Kamis 4 Februari 16
Perjalanan dari desa Sihasapi lotong menuju kota Tomok sejauh lebih kurang 2km dengan kondisi jalan berbatuan pecah dan berlobang cukup melelahkan,kami kembali melalui tanjakan tele yang extrem dan sampai di pertigaan jalan raya Sidikalang jam 11.00 kami mencari restoran muslim untuk makan siang tapi sia sia,akhirnya opung makan sendiri di restoran non muslim yang ada di simpang tele dan kami melanjutkan perjalanan sambil mencari spot yang bagus untuk istirahat dan memasak.
jalan mulus dan menurun,sepeda melaju dengan kecepatan 45km/jam,tiupan angin terasa makin menusuk ke pori pori,aku berhenti memasang jacket.setelah dua jam perjalanan kami sampai di desa Parbuluan kabupaten Dairi kami berhenti di pinggir jalan yang agak lindung dari panas matahari untuk memasak dan makan siang,lalu kami lanjut perjalanan hingga menemukan masjid Al Jihad kira kira satu km dari tempat kami makan tadi.
Aku dan ucub berhenti untuk sholat dzuhur dan ashar di masjid pertama yang kami temukan mulai dari samosir tadi pagi,masjid ukuran 10x10m ini cukup bagus untuk ukuran desa sekecil itu,ustad Simarmata sebagai imamnya bercerita suka dukanya membangun masjid ditengah mayoritas warga non muslim di kabupaten Dairi tersebut,tapi berkat keistiqomahannya beliau berhasil melampaui kendala kendala baik materil atau non materil yang dihadapinya. Beliau sangat bersyukur dengan hasil perjuangannya itu maka masjid tersebut dinamakan masjid Al Jihad.
Terik panas siang sangat menyengat tapi hembusan angin dikelajuan sepeda kami dijalan yang mulus bisa sedikit mengurangi panas di kulit.
Pas waktu azan ashar berkumandang kami sampai di pertigaan jalan,kekanan adalah ke Medan dan kami berbelok ke kiri ke Banda Aceh via Subulusalam,di pertigaan opung yosef dan lainnya bergabung lagi hingga sampai batas kota Sidikalang kami mencari tempat menginap di sebuah masjid Amaliah di jalan Air bersih. Kami diizinkan menginap di masjid tersebut yang jamaahnya terdiri dari jamaah tablig yang amat ramah terhadap musyafir seperti kami.
Perjalanan dari desa Sihasapi lotong menuju kota Tomok sejauh lebih kurang 2km dengan kondisi jalan berbatuan pecah dan berlobang cukup melelahkan,kami kembali melalui tanjakan tele yang extrem dan sampai di pertigaan jalan raya Sidikalang jam 11.00 kami mencari restoran muslim untuk makan siang tapi sia sia,akhirnya opung makan sendiri di restoran non muslim yang ada di simpang tele dan kami melanjutkan perjalanan sambil mencari spot yang bagus untuk istirahat dan memasak.
jalan mulus dan menurun,sepeda melaju dengan kecepatan 45km/jam,tiupan angin terasa makin menusuk ke pori pori,aku berhenti memasang jacket.setelah dua jam perjalanan kami sampai di desa Parbuluan kabupaten Dairi kami berhenti di pinggir jalan yang agak lindung dari panas matahari untuk memasak dan makan siang,lalu kami lanjut perjalanan hingga menemukan masjid Al Jihad kira kira satu km dari tempat kami makan tadi.
Aku dan ucub berhenti untuk sholat dzuhur dan ashar di masjid pertama yang kami temukan mulai dari samosir tadi pagi,masjid ukuran 10x10m ini cukup bagus untuk ukuran desa sekecil itu,ustad Simarmata sebagai imamnya bercerita suka dukanya membangun masjid ditengah mayoritas warga non muslim di kabupaten Dairi tersebut,tapi berkat keistiqomahannya beliau berhasil melampaui kendala kendala baik materil atau non materil yang dihadapinya. Beliau sangat bersyukur dengan hasil perjuangannya itu maka masjid tersebut dinamakan masjid Al Jihad.
Terik panas siang sangat menyengat tapi hembusan angin dikelajuan sepeda kami dijalan yang mulus bisa sedikit mengurangi panas di kulit.
Pas waktu azan ashar berkumandang kami sampai di pertigaan jalan,kekanan adalah ke Medan dan kami berbelok ke kiri ke Banda Aceh via Subulusalam,di pertigaan opung yosef dan lainnya bergabung lagi hingga sampai batas kota Sidikalang kami mencari tempat menginap di sebuah masjid Amaliah di jalan Air bersih. Kami diizinkan menginap di masjid tersebut yang jamaahnya terdiri dari jamaah tablig yang amat ramah terhadap musyafir seperti kami.
No comments:
Post a Comment