Hari ke tiga 18
Oktober 2011
Ranu kumbolo-Kali mati-Arcopodo
Kebiasaanku buang air kecil pada tengah malam sungguh
berat dilakukan di udara sedingin ini,Aku terbangun untuk buang air
kecil,kubuka kantong tidur terasa udara dingin seakan menusuk tulang,terlihat
jam masih menunjukan jam03.00pagi. aku keluar tenda pelan-pelan berusaha supaya
teman kiri kanan tidak terganggu.Udara luar yang sangat dingin sungguh tidak
nyaman,aku menggigil kedinginan,selesai buang hajat buru buru kembali masuk
tenda seperti umang umang masuk sarang,tutup tenda yang tidak tertutup rapat
membuat udara dingin luar berembus seperti udara frezer kedalam tenda kami,teman
lain terbangun dan tidak tidur sampai subuh jam 04.30wib.
Diluar terdengar lantunan azan dari Basketcase,tidak
seperti azan biasa ,suaranya terputus putus menahan getaran kedinginan
rahangnya,aku hargai tekadnya untuk azan di udara yang dingin tersebut.
Satu persatu kami keluar tenda dan menuju danau untuk
ambil udhuk lalu bergabung dengan jamaah untuk sholat subuh di udara terbuka,ketenangan
alam menambah ke khusukan dan kedekatanku pada Allah Pencipta.
Subuh di Ranu kumbolo |
Fajar kemerahan dari atas bukit mulai kelihatan dan sayup
sayup terdengar kicau burung dikejauhan ,aku coba cari sumber suara tapi tidak
kelihatan mungkin ada belibis yang hinggap dekat danau sebagaimana cerita dari pendaki
sumeru di tahun 70,tapi satu pun tidak kelihatan.
Ranu
Kumbolo salah satu keindahan alam yang terdapat di lereng gunung Semeru, berada
diketinggian 2.400 mdpl ini menyimpan banyak sekali eksotisme. Selain keindahan
alamnya,Ranukumbolo juga menyimpan banyak sekali mitos.
Ranu yang berarti danau dan kumbolo berarti berkumpul, danau untuk tempat
berkumpul. Hal ini bisa dilihat bahwa di Ranu Kumbolo dijadikan tempat
berkumpulnya para pendaki untuk beristirahat atau bermalam sebelum melanjutkan
pendakian ke puncak gunung Semeru atauMahameru.
Bukit yang mengelilingi danau ditumbuhi oleh cemara tapi
sayangnya sebagaian besar terbakar sehingga bukan lagi kehijauan yang kita
lihat tapi berobah dengan warna abu abu bekas kebakaran.satwa nya juga susah
ditemukan,mungkin perlu puluhan tahun hutan tersebut bisa hijau lagi.Hanya ikan
di danau yang masih ada sehingga banyak
pemancing yang menyalurkan hobinya disini.salah satunya aku bertemu dengan
salah seorang pemancing yang berasal dari Jogja mereka jauh jauh datang ke Ranu
Kumbolo untu mendapatkan suasana memancing yang berbeda dari biasanya.
Tidak jauh dari daerah camping kami ada tiga makam yang
konon ceritanya adalah pendaki yamg tewas sewaktu ke Semeru dan salah satu
diantaranya meninggal 2 tahun yang lalu sewaktu pendakian gabungan beberapa
club pencinta alam memperingati kematian Soe hok gie ke puncak Mahameru.
Indahnya suasana pagi itu kami nikmati sambil ngobrol duduk
duduk menghadap ke danau ditemani kopi hangat roti,biscuit serta nasi panas dan
lauk sarden dan mie rebus. Tidak terasa jam sudah menunjukan pukul 07.30wib.
Minum pagi di danau |
Setengah jam kami gunakan untuk mengumpulkan semua
perlengkapan pribadi dan semua tenda sudah dibongkar untuk dibawa ke Arcopodo
dan jam 08.00wib setelah briefing dari Mas Data segai guide,kami melanjutkan
perjalanan menuju Kali mati dan Arcopodo..
Perjalanan dimulai di bagian barat dengan pendakian yang
cukup tinggi menjulang yang dikenal dengan nama pendakian Cinta
Bukit ini merupakan bagian dari rute pendakian ke arah puncak, kemiringan tidak
kurang dari 45 derajat dan merupakan rute tanjakan yang landai tapi panjang.
Ada yang menarik di sini, ternyata tanjakan tersebut memiliki julukan yaitu
Tanjakan Cinta.
Julukan tersebut lantaran ada mitos yang beredar di kalangan pendaki.
Menurut beberapa sumber mitos ini lahir dari kisah tragedi dua sejoli yang
sudah bertunangan saat mendaki tanjakan tersebut.
Konon, waktu itu, si cowok melewati tanjakan tersebut lebih dulu. Sementara
calon istrinya kepayahan naik tanjakan itu, cowok tadi cuma melihat dari atas
sambil foto-foto. Naas, pendaki cewek ini tiba-tiba pingsan dan jatuh terguling
ke bawah, kemudian tewas.
"Barang siapa yang bisa terus berjalan tanpa berhenti hingga di atas bukit
dan tanpa menoleh ke belakang, jika sedang jatuh cinta akan berakhir bahagia,
itulah mitos tanjakan cinta," tutur guide kami.
Cerita tersebut cukup alasan bagi Simanto untuk hati hati
menjaga LU pasangannya,kasian takut kuwalat katanya.........................................
Butuh tenaga ekstra untuk melewati tanjakan ini tanpa berhenti apalagi sambil
mengangkat berat beban yang kita bawa,aku melangkah pendek pendek dan pelan
menuju tanjakan dan nafas mulai tersengal sengal.terlihat sebagian teman sudah
sampai di akhir tanjakan.
Setelah sampai di ujung tanjakan cinta,ransel dipunggung
kuturunkan dan duduk menghadap ke danau,rasa lelah kita serasa hilang karena
melihat indahnya Ranu Kumbolo yang membisu diselimuti kabut dari kejauhan.
Perjalanan dilanjutkan dan tidak berapa jauh dari puncak
tanjakan cinta,terbentang padang rumput yang luas yang dinamakan oro-oro ombo. Oro-oro
ombo dikelilingi bukit dan gunung dengan pemandangan yang sangat indah, padang
rumput luas dengan lereng yang ditumbuhi pohon pinus seperti di Eropa. Dari
balik Gn. Kepolo tampak puncak Gn. Semeru yang menjulang dengan angkuhnya.Ada
dua pilihan jalur di oro oro ombo ini,satu menelusuri tebing dengan dataran
tinggi dan satu jalur lagi turun ke lembah dan kedua jalur ini akan bertemu di
satu titik.Aku berjalan di jalur atas dan bertemu pendaki asing yang baru saja
turun dari Semeru.
Selanjutnya kita memasuki hutan Cemara yang sudah habis
terbakar sebagian tempat apinya masih menyala jadi kami harus berhati hati
mencari jalan yang aman tanpa api. Banyak terdapat pohon tumbang sehingga kita
harus melangkahi atau menaikinya. Daerah ini dinamakan Cemoro Kandang.Aku bayangkan
alangkah indahnya kalau sebelum kebakaran dulu tentu lebih hijau dan tentu bisa
kita jumpai burung dan kijang.
Cemoro kandang riwayatmu dulu |
Dari oro oro ombo ke Cemoro Kandang jalannya relatif datar dan terasa enak dijalani karena
udaranya sejuk dan matahari tanpa terhalang oleh hutan menambah kehangatan
tubuhku,aku tetap waspada supaya tidak salah langkah masuk bara api bekas
kebakaran
Setelah tiga jam perjalanan dari Ranu pani kami sampai di Jambangan
yaitu sebuah dataran yang penuh ditumbuhi bunga Adelweis,sayangnya tanam
Adelweis ini sebagiannya di lalap api.
Mejeng di Kebon adelweis dan Mahameru |
Kami istirahat di bawah pohon di Jambangan sambil
memandang ke puncak mahameru,kelihatan kemiringan menjelang puncak Mahameru lebih
kurang 40derajat.
Jam 1130wib kami sampai di Kalimati,terlihat rombongan
pertama terdiri dari porter sudah lebih dahulu sampai dan mengeluarkan
peralatan memasak untuk persiapan makan siang.
Pos Kalimati berada pada ketinggian 2.700 m, kami menemui
beberapa pendaki asing mendirikan tenda
untuk beristirahat ,sewaktu mengobrol kami ketahui mereka pendaki pendaki dari
Singapore,sebagian dari mereka tidak naik ke Puncak Mahameru dan ada juga yang
tetap ditenda menunggu.
Pos ini berupa padang rumput luas di tepi hutan cemara,
sehingga banyak tersedia ranting untuk membuat api unggun.ditengah padang ada
bangunan dari batu yang sudah rusak disana sini,ruangan ini tidak beratap tapi
dindingnya cukup bagus untuk menahan angin sehingga terasa lebih hangat
dibanding diluar.porter kami memasak disalah satu ruangan tersebut dan aku
menggelar matras disitu untuk mendapatkan kehangatan dan istirahat pemulihan
tenaga semaximalnya.
Kami tidak memasang tenda di kalimati karena rencananya
akan melanjutkan pendakian sampai Arcopodo sebelum magrib.Selesai sholat Dzuhur
kami makan siang,terasa lahap sekali karena makan diudara dingin menambah
selera makan.
Jam 14.00wib kami melajutkan pendakia ke
Arcopodo,beberapa orang porter berangkat lebih dulu agar mereka bisa mendirikan
tenda sebelum kedatangan kami.Sewaktu akan berangkat kami didatangi pendaki
dari Singapore yang mengatakan ada seorang darimereka yang turun dari puncak
jam 08.00 pagi tadi sampai sekarang jam 14.00 belum muncul ,mereka sangat
khawatir terjadi kecelakaan atau hilang arah/salah jalan untuk itu minta tolong
pada kami kalau ketemu tolong beri bantuan yang diperlukannya
Untuk menuju Arcopodo kita berbelok ke Timur berjalan
sekitar 500 meter, kemudian berbelok ke kanan sedikit dan menuruni padang
rumput Kalimati,kelihatan seperti jalur sungai (kali) tapi kering,mungkin dari
sini asal nama Kalimati..?
Arcopodo berada pada ketinggian 2.900m, merupakan wilayah vegetasi terakhir di Gunung Semeru,
selebihnya kita akan melewati bukit pasir. Yang berjarak 1 jam dari Kalimati dan
melewati hutan cemara yang sangat curam dan lebih bagus vegitasinya
dibandingkan di Ranu kumbolo dan oro oro ombo
Tanah yang mudah longsor dan berdebu,sebaiknya
menggunakan kacamata dan penutup hidung karena banyak debu beterbangan hal ini kurang
aku perhitungkan sehingga lupa membawa masker dan kaca mata.Aku berusaha
membuat jarak yang agak jauh dari orang depan agar tidak terlalu banyak kena
semburan debu.
Dengkulku mulai terasa nyeri,aku memperlambat dan
mengecilkan langkah,agar tidak terlalu nyeri,satu satu teman melewati ku
akhirnya aku diposisi paling belakang bersama Ekak sebagai swiper dan mak itam,setiap
kurang lebih 100meter pendakian kami istirahat sekitar 5 menit,terlalu lama
istirahat juga kurang bagus terhadap suhu tubuh yang cepat kedinginan.angin
dingin bertiup seperti suara air terjun,yang terbayang dibenak waktu itu
seandainya turun hujan lebat tentu aliran air dari puncak akan mendorong kami
kebawah atau setidak tidaknya kami tidak bisa untuk berjalan maju karena licin
berlumpur apalagi tidak banyak akar akar kayu untuk berpegangan seperti gunung
Merapi.Singgalang atau Rinjani.
Disatu tempat kami bertemu dengan guide yang mencari
pendaki Singapura yang yang hilang dan dia mengatakan bahwa pendaki Singapura
yang hilang tersebut sudah ditemukan karena nyasar ke arah timur tidak berapa
jauh dari jalur yang sebenarnya.
Lebih kurang jam17.00wib kami sampai disatu dataran
dimana para teman lainnya sudah kelihatan menurunkan beban ranselnya dan para
orte juga melihat lihat tempat untuk pemasangan tenda.dari suatu batan pohon
cemara kulihat ada plat nama bertulisan ”Arcopodo 2900MDPL.”
Empat unit tenda sudah berdiri dan kami memilih untuk
masuk tenda diudara yang sedingin itu diikuti hujan yang tiba tiba turun,aku
sudah tidak memikrkan ambil makan keluar tenda apalagi untuk nongkrong diluar.
Salah seorang mengumandangkan azan dari tenda lain,tapi karena rasa dingin
disertai hujan kami lebih memilih untuk sholat magrib didalam tenda masing
masing.dan mengambil uduk dengan tayamum.
Mendirikan tenda di Arcopodo |
Aku mendengar porter memberi tahu bahwa makan sudah
tersedia di tendanya dan kami dipersilahkan untuk mengambilnya sendiri
sendiri,aku memilih tidak makan karena takut kena hypotermia. Long pant berbaik
hati dan memberanikan diri untuk ambil makanan di luar tenda untuk kami 4
orang. Dengan suara gemetaran kedinginan
Longpant sudah myelusup masuk tenda dengan membawa sepiring nasi
dicampur Mie,kami makan satu piring berempat didalam satu tenda,paranormal
mengingatkan rendang abon ku yang masih tersisa untuk segera dikeluarkan,rasanya
ngga usah ditanya tapi yang penting perut terisi agar besok pagi bertenaga
untuk pendakian ke puncak.
Berlindung di tenda |
Diluar angin masih menderu deru,kami semua masih didalam
tenda masing masing,pengisi waktu menjelang tidur kami ngobrol ringan antar
tenda masing masing.Sayup di seberang tenda kami aku mendengar suara yang beberapa
pendaki yang baru datang dari Kalimat,dari pembicaraan aku dengar mereka
sekelompok Mahasiswa dari Semarang yang berencana untuk naik ke puncak juga
malam ini,dan mereka akan mendirikan tenda juga dekat tenda kami,aku dengar
kawan kiri kanan sudah mulai mendengkur namun aku masih saja belum bisa tidur,dalam
hati aku berkata biarlah aku nikmati saja malam ini dengan bunyi dan nyanyian
alam di pegungungan yang entah kapan lagi bisa kutemui....aku cek semua
perlengkapan untuk summit attack nanti camera yang rencananya akan dibawa
ternyata battary sudak low dan alternatifnya aku bawa hand phone saja biar
nanti dipuncak bisa berfoto walaupun hasilnya nanti kurang bagus,head lamp aku
check dan masih bagus,semua perlengkapan tersebut aku kumpul jadi satu supaya
tidak kerepotan mencari cari nanti....akhirnya aku ngga dengar apa apa...tidur
mungkin ya...? (sambung besok yah)
heheh tanjakan cinta lucu juga ya mitos nya. hihih
ReplyDeleteoro oro ombo itu indah kali ya. pengen kesana
Ada bule yang bilang Oro oro ombo itu kayak di swtzerland...tapi ini bagian yang puanaas..hehe
ReplyDelete