Menuju Pulau Penang |
Jemaah masjid yang terdiri dari beberapa macam suku yaitu jawa,Banjar dan Bawean membuat kami terasa dinegri sendiri.di desa Baruas ini juga ada peninggalan sejarah yaitu batu bersurat dari kerajaan Gangga negara.
Sekotak nasi lemak Sarapan pagi sehabis subuh diantar oleh pak Dimas,beliau sangat perhatian pada kami,sewaktu kami diminta paspor oleh petugas masjid beliau mengatakan pada kami apabila nanti tidak diizinkan nginap di masjid beliu akan bawa kami ke rumahnya.
Warga di warung depan masjid |
Keesokan paginya sebelum jemaah subuh berdatangan kami sudah bangun dan berbenah. Selesai sholat subuh pak Dimas yang dari kemarin paling memperhatikan kami kali ini kembali membawa sarapan nasi lemak untuk kami dan sebagai sebagai kenangan dia memberikan power bank pada joker yang saat itu memang membutuhkannya. Selesai sarapan pagi perjalanan kami lanjutkan lagi ke desa Terong kontur,masih belum terlihat aktivitas penduduk jalannya mirip jalan pekanbaru Sumbar yang penuh dengan hutan dan kebon sawit,jalannya sepi tidak banyak kendaraan yang lewat hanya sekali sekali kami berselisih dengan beberapa kendaraan pribadi. Dibeberapa tempat pinggir jalan di kebon sawit banyak dijumpai kuil kuil hindu orang Tamil,mirip Bali kalau diperhatikan.Dibatu pecah daerah Terong kami pergi ke sebuah sungai yang menurut penduduk sangat bagus dan alami,kami mengayuh sepeda ke jalan desa yang agak kecil kiri kanan hutan desa yang kadang kadang ada pondok tinggal,kira kira 3km perjalanan kami bertemu sungai yang tidak begitu besar tapi sangat jernih dan deras arusnya,kami berhenti dipinggir sungai yang pinggirannya agak landai,suasananya sepi dan tidak ada rumah penduduk,tidak berapa jauh dari tempat kami berhenti ada satu keluarga yang juga mandi mandi di sungai yang amat jernih ini.
Menikmati sejuknya air Sungai Terong |
Puas mandi kami segera memacu sepeda lagi kearah Nipah. Mas Mariadi mardiah dari pulau Penang yang sedari tadi selalu memonitor keberadaan kami belum sempat aku beritakan,jam 18 sore sebelum magrib kami sampai di Nipah tebal dan nginap di masjid kali ini aku diperlaku seperti seorang jamaah tablik,beberapa kali sudah aku merasakan kehangatan sambutan saudara seiman ini,mereka memberikan tempat kami menginap di masjid dan menunjukan fasilitas yang bisa kami gunakan.
merasakan kehangatan persaudaraan |
Pagi berikutnya sehabais sholat subuh kami melanjutkan perjaanan kearah Penang,30km menjelang Butter worth kami di susul dengan sepeda oleh Mariadi Mardiah dari penang,beliau melambai kan tangannya selagi kami asyik mendayung dari jalan arah yang berlawanan. Wak Mariadi yang asal Medan yang hanya aku kenal melalui Facebook itu itu menemui kami dan memperkenalkan diri nya,dengan ramah beliau mengawal kami diperjalanan,dari obrolan diperjalanan beliau meceritakan bahwa dia sudah menetap di Pulau Penang tersebut selama 20 tahun dan berprofesi sebagai Welder di suatu pabrik pipa.
Kehidupan nya yang sudah mapan di Malaysia tidaklah membuat dia untuk tinggal lebih lama di Malaysia karena beliau berencana untuk hidup dan membangun bisnis berkebun sawit di Riau Indonesia.
10km menjelang Butterworth kami dapat rintangan yaitu roda belakang sepeda joker baling lalu kami mencari tempat berhenti di suatu restoran India dan Wak Mariadi mencoba menelpon dan minta bantuan temannya untuk perbaikan.
Ganti velg |
Tidak berapa lama teman wak Mariadi yang juga pesepeda itu datang dan membawa satu velg sepeda yang bagus kemudian velg belakang joker yang baling tadi diganti untuk diperbaiki,sementara itu kami bisa melanjutkan perjalanan yang hanya tinggal 10km lagi ke dermaga ferry di butterworth. Dekat pintu masuk dermaga ferry ada cendol ketan dingin kami mampir kesitu untuk mendinginkan kerongkongan yang kering diudara yang cukup panas itu.
orangnya sangat humoris |
Sebetulnya Butterworth terhubung dengan jembatan tapi sayangnya sepeda tidak boleh lewat jembatan tersebut akhirnya kami naik ferry dengan 5 sepeda,aku sampai tidak tahu berapa harga ticket ferry karena semua diurus oleh Wak Mariadi yang tidak mau kami ganti pembayarannya.
15menit sampai di pulau penang,aku terkesima melihat daerah yang bagus bersih,rapih dan penduduknya yang ramah,terkesan ini adalah kota warisan dunia dengan bangunan bangunan kuno zaman colonial yang terawat dengan baik.
Kami menelusuri kota dengan suka cita lalu Wak Mariadi membawa kami ke pusat bisnis,disuatu kedai buah buahan kami berhenti,ternyata itu adalah tempat usaha dan rumah pak Bakar Noordin sang maestro pesepeda road to London 18000km.
sang maestro ditengah kami |
Pesannya yang tetap kami ingat "tetaplah sabar dan berzikir dalam situasi apapun karena dengan ini akan sangat menolong",disamping rendah hati dan suka berbagi pengalaman,satu lagi yang menarik dari beliau adalah pesannya pada keluarganya yaitu "supaya membantu pesepeda jarak jauh atau bikepacker siapapun orangnya yang ditemui,berilah bantuan pada mereka walaupun segelas air minum",hal ini beliau pesankan karena dia merasakan bagaimana indahnya berbagi buat seorang pengelana".
Pantai batu Feringgi Penang |
Pantai Batu Feringgi |
Di suatu pantai pasir putih mengarah ke Samudra Hindia kami mengembangkan tenda lalu tiba tiba turun hujan,akibatnya kami tidak bisa kemana mana dan hanya bisa berkurung ditenda. Teman wak Mariadi yang tadi memperbaiki sepeda Joker sekarang datang lagi untuk memasang velg sepeda yang sudah diperbaikinya dan makan malam kami juga dibawakan oleh wak Mariadi,mereka kembali kerumahnya setelah memenuhi semua kebutuhan kami sore itu,luar biasa pengorbanan sahabat sahabat yang baru kami kenal itu.
Malam ini aku tidur di hotel bintang tujuh dengan alunan oĆ²mbak laut diselingi deru angin laut menghembus cemara pantai,tetesan hujan rintik rintik membuat aku semakin kokoh untuk tidak keluar dari sarangku,biarlah para jangkrik dan pengunjung karaoke di hotel sebelah saja yang keluar karena mereka sama sama bernyanyi aku tidak bisa bernyanyi tapi Aku sangat bisa menikmati simponimu ya Rob....aku masih bisa mendengar suara suara langkah menginjak pasir diluar,ada yang bertanya tanya siapa kami,tapi aku dan joker dan opung diam saja karena sudah ke capean,hingga akhirnya aku tak tahu apa apa sampai subuh.
Pagi pagi jam 7 mariady sudah datang menemui kami di pantai dan hari ini kami libur kayuhan dan akan jogging ke bukit bendera penang hill,track ke bukit bendera sangat terjal.
Menuju Bukit Bendera |
Mariady dan istri kelihatan energik sekali,tiap minggu dia berlatih ke bukit ini berdua untuk persiapan physic keliling indonesia yang direncanakannya tahun 2015 nanti. Beberapa orang jogging ke ke puncak ada juga yang bersepeda ke puncak aku bisa rasakan beratnya mengayuh kepuncak seterjal itu.
Semakin ke puncak udara makin terasa dingin,disatu belokan di km4 kami istirahat unruk makan siang dengan nasi yang sudah dipersiapkan Mariady,opung sudah jauh dan tidak kelihatan didepan.
Beberapa saat selesai makan ada mobil petugas yang dikenal Mariady sedang menuju ke atas,kami gunakan kesempatan itu menumpang kepuncak,disitu memang tidak ada angkutan umum. Dijalan ketemu opung yosef yang terengah engah tapi tidak mau naik tumpangan,idealis si opung...hehehee.
Dipuncak bendera kami mencicipi es campur yang rasa nya cukup istimewa kemudian berfoto foto di tempat kumpulan gembok gembok pengunjung,
unik sekali disini ribuan gembok bertuliskan nama dan alamat dipasang dipagar,konon katanya dipercaya untuk melanggengkan perkawinan dan persahabatan,aku coba tanya harga satu gembok dilapak sekitar situ agar bisa menyematkan gembok disitu tapi ternyata lumayan Rm35 sekitar Rp1.2juta...
Malam kedua di penang kami disediakan motel friendship di Penang oleh teman teman PMC (penang montain bike cycling) dan beberapa orang mengunjungi kami untuk beramah tamah lalu diakhiri penyerahan kenang kenangan dari kami dan sebaliknya dari PMC yang diwakili pak Bakar noordin.
No comments:
Post a Comment