Jam
04.30wib aku keluar tenda untuk berudhuk,terasa udara masih sangat dingin
sekali,kami sepakat untuk melaksanakan
sholat subuh berjamaah didalam tenda saja dengan cara sholat duduk disebabkan
keterbatasan tenda.Aku ambil udhuk di sungai kecil dan harus menuruni tebing
yang curam setinggi lebih kurang 20 meter kebawah,selesai buang air dan udhuk
naik lagi ke atas cukup menguras tenaga dipagi yang dingin tersebut.
Kesibukan
masak memasak diluar mulai telihat,rencana pagi ini aku dan Basket berangkat
duluan untuk turun Gunung karena kami sudah ada janji dengan travel kembali ke
Kepahiang jam 15.00wib,sementara teman lain akan naik ke puncak Merapi lebih
kurang 100mtr lagi.
foto
Secangkir
kopi panas dan satu cup mie instant menambah keindahan pagi itu,aku duduk
didepan tenda dan berkenalan dengan beberapa anak anak Mapala UNSRI dan mereka merasa
tertarik mengetahui perjalanan kami dengan sepeda sampai ke kepahiang,setelah
berfoto bersama kami pamit untuk packing barang barang.
Setelah
pamitan pada teman teman satu team,aku dan Basket melanjutka perjalanan turun
gunung melalui jalur yang sama dengan pendakian kemarin.
Aku
dan Basket terasa lebih bersemangat karena bisa melewati kesulitan kesulitan
malam tadi,perjalanan turun gunung mempunyai kesulitan yang berbeda dengan
naiknya,aku merasa kondisi turun perlu sedikit tenaga tambahan untuk menahan
tubuh dan perlu konsentrasi waktu menapakan kaki karena kecepatan grafitasi.
Saat
ini aku menyadari factor usia sangat mempengaruhi kelincahan kaki waktu
penurunan,aku membayangkan 5 tahun yang lalu yang masih bisa turun gunung
dengan melompat dari satu sisi ke sisi lain sehingga seperti berlari layaknya dengan
demikian bisa memperpendek waktu turun,lain halnya sekarang aku harus lebih
berhati hati karena stamina dan konsentrasi sudah berkurang akibat perjalanan
jauh dan kurang istirahat ditambah nyeri di pergelangan kaki yang belum kunjung
pulih.
Di
perjalanan pulang kami bertemu beberapa mahasiswa yang akan naik dan sesampai
di pos dua kami istirahat disebatang pohon tumbang disitu kami bertemu satu
orang porter pribadi dari salah seorang anggota team kami yang menyatakan bahwa
dia istirahat dan bermalam di pos dua tersebut karena tidak sanggu untuk
melanjutkan ke puncak.Bashari yang saat itu baru sampai di pos dua langsung
menunjuk bahwa carrier tersebut adalah milik dia yang tidak kunjung sampai ke
puncak,kami tidak bisa berbuat apa apa karena begitulah kenyataan kwalitas
porter yang ada di Dempo ini.
Perjalanan
dilanjutkan yang terasa makin licin,aku tereleset dua kali tapi tidak cidera,di
pos satu aku dan Basket istirahat lagi untuk minum.
Kami
sampai di kampong empat jam 13.30wib dan hujan mulai turun,di suatu rumah
inggir jalan kami dipanggil Jagung dan Sakai yang tadi mendahului kami di pos
satu,ibu yang punya rumah menyuguhi kami kopi dan teh hangat,sementara itu aku
berusaha mencari ojek untuk kembali ke villa pak Nanang,dari berita kawan yang
sudah turun mengatakan mereka sudah berhasil naik ke puncak merapi.
Belum
sempat kami menghabiskan kopi yang disuguhkan,tukang ojek datang untuk
mengantar kami,aku memastikan lagi ongkos ojek yang ternyata RP30,000,hujan
masih lebat tapi aku berdua basket tanpa menunggu langsung naik ojek menuju villa.
Naik
ojek dalam hujan dan kondisi jalan yang berbatuan cukup menegangkan juga,tapi
aku percaya dengan kemampuan pak Bejo yang memboncengku saat itu,pak Bejo
adalah buruh perkebunan teh dan ojek adalah sebagai kerja sampingannya untuk
menghidupi keluarganya dengan dua oran anak yang sudah di SMK.
Tidak
terasa pada jam 14.30 kami sudah sampai di villa,aku segera berlari ke dalam
villa untuk berteduh dan mencari dompet untuk ambil uang pembayar ojek.
Aku buru buru mencari dompet supaya pak Bejo tidak terlalu menunggu
berhujan hujan tapi dompetku tidak kunjung kelihatan,aku mulai cemas dan minta
supaya basket membayar dulu.
Aku
mencari lagi dengan tenang dan membongkar isi carrier tapi dompet yang aku
ingat di letakan di dalam tas plastic bersama handphon tidak ketemu,badanku
terasa lemas dan jantungku terasa berdetak keras,aku yakin pasti tercecer di
suatu tempat sewaktu diperjalanan turun tadi.
Aku
mencoba hubungi telepon kawan yang di kampong empat untuk mecari apakah ada
tercecer di rumah tempat aku mengopi tadi,ternyata tidak ada,kemudian
menghubungi HP Sang Kumbang yang masih di perjalanan di sekitar pintu rimba dan
jawabannya juga tidak ada menemukannya.
Perasaan
ku galau karena beberapa dokumen KTP,SIM,2 ATM,kartu askes dan uang untuk
perjalanan pulang ada di domet dan yang lebih penting lagi HP yang semua data
disana sangat aku butuhkan.
Aku
minta tolong Pak Suwarno porter yang sudah duluan sampai untuk swiping sampai
ke pos dua karena menurut anak mapala yang turun bersama ada yang melihat seperti
ciri tas yang hilang,jam 11.00 malam pak suwarno memberi tahu bahwa dia sudah
swiping sampai pos dua tapi tidak menemukannya.
Aku
sudah pasrah dan berusaha tetap tenang aku ingat firman Allah dalam (QS At-Taghaabun
[64] : 11), “Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin
Allah; Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi
petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Ku
ucapkan” Inalillah wa inailahijojiun” Semoga Allah mengganti dengan yang lebih
bagus..amiiin.
Bagaimanapun
juga aku sangat terpukul dengan kejadian ini karena semua dokumen diperlukan
dalam perjalanan pulang nanti apalagi HP yang sangat ku butuhkan untuk menulis
dan mengabadikan semua peristiwa diperjalananku selama ini dan ceritanya ku bagikan
pada teman teman dirumah.
Dari
basket aku diberi tahu eMail ucapan keprihatinan dari teman teman HPCPI,perhatian
dan rasa prihatin kawan kawan mengobati kegundahanku dan memompa semangatku
lagi untuk tetap mencatat perjalanan ini walaupun dengan secarik kertas.
Aku
harus tetap semangat karena perjalalananku masih panjang dan aku tidak ingin
perjalanan pulang dengan bersepeda jadi batal karena musibah ini.
Rombongan
team dari Pekanbaru satu persatu sudah berangkat dan tinggal rombongan Jakarta
dan aku berdua Basket akan berangkat besok dan menginap malam ini di villa.
Travel
yang tadinya berjanji akan menjemput kami juga tidak datang mungkin karena
sewaktu menghubungi telponku untuk konfirmasi tidak nyambung.
Malam
ini terasa lebih sepi tidak ada lagi heboh dan canda seperti malam sebelumnya
dan itulah suatu kehidupan yang dinamis semuanya sewaktu waktu pasti
berobah,capek phisyc dan mental yang menderaku membuat aku langsung tertidur
hingga subuh.
No comments:
Post a Comment