Di masjid nurul Huda kami di beri kamar tidur yang luas dan terpisah dari ruang mesjid utama kalau shalot jumat berfungsi penambah ruangan sholat,pak Ismail garin masjid begitu baik pada kami hingga beliau ingin mentraktir kami makan malam tapi kami tolak dengan halus karena tanpa setahu kami salah satu jamaah turunan Pakistan yang tadi bertemu dan tinggal disebeang masjid mengantar makan malam roti canai untuk kami bertiga.
KUALA SELANGOR |
Kami tidak sempat pamitan pada pak ismail yang aku lihat sedang tidur sehabis mengaji subuh.
Kembali kami mengayuh sepeda di udara yang cerah,istirahat yang cukup membuat kami semangat ditambah lagi joker sudah mengurangi beban panier depannya dan sekarang hanya memakai pannier belakang saja sehingga ringan dan makin laju meninggalkanku sedangkan aku merasa masih nyaman dengan beban panier depan dan belakang.
Siang sebelum sholat dzuhur kami makan siang di daerah Kuala selangor,didaerah Tanjong karang banyak ditemui suku jawa dan bahasa disini kadang terdengar bahasa jawa,memasuki daerah Sekincan terasa bagaikan didaerah cina karena memang disini etnis Cina lebih banyak,merek merek toko memakai tulisan cina.
Kayuhan 83km kami sampai di daerah Sabak bernam Selangor,sekitar jam 16 sore kami melihat sebuah masjid dipinggir jalan dekat jembatan sungai sabak yang bernama mesjid Syaadah sungai tarap Selangor.
mesjid Syaadah |
Berita keberadaan kami dari bang Mazwir langsung ditanggapi oleh beberapa teman di daerah selangor.
Cik Gu Zuraini |
Cik gu zuraini bin jalil seorang guru sekolah dengan anaknya dan muzkimin datang menemui kami di masjid lalu Raja hasan,abdul Rahim dengan istrinya kak Ija yang dulu pernah ketemu dengan aku dan opung Yosef Sitor sewaktu mereka bersepeda touring ke Sumatra barat,mereka menemui kami dengan rasa bahagia yang sangat mendalam,perasaanku waktu itu aku berada di negri sendiri karena keramahan mereka.
Dinegeri asing ini aku merasa tidak asing lagi,layaknya kami seperti bertemu dengan saudara dekat.
Berita kedatangan kami ternyata makin menyebar khususnya dikalangan pesepeda di Malaysia,hal ini tersebar melalui media sosila facebook dan beberapa orang teman lainnya yang baru aku kenal disitu menyapaku
"ini Pak Tasman kan..dan itu Joker lalu itu Opung Yosef",
aku agak kaget lalu bertanya,
"dari mana tahu Pak..?"
lalu mereka mengatakan bahwa mereka sudah mengenal kami sejak kami masuk Singapore dulu melalui media sosial FB jadi mereka ingin bertemu dan mendatangi kami ke masjid tempat kami nginap,aku berusaha seramah mungkin dan tidak mengecewakan pengorbanan mereka untuk sekedar bersilahturahim dengan kami walaupun waktu itu aku ingin sekali untuk beristirahat beberapa menit saja karena capek.
wak Rahim,kak Ija,Raja Hasan dan ikgu Zul |
Malamnya kami dibawa jalan jalan dengan mobil kemudian makan seafood oleh cik gu Zuraini dan anaknya,Raja Hasan,Wak Rahim dan istrinya Kak Ija,tempatnya dipinggir pantai yang lumayan jauh dari masjid.
Ditempat yang nyaman tersebut kami saling bercerita pengalaman perjalanan hingga tidak terasa hari sudah jam 10malam lalu kami diantar kembali ke Masjid untuk istirahat,sebelum berpisah kembali aku terenyuh karena Raja Hasan mengatakan besok dia,wak Rahim dan Kak Ijah tidak bisa melepas kami lalu dia menyalami kami dan menyelipkan beberpa ringgit malaysia kegenggamanku sambil mengatakan, "Pak Ambil ini untuk bekal beli minum diperjalanan" kami bertiga berusaha menolaknya tapi beliau mengatakan "ini rezeki bapak bertiga" lalu Kak Ija memberikan sekantong Buah apel sambil mengatakan,"ini untuk dimakan dijalan" kembali hal yang sangat mengharukanku terjadi lagi,aku mengucapkan Alamdulillah atas pertemuan yang membawa barokah ini.
Pagi selesai subuh kami sudah siap untuk melanjutkan perjalanan dan aku lihat cik gu Zur,Iqbal,Maslan sudah berada dihalaman masjid menunggu kami karena mereka akan menemani kami sampai batas kota.
Diperjalanan ada yang bergabung lagi yaitu Pak Miskam Marimun yang berencana mentraktir kami untuk makan pagi,pak Miskam yang berperawakan tegap dan masih muda ini juga ikut memonitor perjalanan kami sejak dari Singapore dulu kemudian setiap pergerakan kami selalu diikutinya dengan memberi komentar melalui Facebook,beliau sangat perhatian pada kami selama perjalanan touring kami.
Di pasar Sabak bernam kami berhenti di sebuah warung untuk makan pagi,disini aku dapat cerita dari Maslan yang bernenek moyang dari kebumen Jawa tengah,Joker sangat tertarik mendengar cerita ini karena ada hubungan emosional satu daerah,pak Maslan adalah generasi ke empat dari kakeknya Jailani.
Di zaman kolonial Inggris abad ke19 Kakek jailani dan 2 orang temannya datang ke negeri sabak lewat sungai,masa itu belum ada penduduk disitu,mereka minta izin pada pemerintahan inggris masa itu,lalu membuka lahan untuk pertanian,hingga sekarang berkembang jadi kota sabak bernam yang berasal dari kata sahabat berenam.
Sahabat dari Sabak bernam |
Kami diantar sampai masuk perbatasan perak,sedih juga perasaan setiap berpisah dengan teman baru ini,aku membaca perasaan sedih mereka di Fb zuraini bin jalil,mudah mudahan kami bisa ketemu lagi.
Kayuhan kami menjelang siang lumayan jauh yaitu 50km,jalan datar dan mulus.
Diwaktu makan siang di daerah Sungai buloh kami bertemu 2 orang pesepeda wanita Jerman yang turing keliling dunia,mereka kelihatan mandiri sekali.
BERTEMU CYCLIST GERMANY |
20km menjelang kampung gajah kami di dera hujan badai lebat,sejauh mata memandang hanya ada kebon sawit dan kiri kanan jalan dibatasi parit,tidak ada tempat kelihatan pondok atau rumah penduduk untuk berteduh,dalam guyuran hujan badai kami tinggalkan sepeda di pinggir jalan lalu kami pergi menelusuri pinggir jembatan dan masuk kekolongnya untuk berteduh,cukup nyaman rasanya,walaupun sekujur tubuh basah kedinginan kami masih bisa tertawa dengan ketidak nyamanan ini.
Aku duduk meringkuk menahan dingin dibongkahan batu menunggu hujan reda,sekali kali tampias dan tetesan air hujan membasahiku,lebatnya hujan dan badai mengaburkan pandangan kearah sungai,kami hanya bisa lakukan duduk dan mendengar sekali kali deru mobil diatas jembatan.
Berteduh dibawah jembatan |
hujan tak kunjung reda |
Hujan mulai reda,dalam rintik rintik hujan kami mulai kayuhan lagi agar bisa menemukan tempat bermalam sebelum hari gelap,bunyi desiran kendaraan besar kecil dari belakang meciutkan nyaliku,pakaianku kembali basah kuyup oleh hujan dan percikan air dari kendaraan yang melewati kami.
Berteduh dipondok tinggal |
Dua kali kami berhenti berteduh di pondok pondok yang ditinggal penghuninya dan suatu kali kami dihampiri oleh mobil van pedagang yang mengantar dagangan ke warung warung,mobil ini muncul dari jalan desa didepan pondok tempat kami berteduh,sopirnya menyapa kami dengan ramah lalu menanyakan kami hendak kemana dan dari mana,terlihat mereka agak takjub mendengar kami pesepeda dari jauh lalu sopirnya memberikan kami beberapa potong roti,bagaikan musyafir yang menemukan telaga kami mengucapkan Alhamdulillah dengan suka cita karena tanpa kami sangka tuhan menurunkan mahluk penolongnya pada kami bertiga yang saat itu memang sedang keroncongan ditengah padang tanpa kehidupan tersebut.
Setelah 30km dari jembatan kami mulai melihat rumah penduduk,kami memasuki desa Teluk Intan dan dibatas desa kami melihat mesjid al Hidayah yang terletak dipinggir jalan.
Masjid Al Hidayah |
Kami masuk halaman masjid dan menemui tamir masjid yang dulu pernah ke Indonesia sebagai Jamaah Tabligh,rata rata jemaahnya turunan jawa,kembali kami diterima dengan ramah disini. sehabis magrib salah satu jemaah mengantar kami makan dan roti berikut slai untuk sarapan pagi kami esok hari pesan bapak yang dermawan tersebut.
Makanan pemberian Jamaah |
Masuk hari ke 22 kami lanjut mendayung dari teluk Intan menuju Kota buras,jalan yang kami lalui sangat mulus karena baru dibuat dan tidak bisa kita temui di peta.
Di daerah seberang perak ini terhampar sawah dengan tanaman padi yang luas sekali disini kita merasa di daerah sumatra barat yang dibentangi tanaman padi yang luas,setiap beberapa kilimeter ditemui penggilingan padi. Dari tadi malam kami dimonitor terus oleh pak Hakimi dari Ipoh dan dia berharap bisa mampir beberapa malam di rumahnya,tapi paginya rencana kami berubah dan tidak lagi masuk Ipoh tapi melalui Taiping karena rute ini lebih pendek untuk menuju ke Penang.
menuju Taiping |
Didaerah Bota kiri menjelang zuhur kembali kami diguyur hujan tapi kami masih tetap kayuh karena hujan gerimis,di pasar Bota kiri di sudut perempatan jalan kami istirahat dan makan siang dirumah makan melayu yang cukup bagus,hujan di luar makin lebat tapi kali kami beruntung tidak terguyur hujan lebat tersebut.
Sedang makan ada 2 orang muda mendatangi kami sambil menyodorkan tangan bersalaman,
"saya Hakimi dari Ipoh pak"
ujarnya kami kaget,"koq bapak bisa tahu kami ada disini?" Dia bilang "saya sedang ke lumut dan di jalan saya berharap dan perhatikan terus supaya bertemu bapak,Alhamdulillah saya lihat sepeda bapak", dia begitu antusiasnya ingin bertemu kami minta foto bersama dan harapannya dia bisa punya semangat seperti kami.
Tanpa setahu kami pak Hakimi membayar makan kami siang itu lalu kami berpisah dan kami melanjutkan perjalanan ke Beruas.
Pak Hakimi dari Ipoh |
Sepanjang jalan kami kembali di guyur hujan,tapi kami tetap mengayuh karena memang tidak ada untuk tempat berteduh sepanjang jalan yang ditumbuhi pohon sawit tersebut.
Jam 18.00 masih terasa sore kami sampai di pasar Beruas yang kelihatannya pasar tidak begitu besar dan hanya terdiri dari beberapa deretan ruko dipinggir jalan. Kami mampir ke sebuah warung kepunyaan seorang muslim dari Patani Thailand. Satu mangkok bakso cukup menghangatkan tubuh kami yang tadi kedinginan.
Kami mulai mencari tempat nginap tapi tidak kelihatan mesjid dari tadi lalu kami melihat kantor polisi dan mencoba minta izin nginap,sebetulnya aku kurang suka untuk menginap di kantor polisi tersebut,tapi karena opung yosef dan joker ingin mencobanya jadi aku ikut saja apa kata mereka,petugas polisi yang bertugas sepertinya berdarah jawa beliau itu cukup ramah dan bersimpati pada kami tapi sewaktu dia menyampaikan permintaan kami pada sang komandannya permintaan kami ditolak dan disuruh cari hotel saja,kami hanya tertegun tidak menjawab karena mendengar hotel adalah suatu kemewahan untuk kami yang masih memerlukan dana banyak untuk perjalanan masih jauh dan kami perlu mengirit biaya dan salah satu cara adalah mencari penginapan tanpa biaya .
Kami langsung pamitan dan selanjutnya mencari mesjid terdekat saja,akhirnya mesjid Asyuhada yang sedikit agak masuk ke desa bisa kami temukan untuk istirahat malam itu.
perlengkapan mandi |
Kami dapat izin untuk menginap malam ini di masjid Asyuhada,lalu pasport kami di catat oleh takmir masjid karena ini adalah suatu keharusan dari pihak polisi demi keamanan katanya.
Dimas Ronggo Warsito |
Malam sehabis sholat Isya kami mengoblol lama dengan pak Dimas Rangga Warsita yang sangat ramah dan sudah lama bermukim di Malaysia tapi bahasa ibu jawa masih tetap terdengar kental.
No comments:
Post a Comment