kesempatan untukku bisa mencapai puncak
Dempo atau gunung yang ke 12 yang pernah aku daki,sejenak aku tertunduk haru
atas nikmat sehat yang diberikan Allah pada kami.
PUNCAK DEMPO |
Puas
berfoto foto dipuncak kedinginan mulai menyerang dan buru buru aku menuju ke
pelataran sekitar 100meter turun kebawah,jalan menuju pelataran camping menurun
dan licin,di padang pelataran yang cukup luas terletak antara dua puncak Dempo
dan Merapi,satu aliran sungai kecil yang jernih kami lewati kita merasa seperti
dibawah gunung pada hal kita berada 3050mdpl.
Jam
17.10wib kami sampai di camping ground terlihat dua puncak Dempo dan Merapi
menjulang dihadapan kami.
Merapi
dengan ketinggian 100meter dari tempat kita camping terlihat tandus dengan
bebatuan pasir di beberapa bagian ada semak semak tanaman gunung.
Disekitar
camping ground ada aliran air yang cukup untuk kebutuhan mandi dan memasak para
pendaki.
Kami
melihat beberapa tenda pendaki berdiri sekitar itu dan diantaranya ada dua
tenda dari team kami,aku segera mengganti pakaian yang sudah basah dibadan
dengan yang kering dan memakai wind breaker supaya tidak terlalu dingin
kemudian melaksanaka sholat zuhur dan ashar.
Pakaian
basah aku gantung di pohon yang ada disekitar tenda tapi percuma juga karena
tidak bisa kering sampai pagi
FOTO
Udara
dingin sekali hujan rintik rintik mulai turun,kami mulai gelisah karena sudah
jam 18.00wib porter yang membawa tenda dan logistic masih belum muncul.
Aku,Basket
dan Jigong menumpang sementara pada salah satu tenda keunyaan Hernia,yang
bersangkutan saat itu belum datang,dan apabila nanti Hernia datang kami akan
keluar dan berencana akan kembali turun gunung malam itu juga karean hal
demikian akan lebih baik dari pada mati kedinginan diluar berhujan hujan tanpa
tenda.
Dalam
tenda sudah ada 3 orang,kemudian dari luar datang Toredo, Dumshit yang sudah
menggigil kedinginan diudara luar disusul satu orang lagi GPS yang sudah tidak
tahan dan mulai pusing diluar,tidak berapa lama datang Hernia dan jumlah dalam
tenda jadi 6 orang,Hernia memaklumi keadaan saat itu sehingga rela diisi 6
orang pada hal kapasitas nya hanya 4
orang,kami hanya bisa duduk meringkuk karena sempit,walaupun begitu udaranya cukup
hangat dibandingkan diluar.
Beberapa
orang kawan terpaksa bertahan dengan baju yang masih basah karena tidak mempunyai baju pengganti yang kering
disebabkan porter yang membawa carriernya tidak kunjung datang,tapi sukurlah
masih ada diantara teman yang membawa carrier sendiri dan mempunyai baju kering
yang lebih untuk dipinjamkan pada kawan yang sudah mulai frustasi karena tidak
tahan kedinginan.
Bertujuh
aku,Basket,Torpedo,Jigong,Dumshit,Hernia dan GPS sholat jamak magrib dan isha
di dalam tenda karena diluar tenda hujan dan kami beruduk secara tayamum.
Jam
20.00 aku merasa lapar,nasi bungkus yang dibekali dari pagi sudah terasa basi
dan logistic kami yang dibawa porter juga belum datang,Jigong menawariku
biscuit,setelah makan beberapa potong biscuit tersebut terasa agak lega.
Setiap
langkah diluar kami amati dengan harapan kedatangan porter membawa perlengkapan
tenda dan logistic yang betul betul kami butuhkan waktu itu,tapi ternyata
mereka tak pernah muncul.
Dari
beberap porter yang sudah datang di camp aku mengetahui bahwa Guide yang
bernama Ferry tidak jadi ikut dengan alasan kurang enak badan,menurutku alasan
ini adalah dibuat buat dan tidak
bertanggung jawab,sehingga acara yang sudah dirancang berbulan bulan menjadi
kenangan yang kurang baik.
Ini
adalah pengalaman pertama ku dengan guide yang tidak punya tangung jawab moral
dan berdedikasi .
Beberapa
orang mulai terdengar dengkurnya walaupun duduk dan berbaring saling
meringkuk,aku berusaha duduk tenang agar kawan yang sedang tertidur tidak
terbangun karena pahaku sedang dipakai sebagai bantal oleh jigong dan kakiku
terletak diatas kaki Torpedo yang sedang mengorok,tidak berapa lama kakiku
terasa kram dengan berat hati aku merobah letak kaki agar tidak kram,semua
terbangun dan diam lagi kemudian yang lain juga teriak kram karena kakinya
terhimit badan yang lain,dan Torpedo terbangun karena tenda yang dipakai
meneteskan air ke kepalanya,Jigong sebentar sebentar tiduran dan bangun lagi
lalu dia mengeluh ngga bisa tidur karena dibawah terpal tempat tidurnya ada
batu sebesar tinju mengganjal punggung,lalu dia berusaha keluar membuang batu
tersebut,begitulah masing masing menyibukan diri untuk mencari posisi yang
nyaman sampai pagi.
Kira
kira jam 12 malam dari luar kawan mengabarkan bahwa ada anak anak mapala Unsri
meminjamkan kita 2 tenda, lalu Hernia dan GPS pindah ke tenda tersebut dan kami
tinggal berlima sekarang,hal ini lumayan agak lega karena kaki tidak berhimpit
himpitan lagi.
Aku
berusaha untuk tidur tapi tidak bisa nyenyak karena tepat di badanku ada
tetesan air bocor juga dari tenda dan kakiku sering kram karena dingin dan
tertekuk.
Buang
air kecil yang dari sore kutahan karena takut dengan udara luar yang dingin sudah
tidak komprom lagi,jam 01 malam aku keluar tenda untuk buang air kecil,hujan
dan angin bertiup sangat dingin rasanya seperti masuk ruang frezer lalu buru buru aku masuk tenda lagi untuk
berlindung.
Berkali
kali aku melihat jam ditangan supaya subuh cepat datang yang tentu akan lebih
nyaman dari saat ini,sepanjang malam itu aku banyak merenung bahwa dalam
kondisi seperti ini aku tidak boleh mengeluh karena keluhan akan menambah rasa
sakit,aku memandang ini adalah pilihan dan merupakan suatu proses pengajaran untuk
merobah ketidak nyamanan menjadi kebiasaan dengan cara sabar dan tegar dalam
menghadapi alam...
SAMBUNG HARI KE12 TURUN GUNUNG...
No comments:
Post a Comment