Kuching,batu tujuh,siburan,serian,tebedu (mal),Entikong (ina)
Selasa 25 oktober start jam 07 pagi dari Kuching menuju border Entikong yg berjarak 115km.
Dua orang sahabat kami dari Kuching pak Hasan dan Pak Mimi seorang peturing juga bergabung dengan kami sampai ke Entikong.
Sebelum keluar kota kami melipir dulu ke Waterfront lalu terus menuju kearah Samarahan,cuaca cerah serta jalan mulus serta lebar membuat kami lebih lega untuk memacu sepeda lebih kencang,aku dan Auful mengikuti pak Mimik dibelakang dengan speed 25km/jam.
Di km20 km melihat ada penangkaran buaya Jong'Crocodile Farm. Kami singgah disana. Kebetulan jamnya bertepatan pula dgn jam 11 yaitu waktunya pemberian makan buaya,sungguh kesempatan langka,kami jalan di area yang luas serta penataan ruang yang nyaman,berbagai kehidupan buaya dan lingkungannya di perlihatkan di satu ruang pameran,perutku rasa mual sewaktu melihat documentasi proses pembedahan perut buaya untuk mengeluarkan korban manusia yang dimakannya...manusia utuh terlihat dalam perut buaya serta ada yang juma kaki orang didalam perut buaya yang lain,menonton kehidupan buaya dalam waktu yang terbatas sangat disayangkan hingga kami hampir lupa kalau border Entikong tutup jm 17:00,sementara perjalanan msh jauh. Kami buru2 meninggalkan tempat penangkaran buaya tersebut jam 11.45.
Tak lama kemudian turun hujan lebat. Kami tetap mengayuh sepeda ditengah hujan lebat. Jam 13:00 kami sampai di Serian yg merupakan kota kecil yg berjarak 60km dari Kuching. Hari mahsih hujan,kami istirahat mkn siang dgn pakaian yg masih basah melekat dibadan. Hanya berselang sebentar, kemudian kami melanjutkan perjalanan. Berpacu dgn waktu dan jarak. Sebelum jam 17:00 mesti harus sampai di border. Kalau tidak resikonya terpaksa bermalam diperbatasan malaysia yg tdk ada penginapan. Kondisi jalan turun naik cukup tinggi. Bahkan ada satu tanjakan bukit Tebekang yg lumayan menyiksa tanjakannya dgn kemiringan sktr 45derjat dgn panjang sktr 300m,konon inilah katanya Tanjakan yang paling "sangar" di Seantero Serawak,dari kejauhan pada jalan yang datar tanpa turunan aku lihat tanjakan tersebut,tidak ada kesempatan untuk rolling penurunan tapi langsung nanjak inilah yang memberatkannya,Namun pelan pelan aku mengayuh sepeda dgn total berat hampir 38kg termasuk tas pannier dan barang bawaan lainnya kami sampai dipuncaknya,sungguh perjuangan yang melelahkan,kami rayakan keberhasilan tersebut di puncak tanjakan Tebekang dengan berfoto bersama.
Border Tebedu/Entikong masih 40km lagi, turun naik bukit meskipun tidak setinggi dan securam bukit Tebekang. Namun tenaga terkuras habis. Jalan mulus menguntungkan Kami memacu sepeda lebih laju hingga 35km/jam. Rasa capek, rasa sakit perih di selangkangan dan kobdisi jalan yg turun naik sdh tidak kami hiraukan lagi. Kami berusaha mengayuh sepeda secepatnya. Akhirnya jam 16:15 kami sampai di border Tebedu. Sambil terengah engah badan penuh keringat dan bau kami menuju konter imigrasi malaysia utk mendapatkan cap passport,Untung tdk ada antrian dan lagi sepi,sewaktu pasporku di cek hampir saja aku dapat masaalah karena pasporku basah dan sulit di scan komputer,tapi beberapa lama berhasil juga.Rasanya sangat lega begitu masuk wilayah Entikong indonesia. Tak lama setelah kami masuk wilayah indonesia, pintu gerbang kedua negara ditutup. Aktifitas keluar masuk kedua negara baru bisa dilanjut besok harinya. Berhubung hari sdh masuk magrib, kami putuskan utk menginap di Boder Entikong. Kebetulan pak Hasan punya kenalan orang entikong menawarkan kami untuk menginap di komplek sekolah. Tempatnya lumayan nyaman utk ukuran peturing yg biasa camping atau tidur di Masjid. Setelah berembuk, ahirnya kami putuskan untuk menginap disekolah itu. Besoknya kami melanjutkan perjalanan menuju Tayan dan sahabat Malaysia kami pak Hasan dan pak Mimik kembali ke Kuching.
No comments:
Post a Comment