HARI KE EMPAT 19 OKTOBER 2011
ARCOPODO-PUNCAK MAHAMERU
Menapak di Mahameru |
Jam 01.00 pagi dan dibangunkan oleh kawan porter yang lebh duluan bangun untuk segera bersiap berangkat ke puncak.
Aku keluar dari sleeping bag dan mengambil head lamp,hand phone pengganti kamera,kupluk serta memasang sepatu dan segera keluar tenda. Terasa dingin tapi angin bertiup tidak besar jadi udaranya masih lebih nyaman dari waktu magrib tadi. Sebagian teman sudah berkumpul di luar sambil menikmati minuman panas. Aku mengambil segelas koi panas,rasnya aduhai nikmat sekali dan cukup menghangatkan tubuh di malam yang diingin itu.
Kami sangat berterimakasih pada kawan kawan dari YAPE dan porter di tengah malam di hujan dan dingin yang menusuk tulang mereka dengan senang hati menyediakan minuman kopi dan air jahe panas untuk team tidak salah kalau dikatakan mereka adalah pencinta alam yang sejati.
Sebelum pemberangkatan,kami berkumpul untuk berkenalan dengan para pendaki dari Semarang, briefing dari Mas Data lalu diikuti dengan pembacaan doa pemberangkatan.
Lam 02.00 pagi,kami 19 orang mulai bergerak,dalam gelap yang disinari senterpara pendaki,satu persatu kami menuju jalan setapak,jalan langsung menanjak kiri kanan masih terlihat hutan cemara dan di kiri kanan jalur kadang kadang ada jurang dalam yang menganga,kami berjalan sangat hati hati,angin bertiup kencang seperti bunyi hujan lebat dirumah beratap seng kekuatannya seakan akan mendorong mendorong tubuhku,kupluk dikepala aku perpanjang sampai mentupi telinga kain penutup kepala yang ada di wind breaker aku pasang sedikit mengurangi dinginya tiupan angin malam.debu dari tebaran langkah teman didepan juga terasa memasuki pernafasan.
Rombongan seakan terpisah jadi dua rombongan,rombongan yang tertinggal dibelakang sering terdengar memanggil ”tunggu” lalu yang depan memperlambat jalannya,aku berada di rombongan depan dan kalau tidak mempertimbangkan rombongab aku lebih suka jalan terus tanpa berhenti karena berhenti sebentar saja sudah membuat aku kedinginan.
Sejam kemudian kami sampai di daerah Cemoro tunggal,menurut cerita dulunya ada sebuah pohon cemara yang tumbuh di jalur menuju puncak Semeru di ketinggian 3.200 mdpl..
Daerah Cemoro tunggal |
Daerah Cemoro Tunggal merupakan batas vegetasi,didaerah ini aku melihat ada dua makam (in memoriam) 2 orang pendaki yang tewas yang menurut cerita porter 3 orang mahasiswa Kelik,Bambang dan Uyun seorang mahasiswi mengadakan mengadakan pendakian,ditanjakan berpasir selepas cemoro tunggal Bambang tidak bisa meneruskan kepuncak karena kehabisan tenaga lalu Uyun memberi minum tapi ditolak seperti orang marah ”kesurupan” dan akhirnya lemas. Kelik melanjutkan pendakian ke puncak dan Uyun kembali turun ke cemoro tunggal dengan Bambang yang makin lemas kedinginan dan sesampainya di cemoro tunggal tidak berapa lama akhirnya Bambang meninggal. Uyun panik dan menyusul Kelik kearah puncak diperjalanan ke puncak dia menemukan Kelik meringkuk tergeletak kedinginan.................Uyun memberi pertolongan dan berusaha membawa kelik turun ke Cemoro tunggal dimana jenazah Bambang terbaring,karena shock dan kesedihan yang mendalam dengan kejadian yang beruntun dia hanya berdiam diantara jenazah temannya sampai esok harinya ada pendaki yang akan naik menemukannya dan memberi pertolongan.
Jangan pernah menyerah |
Aku dengan rombongan depan mulai memasuki medan berpasir yang cukup menyulitkan pendakian karena labilnya pasir dan bebatuan yang dapat dengan mudah merosot kebawah dengan kemiringan lebih kurang 40 derajat ditambah dengan jurang yang menganga dikiri kanan yang seakan akan siap memangsa kami setiap saat.
Kemiringan lebih kurang 40 derajat |
Kelihatan jelas kebawah cahaya lampu batrai yang berbaris dimana teman teman berjalan satu persatu bering iringan pelan dan kadang kadang merangkak,setiap dua langkah pendakian dipasir paling paling kita beranjak satu langkah kedepan malahan bisa merosot mundur lagi. Aku harus mencari pijakan yang stabil dan keras tapi jangan menginjak batu yang labil karena bisa merontokan batu dan menimpa pendaki dibawah. Sekitar dua puluh meter didepanku beberapa orang berteriak kearah aku dibawah ”awas batu...awas batu” sewaktu batu sudah berjarak 3 meter aku menoleh keatas ternyata ada batu berdiameter sekitar 40cm berguling kearahku dan aku melompat,alhamdulillah batu tadi melewati selangkangan ku dan giliranku berteriak teriak mengingatkan teman dibawah”batu..batuuu” dan beruntung batu bergulir keluar jalur pendakian....aku terduduk lemas membayangkan sambil ber andai andai....
”awas batu...awas batu” |
Jam 04.30 wib cuaca mulai agak terang,aku berhenti disuatu batu yang cukup besar disitu ada Torpedo yang akan sholat subuh aku bergabung untuk sholat jamaah dan whuduk dengan tayamum.
Sholat subuh dikemiringan |
Selesai sholat kami segera jalan lagi karena tidak tahan dingin untuk duduk berlama lama.
Fajar mulai menyingsing dan head lamp sudah tidak diperlukan lagi,dikejauhan didepan telihat ada yang melambai dan meneriakan ”ayo sedikit lagiiii” suara itu menambah semangatku aku merangkak,berjalan,merosot dan berjalan lagi,rasanya teagaku betul betul terkuras,di suatu dataran yang lebih luas banyak batu batu nya aku sudah tidak melihat pendakian lagi,aku berjalan pelan lemas dan melihat kibaran bendera merah putih, tentu ini yang disebut puncak Mahameru.
Merah putih di puncak Mahameru |
Teman teman yang sudah duluan sampai bersalaman dan meneriakan”selamat datang di Mahameru” suasananya sangat emosional dan haru dengan keberadaan kami saat itu.pendaki yang terakhir mencapai puncak adalah Basketcase (57tahun)dengan semangat tetap berusaha naik walaupun harus merangkak dan ditarik oleh Mas Data sampai puncak,air mata bahagia dan tanda sukur tak dapat dibendungnya sewaktu disalami.
Terlihat di GPS ketinggian 3676MDPL,angin bertiup menderu deru dingin sekali kemungkinan suhu diantara 5 sampai dengan 0degC,cuaca cerah sedikit berawan,aku berjalan mengelilingi sekitar puncak seakan akan kita berada diatas awan dan terlihat gunung Bromo dan hamparan hutan serta padang pasir yang tidak begitu jelas terlihat mata. Pada posisi agak ke tengah ada monument in momeriam Soe Hok Gie dan Idhan Lubis dan beberapa monument para korban pendaki lainnya.
Monument Soe Hok Gie |
Kami makan beberapa potong biskuit dan minum dengan air mineral yang terbatas selesai berfoto foto dan menikmati kebesaran Allah dari ketingian Mahameru maka jam 06.45 wib kami berkumpul melingkar dan diketahui dua orang diantara team kami Mak Itam dan Mas Yudi tidak melanjutkan kepuncak ,setelah membaca doa sukur kami turun menuju Acopodo lagi.
Sewaktu turun melalui pasir tebal terasa seperti main prosotan waktu kecil dulu dan bagi yang muda dan dengkulnya masih bagus bisa sambil lari lari kecil dan sekali sekali terperosok yang tidak membahayakan. Menurun membuat nyeri dengkulku dan beberapa pasir masuk kedalam sepatu,dua kali aku berenti membuka sepatu untuk mengeluarkan pasir yang mengganjal,akhirnya sampai di cemoro tunggal dan sewaktu berhenti disini aku ketahui Basketcase peserta tertua dari team kami sedikit luka pada paha belakang akibat terperosok ke cadas.
Kembali turun ke Arcopodo
Jam08.00 aku sampai Arcopodo lagi,beberapa teman langsung melanjutkan ke Kalimati begitu juga aku setelah mengambil ransel langsng berangkat,penurunan menjadi kesulitan pada dengkulku yang terasa nyeri,jam 09.00 aku mencapai kalimati .
Selesai istirahat dan makan di Kalimati kami melanjutkan perjalanan ke ranu Kumbolo dan Ranu Pani,dalam perjalanan pulang ke Ranu kumbolo jari kaki kananku terasa kram aku istirahat sebentar lalu melanjutka perjalanan sendirian sampai ke Ranukumbolo jam 12.00wib.
Di Ranu Kumbolo sudah ada teman teman yang duluan sampai,selesai sholat dzuhur perjalanan dilanjutkan ke Ranu pani,terasa beban dipunggung terasa makin berat pada hal isinya sudah berkurang dan jarak pulang terasa makin jauh hal ini sering aku rasakan pengaruh ketidak sabaran untuk segera sampai di tujuan,dalam hati ku bisikan sabar ..sabar dan nikmati perjalanan yang tak kan pernah terulang seperti ini...trik untuk menghindari ke bosanan.
Jam 17.50wib aku sudah sampai di Ranu Pani Alahamdulillah........mobil hard top sudah stand by untuk membawa kami pulang ke Malang....Sampai ketemu lagi....Salam...
alhmdulillah sampai di puncak. luar biasa pengalamnannya. yang unik itu solat di kemiringan. wahhh untung pas solat ngak guling ke belakang. hehe
ReplyDeleteDalam kondisi dimana kita memerlukan bantuan Allah seperti pendakian ini terasa sholat sangat membantu,..tempat sholat yang sangat strategis waktu itu memang extrim ...tapi Alhamdulillah khusuk juga...
ReplyDeleteAwesome!!!!! Benar-benar great adventure Om. Alhamdulillah Om pergi dan pulang dengan selamat. Yang patut diacungi jempol adalah pantang menyerahnya para climbers, ga ada apa-apanya neh hash run dibanding pengalaman naik gunung Om. Thank you ya Om udah share your story.
ReplyDelete"jangan pernah menyerah" mengisnpirasi pak Tasman Zen
ReplyDeleteBetul Rober....I never never give up
ReplyDelete